Ketua Koalisi Pejalan Kaki Ahmad Syafrudin mengatakan, Jakarta Utara merupakan kota yang paling tidak ramah bagi pejalan kaki. Hal itu muncul setelah Koalisi Pejalan Kaki memeriksa jalan-jalan besar di Jakarta. “Trotoar paling parah memang di Jakarta Utara,” katanya melalui keterangan resminya.
Menurut pantauan Koalisi hanya 6% dari sekitar 7 ribu kilometer jalan di Jakarta yang memiliki trotoar. Dan sebagian besar dalam kondisi tidak layak.
Penelitian koalisi itu dilakukan pada akhir 2014 setelah mendapatkan informasi soal trotoar dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman serta Dinas Pekerjaan Umum atau yang sekarang berganti nama menjadi Dinas Bina Marga.
“Kami dapat data dari mereka dan kami bersama 300 anggota koalisi memeriksa kondisi di lapangan,” ungkap Ahmad melalui keterangan resminya.
Menurut pantauan koalisi, wilayah Jakarta Utara seperti Jalan Boulevard Kelapa Gading memiliki trotoar rusak, sempit, dan digunakan para pedagang kaki lima. Jalan Yos Sudarso dijadikan fondasi tol. Jalan RE Martadinata trotoarnya rusak akibat sisa proyek.
Jalan Cakung Tipar sebagian trotoarnya rusak dan dijadikan tempat parkir. Jalan Cilincing Raya trotoarnya sempit dan bergelombang. Sepanjang Jalan Rawa Bebek trotoarnya rusak, sempit dan dijadikan tempat parkir dan area pedagang kaki lima.
Terakhir Jalan Jembatan Besi memiliki trotoar rusak dan sempit, bergelombang, dan dijadikan tempat parkir serta area pedagang kaki lima.
Untuk wilayah Jakarta Pusat, trotoar Jalan Salemba Raya dan Jalan Keramat Raya trotoarnya rusak dan dipenuhi pedagang kaki lima. Jalan Wahid Hasyim trotoarnya didominasi parkir kendaraan roda empat dan roda dua. Trotoar Jalan Cikini Raya hampir sama kondisinya, banyak pedagang kaki lima dan tempat parkir.
“Hanya di Jalan Gunung Sahari terdapat tanaman dengan pot terlalu besar di tengah trotoar,” katanya. “Walaupun niatnya mempercantik tapi malah mengganggu, bahkan tanamanya juga tidak indah dipandang.”
Berikut adalah kondisi wilayah Jakarta Selatan, Jalan Prof Dr Satrio trotoarnya rusak, sempit dan bergelombang. Jalan Rasuna Said trotoarnya dijadikan tempat perkir kendaraan polisi dan dipakai pedagang kaki lima. Jalan TB Simatupang terpantau trotoar sempit dan bergelombang. Untuk Jalan Raya Pasar Minggu trotoarnya sempit dan rusak. Jalan Mampang Prapatan Raya trotoarnya rusak akibat proyek terbangkalai dan dipenuhi sebagian pedagang kaki lima.
Selanjutnya, wilayah Jakarta Barat di Jalan S Parman, Jalan Raya Daan Mogot, Jalan KH Mohammad Masyur, Jalan Pangeran Tubagus Angke, Jalan Panjang Raya, Jalan Lingkar Luar Barat rata-rata trotoarnya rusak sempit dan dimanfaatkan sebagai parkir dan berjualan pedagang kaki lima.
Terakhir wilayah Jakarta Timur Jalan Raya Kalimayang, Jalan Otto Iskandar Dinata, Jalan I Gusti Ngurah Rai, Jalan Pemuda Raya, Jalan Basuki Rahmat memiliki masalah yang sama, ruas jalan untuk trotoar rusak dan dimanfaatkan sebagai tempat parkir.
Ahmad menilai, hanya sepanjang Jalan Jenderal Sudirman, MH Thamrin, Medan Merdeka Barat yang kondisi trotoarnya layak. Namun, para pejalan kaki juga tetap mesti berhati-hati karena banyak pot besar di tengah trotoar. [*]