Real Estate Indonesia menyatakan harga tanah di Jawa Tengah naik 10-15 persen setiap tahunnya sehingga secara otomatis berpengaruh terhadap harga jual rumah kepada masyarakat.
“Memang kondisi setiap tahun harga tanah ini mengalami kenaikan, hal tersebut tidak dapat dihindari,” kata Wakil Ketua Bidang Pertanahan REI Jateng Wibowo Tedjosukmono di Semarang, Jumat (31/7).
Dia mengatakan untuk daerah di Kota Semarang terjadi peningkatan harga tanah yang cukup cepat dan signifikan yaitu kawasan Semarang bagian selatan, di antaranya Gombel dan Bukitsari, serta Semarang bagian barat yaitu Ngaliyan dan Mijen.
Menurutnya, komponen harga tanah sendiri mencapai 40 persen dari total harga yang diberikan kepada konsumen. Karena itu, ada kenaikan sedikit saja langsung berpengaruh terhadap harga jual rumah. Belum lagi pihaknya mengkhawatirkan adanya kenaikan harga yang disebabkan oleh kenaikan harga material.
Aada beberapa material bangunan yang sebagian masih harus diimpor. Kondisi penguatan dolar AS yang saat ini masih berlangsung tentu akan berpengaruh terhadap harga material impor tersebut.”
Beberapa material bangunan yang masih diimpor di antaranya besi, baja ringan, dan semen. Padahal, ketiganya termasuk bahan utama dari pembangunan rumah, kata Wibowo.
Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Promosi dan Publikasi Dewan Pengurus Daerah REI Jateng Dibya K Hidayat mengatakan, kenaikan harga bahan bangunan tersebut berpotensi menaikkan harga jual rumah. Meski demikian, pihaknya belum dapat memastikan berapa kenaikan tersebut.
“Saat ini para pengembang tengah menghitung berapa kenaikan harga jual rumah, tapi kita berharap kenaikannya tidak lebih dari 5 persen,” kata Dibya.[*]
