Jumat, April 19, 2024

Belajar dari Bencana Gelombang Panas di Pakistan

A girl bathes to cool off herself with water that is leaking from a broken pipe valve on a hot summer day on the outskirts of Ahmedabad, India, May 18, 2015. Temperature in Ahmedabad on Monday reached 44 degrees Celsius (111.2 degrees Fahrenheit), according to India's metrological department website. REUTERS/Amit Dave       TPX IMAGES OF THE DAY      *** Local Caption *** Seorang anak perempuan mandi dengan air dari pipa bocor di hari yang panas di pinggiran kota Ahmedabad, Senin (18/5). Suhu hari Senin kemarin mencapai 44 derajat celsius di Ahmedabad, menurut situs lembaga meteorologi India. ANTARA FOTO/ REUTERS/Amit Dave

TPX IMAGES OF THE DAY *** Local Caption *** Seorang anak perempuan  mandi dengan air dari pipa bocor di hari yang panas di pinggiran kota Ahmedabad, Senin (18/5)/ANTARA FOTO/
REUTERS/Amit Dave

Gelombang  panas menerjang Pakistan. Suhu panas di Pakistan mencapai 43 hingga 45 derajat Celcius. Menurut  siaran pers pemerintah Pakistan, korban jiwa di Karachi mencapai  1.250 orang. Korban jiwa diperkirakan akibat dehidrasi.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di Pakistan. Kira-kira  satu bulan sebelumnya, India, tetangga Pakistan  dilanda gelombang panas yang juga menimbulkan ribuan korban jiwa.

Menurut laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang dikutip WWF, perubahan iklim menjadi penyebab  terjadinya gelombang panas.  Hal tersebut juga meningkatkan kemungkinan terjadinya gelombang panas di  beberapa tempat di dunia. Beberapa kawasan yang berpotensi dilanda gelombang panas adalah Eropa, Asia, serta Australia.

Menurut Menteri Ilmu Pengetahuan Kebumian India Harsh Vardhan, gelombang panas di India diakibatkan perubahan iklim.”Ini bukan gelombang di musim panas biasa,” tutur Harsh Vadan.

Ahli Perubahan Iklim  Universitas Pennsylvania, Michael Mann yakin kejadian gelombang panas di lokasi-lokasi tertentu  kemungkinan  terkait dengan perubahan iklim yang disebabkan manusia.

Gejala alam ekstrem bisa terjadi dalam bentuk lain di Indonesia. Salah satu studi bersama Institut Teknologi Bandung bersama   American Red Cross dan Palang Merah Indonesia, menunjukkan kemungkinan gejala alam ekstrem yang diprediksi dialami Indonesia pada 2035. Beberapa di antaranya, pengurangan air tanah, suhu yang naik dua derajat celcius dibandingkan suhu di 2012, curah hujan meningkat, dan naiknya permukaan laut.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa gelombang panas seperti yang terjadi di India tidak akan terjadi di Indonesia. Menurut Thomas Djamaluddin, dinamika atmosfer Indonesia dan India berbeda.

Menurut Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik, Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika, Fachri Radjab, aliran udara panas di India minim kemungkinan terjadi di Indonesia. Selain itu, Eddy Hermawan peneliti senior Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Indonesia memiliki keuntungan, yakni dengan memiliki wilayah perairan yang luas.

Karakter wilayah peraian ini yang dapat membuang panas.  Anomali hembusan angin monsun di wilayah utara India terjadi karena ada pembalikan arah angin dan pengurangan kelembapan. Hal ini yang berpengaruh pada  kekeringan. [*]

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.