Minggu, Juni 8, 2025

Lelah dengan Hustle Culture? Coba Manajemen Tujuan

Rizki Ramadan
Rizki Ramadan
Mahasiswa Aktif Program Studi Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- Advertisement -

“Kalau bukan sekarang, kapan lagi?”

Kalimat ini sering kita dengar di berbagai konten motivasi. Pesannya memang terdengar kuat. Kita diajak untuk tidak membuang waktu, terus mengejar mimpi, dan selalu produktif. Di media sosial, pemandangan seperti ini sudah jadi hal biasa. Banyak orang membagikan rutinitas harian mereka yang super sibuk, lengkap dengan daftar tugas dan target-target ambisius yang tampak mengesankan. Perlahan, kesibukan itu sendiri seolah berubah menjadi simbol keberhasilan. Semakin sibuk seseorang, semakin sukses dia terlihat.

Namun, benarkah sesibuk itu selalu berarti sukses?

Di balik semangat produktivitas yang terus digaungkan di mana-mana, banyak orang justru mulai merasa kelelahan. Kelelahan yang dirasakan banyak orang saat ini bukan hanya soal fisik, tetapi juga menyentuh sisi mental. Mahasiswa kerap merasa terbebani oleh tuntutan nilai dan prestasi, sementara para pekerja muda mulai kehilangan waktu untuk beristirahat atau sekadar menikmati hidup.

Pola makan menjadi tidak teratur, waktu tidur terganggu, dan ruang untuk diri sendiri pun semakin terbatas. Fenomena ini dikenal dengan istilah hustle culture, yaitu budaya yang menjadikan kesibukan sebagai sesuatu yang dibanggakan, meskipun sering kali tanpa arah yang jelas.

Menurut Aimee Daramus, seorang psikolog klinis asal Amerika Serikat, salah satu cara sederhana untuk menghadapi tekanan semacam ini adalah dengan metode task snacking. Alih-alih mengerjakan tugas besar sekaligus, kita bisa membaginya menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dikelola. Cara ini bisa membantu menjaga motivasi tetap stabil dan mencegah rasa kewalahan yang berlebihan.

Tapi sesungguhnya, yang lebih penting dari sekadar teknik manajemen waktu adalah manajemen tujuan. Produktivitas yang sehat lahir dari pemahaman yang utuh tentang apa yang sebenarnya ingin kita capai dalam hidup. Bukan cuma soal mencatat tugas-tugas harian, tapi juga menyusun arah hidup dengan sadar dan realistis, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Semua ini bisa dimulai dengan menetapkan tujuan yang benar-benar bermakna dan selaras dengan nilai-nilai pribadi. Ketika kita tahu apa yang penting bagi diri kita sendiri, kita lebih mudah bertahan dalam proses panjangnya. Setelah itu, tujuan besar yang terlihat menakutkan di awal bisa kita pecah menjadi langkah-langkah kecil yang lebih mudah dicapai. Ini membuat perjalanan terasa lebih ringan dan lebih manusiawi.

Berbagai alat bisa membantu kita mengelola tujuan tersebut, mulai dari aplikasi seperti Notion, Trello, Google Calendar, hingga jurnal harian. Alat-alat ini bukan hanya untuk mencatat tugas, tapi juga bisa jadi cermin progres yang memberi kita rasa kepuasan kecil setiap kali berhasil melangkah.

Yang tak kalah penting adalah evaluasi rutin. Kadang, kita terlalu sibuk berjalan sampai lupa menanyakan “apakah arah sesuai dengan tujuan awal?” Evaluasi bukan tanda kegagalan, melainkan bagian dari perjalanan. Kita juga perlu memberi ruang untuk introspeksi dan menyesuaikan diri, karena hidup penuh perubahan yang tak selalu bisa kita kontrol. Menyesuaikan arah bukan berarti menyerah, tapi justru tanda bahwa kita sadar dan terhubung dengan diri sendiri.

- Advertisement -

Di era digital seperti sekarang, teknologi bisa menjadi sahabat yang baik dalam mengatur hidup. Aplikasi pengingat, tracker kebiasaan, atau bahkan game seperti Habitica bisa membantu menyusun prioritas dan membentuk rutinitas yang sehat. Tapi penting untuk diingat: esensi produktivitas bukan terletak pada seberapa sibuk jadwal kita, melainkan pada apakah aktivitas-aktivitas itu benar-benar mendekatkan kita pada nilai dan tujuan hidup yang kita yakini.

Menjadi produktif tentu bukan hal yang salah. Tapi produktivitas yang sehat seharusnya tidak mengorbankan kesehatan mental maupun fisik. Dengan manajemen tujuan yang tepat, kita bisa tetap berkembang dan berkarya tanpa kehilangan kendali atas hidup kita sendiri. Karena pada akhirnya, keberhasilan bukan hanya tentang seberapa cepat kita melaju, tapi tentang apakah kita benar-benar berjalan ke arah yang benar.

Rizki Ramadan
Rizki Ramadan
Mahasiswa Aktif Program Studi Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.