Sabtu, Desember 6, 2025

Book Boyfriend: Ketika Pria Idaman Hanya Ada di Buku

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Di tengah gelombang tren sastra yang terus bergolak, khususnya dalam genre romansa, sebuah figur idaman baru telah menawan hati para pembaca: “book boyfriend”. Istilah yang ramai diperbincangkan di platform digital seperti BookTok dan Bookstagram ini merujuk pada karakter pria fiksi yang seolah melompat dari imajinasi terdalam seorang wanita. Mereka digambarkan sebagai sosok yang selalu penuh hormat, sangat perhatian, memiliki kesetiaan tanpa batas, dan meninggalkan kesan yang tak terlupakan jauh setelah halaman terakhir ditutup.

Bolu Babalola, penulis di balik Honey & Spice dengan karakter Malakai yang menjadi ikon “book boyfriend” yang dielu-elukan, berpendapat bahwa sifat-sifat ideal ini bukanlah sekadar khayalan belaka. Baginya, esensinya terletak pada kebaikan, kelembutan, serta kemampuan untuk melihat dan menghargai seorang wanita sebagai individu dengan segala ambisi dan impiannya. Ini adalah cerminan dari apa yang seharusnya ada dalam hubungan nyata, bukan sekadar fantasi belaka.

Popularitas novel romansa yang kian meroket, bersamaan dengan melonjaknya fenomena “book boyfriend”, seolah menjadi cermin yang merefleksikan adanya kesenjangan yang kian melebar dalam dinamika kencan heteroseksual di dunia nyata. Jeanette Moreno, seorang BookToker yang aktif menyuarakan pandangannya, mengungkapkan ironi ini dengan tajam. Ia mengakui bahwa para pembaca tentu memahami bahwa karakter-karakter fiksi ini adalah imajinasi semata.

Namun, kontras mencolok antara keindahan romansa di buku dan realitas pahit di dunia kencan seringkali tak terhindarkan. Banyak wanita merasa bahwa tindakan sederhana namun esensial, seperti ditraktir kopi atau memastikan mereka tiba di rumah dengan selamat, kini menjadi “kemewahan” yang jarang ditemukan dalam kehidupan kencan sehari-hari. Ini memicu pertanyaan besar: Mengapa para pria sungguhan seringkali kesulitan untuk “naik level” dan mencapai standar dasar kebaikan serta perhatian yang begitu mudah ditemukan pada para kekasih fiksi mereka? Fenomena ini bukan hanya tentang melarikan diri ke dalam fantasi, tetapi juga tentang harapan dan keinginan yang belum terpenuhi di dunia nyata.

Fenomena ikatan mendalam yang terjalin antara pembaca dan karakter fiktif sejatinya bukanlah cerita baru dalam sejarah literatur. Marcela Di Blasi, seorang asisten profesor dari Dartmouth College, dengan cerdik menarik benang merah antara obsesi “book boyfriend” modern dengan preseden historis yang telah lama ada.

Ia menyoroti penerimaan novel Madame Bovary karya Gustave Flaubert di abad ke-19, di mana sang protagonis, Emma Bovary, begitu tenggelam dalam dunia novel romansa hingga batas antara imajinasi dan realitas menjadi kabur, mengarah pada konsekuensi tragis dalam hidupnya. Kisah Emma ini menjadi pengingat klasik akan betapa kuatnya daya pikat fiksi dalam membentuk persepsi dan ekspektasi seseorang terhadap kehidupan.

Jejak sejarah lain yang tak kalah menarik adalah fenomena “demam Jane Eyre” yang melanda pada tahun 1848. Kala itu, para wanita dan gadis seolah tersihir oleh sosok Mr. Rochester, karakter utama pria dalam novel legendaris Charlotte Brontë. Meskipun Mr. Rochester digambarkan memiliki banyak kekurangan signifikan—termasuk menyimpan istrinya di loteng dan secara eksplisit disebut tidak tampan—ia berhasil menciptakan dampak emosional yang luar biasa pada imajinasi para pembaca.

Daya tariknya justru terletak pada kompleksitas karakternya dan bagaimana ia memicu respons emosional yang kuat. Contoh-contoh historis ini secara gamblang menggarisbawahi sebuah kebenaran universal: pesona tak tertahankan dari seorang pahlawan fiksi adalah buah dari perpaduan sempurna antara kemahiran seorang penulis dalam menciptakan karakter yang hidup dan keterlibatan emosional yang mendalam dari pembaca itu sendiri. Ini bukan sekadar tentang kisah yang diceritakan, melainkan tentang resonansi yang diciptakan dalam jiwa dan pikiran pembaca, yang membuat karakter-karakter fiksi tersebut terasa begitu nyata dan berkesan.

Meskipun pesona “book boyfriend” kerap menyuguhkan gambaran ideal akan cinta dan kemitraan yang sempurna, penting untuk disadari bahwa mereka bukanlah cetak biru atau panduan mutlak yang bisa diterapkan langsung pada hubungan di kehidupan nyata. Ambil contoh Rhysand dari serial A Court of Thorns and Roses—meskipun dicintai secara luas dan dianggap sebagai salah satu “book boyfriend” terbaik, karakternya juga memiliki sisi problematik yang tak terpisahkan dari kualitasnya yang menawan. Ini menunjukkan bahwa bahkan dalam imajinasi sekalipun, kesempurnaan sejati itu kompleks dan berlapis.

Pada intinya, para pria fiksi ini—dengan pesona “mematikan”, dedikasi tak tergoyahkan, dan segala atribut ideal lainnya—berfungsi sebagai cermin yang memantulkan apa yang sesungguhnya didambakan pembaca dalam seorang pasangan. Mereka secara tak langsung mengartikulasikan kebutuhan akan koneksi yang lebih dalam, penghargaan, dan dukungan emosional yang seringkali terasa absen di dunia nyata.

- Advertisement -

Kisah-kisah ini, pada gilirannya, dapat menjadi katalisator pemberdayaan. Seperti yang dialami oleh seorang siswa sekolah menengah yang setelah membaca Honey & Spice merasa terdorong untuk mengevaluasi kembali pilihan kencannya, “book boyfriend” mampu menginspirasi wanita untuk tidak lagi puas dengan hubungan yang dangkal.

Mereka mendorong pencarian akan kemitraan yang benar-benar menambah nilai pada hidup, menekankan pentingnya persahabatan yang otentik, kebersamaan yang menyenangkan, dan rasa hormat timbal balik sebagai fondasi utama, jauh melampaui daya tarik fisik semata. Dengan demikian, fiksi romansa bukan hanya pelarian, melainkan juga alat refleksi yang kuat untuk memahami dan mencari kualitas hubungan yang lebih bermakna.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.