China mengalami kebangkitan signifikan dalam kancah internasional, secara aktif menggeser tatanan global dari dominasi Barat menuju multipolaritas. Strateginya menekankan klaim agensi non-Barat dengan membangun institusi alternatif seperti Asian Infrastructure Investment Bank dan Shanghai Cooperation Organization. Melalui inisiatif seperti Belt and Road Initiative (BRI), China mengekspansi pengaruhnya lewat investasi infrastruktur besar di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, menawarkan model kerja sama pragmatis yang berbeda dari pendekatan donor Barat.
China juga mengembangkan kekuatan lunak dengan program budaya, pertukaran akademik, dan media untuk memperkuat norma dan nilai dalam Sinosphere. Di Asia Tenggara, persepsi elit mulai melihat China sebagai mitra penting dalam keamanan dan tata regional, yang mendorong pembentukan aliansi baru di negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand.
Strategi China tidak sekadar defensif, tapi juga perluasan kepemimpinan global melalui inisiatif seperti Global Security Initiative (GSI) dan Global Development Initiative (GDI), yang menekankan kedaulatan dan non-intervensi sebagai kritik terhadap praktik Barat. China mengusulkan konsep tata kelola global baru seperti community of common destiny dan win-win cooperation, yang atraktif bagi banyak negara di global Selatan meski terdapat kekhawatiran terkait transparansi dan utang.
Dalam mediasi konflik, China mengedepankan solusi lokal dan konsensus sebagai alternatif model mediasi Barat. Secara ekonomi, upaya internasionalisasi renminbi dan pengembangan yuan digital bersama BRI bertujuan mengurangi dominasi dolar AS dan institusi keuangan Barat.
Penyesuaian strategi China di era pemerintahan Biden menunjukkan pendekatan manajemen risiko dan keseimbangan strategis dengan diplomasi yang fleksibel dan tidak konfrontatif. Meskipun mendapat kritik terkait pluralisme politik dan potensi utang, tujuan utama China adalah membangun sistem global yang plural dan multipolar, bukan menggantikan struktur Barat secara total.
Strategi China ini juga menuntut adaptasi dari pihak Barat dalam bantuan pembangunan dan kemitraan strategis. Pada akhirnya, keberhasilan strategi China akan bergantung pada keseimbangan antara ambisi, tanggung jawab, inovasi, dan kemitraan inklusif. Dunia kini menghadapi masyarakat internasional yang lebih plural, dengan China sebagai aktor utama di dalamnya.
