Kota Bekasi yang saat ini dikenal sebagai pusat industri dan kawasan pemukiman di bagian timur Jakarta menyimpan jejak sejarah yang panjang yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Nama “Bekasi” bukanlah nama yang baru, melainkan hasil perkembangan dari nama kuno yang memiliki akar yang dalam pada sejarah kerajaan besar di Nusantara, yaitu Kerajaan Tarumanagara. Perjalanan nama Bekasi dari zaman kuno hingga zaman modern mencerminkan dinamika budaya, politik, dan linguistik yang membentuk identitas kota ini.
Jejak Pertama: Prasasti Tugu dan Sungai Chandrabhaga
Awal mula sejarah nama Bekasi dapat ditelusuri dari Prasasti Tugu, salah satu dari tujuh prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara yang ditemukan di daerah Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini berasal dari masa pemerintahan Raja Purnawarman pada abad ke-5 Masehi dan ditulis dalam aksara Pallawa serta bahasa Sanskerta.
Dalam prasasti tersebut disebutkan proyek besar penggalian sungai yang dinamakan Chandrabhaga. Sungai ini disebutkan digali sepanjang 6.122 hasta (sekitar 11 kilometer) untuk mengairi pertanian dan sebagai bentuk penghormatan kepada dewa. Para sejarawan dan arkeolog percaya bahwa Sungai Chandrabhaga inilah yang kini dikenal sebagai Sungai Bekasi.
Menurut Kompas.com (2021), kata “Chandrabhaga” berasal dari bahasa Sanskerta, dengan “Chandra” berarti bulan dan “Bhaga” berarti bagian, sehingga maknanya adalah “bagian dari bulan”. Seiring perjalanan waktu dan perubahan bahasa, istilah ini mengalami proses pelafalan ulang oleh masyarakat lokal.
Transformasi Nama: Dari Bhagasasi hingga Bacassie
Nama “Chandrabhaga” lambat laun berubah dalam pengucapan masyarakat setempat menjadi Bhagasasi atau Bagasasi. Perubahan ini lazim terjadi dalam proses pelafalan istilah Sanskerta ke dalam bahasa Jawa Kuno dan Melayu kuno. Nama tersebut kemudian muncul dalam berbagai dokumen peninggalan Belanda dengan ejaan “Bacassie” cara Belanda menuliskan pelafalan lokal pada masanya.
Dalam artikel Pikiran-Rakyat (2022) yang mengutip sejarawan lokal, disebutkan bahwa ejaan Bacassie kemudian mengalami penyesuaian fonetik dalam masa peralihan ke bahasa Indonesia modern dan menjadi “Bekasi”.
Transformasi ini mencerminkan bagaimana sejarah, bahasa, dan pengaruh kolonial memainkan peran penting dalam membentuk nama-nama wilayah di Indonesia. Bekasi bukanlah satu-satunya contoh. Banyak wilayah lain juga mengalami transformasi nama serupa akibat kolonialisme dan adaptasi budaya.
Peran Strategis Bekasi dalam Sejarah
Lebih dari sekadar perubahan nama, wilayah Bekasi sendiri memiliki peran penting dalam sejarah Nusantara. Sejumlah temuan arkeologi di daerah seperti Babelan, Tarumajaya, dan Tambun menunjukkan bahwa kawasan ini merupakan bagian dari pusat peradaban Sunda kuno.
Salah satu temuan penting lainnya adalah Prasasti Kebantenan, yang ditemukan di wilayah Kabupaten Bekasi. Prasasti ini, menurut SINDOnews (2023), memperkuat dugaan bahwa Bekasi merupakan bagian dari pusat aktivitas Kerajaan Tarumanagara, baik secara politik maupun ekonomis.
Bekasi juga mencatatkan perannya dalam perjuangan kemerdekaan. Di era kolonial dan penjajahan Jepang, wilayah ini menjadi basis gerilya dan tempat lahirnya sejumlah pejuang seperti KH. Noer Ali, yang memimpin laskar Hizbullah dan memainkan peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan.
Bekasi Hari Ini: Dari Kota Satelit ke Bumi Patriot
Setelah kemerdekaan, Bekasi mengalami perubahan status administratif. Pada tahun 1982, Bekasi ditetapkan sebagai kota administratif yang berada di bawah Kabupaten Bekasi. Kemudian, pada tahun 1997, Bekasi resmi menjadi kota otonom.
Julukan “Kota Patriot” melekat erat pada Bekasi sebagai penghormatan atas peran masyarakatnya dalam perjuangan nasional. Pemerintah kota mengadopsi slogan ini sebagai bagian dari identitas kebanggaan lokal.
Kini, Bekasi menjadi salah satu kota dengan pertumbuhan penduduk tercepat di Indonesia. Perkembangannya sebagai kota industri, kawasan perumahan, dan pusat ekonomi telah menjadikannya bagian penting dari wilayah megapolitan Jabodetabek.
Kesimpulan: Bekasi sebagai Simbol Peradaban dan Ketahanan Budaya
Sejarah nama Bekasi mencerminkan jejak panjang peradaban, mulai dari masa kejayaan Tarumanagara hingga masa penjajahan dan modernisasi. Perjalanan dari Chandrabhaga, Bhagasasi, Bacassie, hingga akhirnya menjadi Bekasi adalah bukti bahwa identitas suatu wilayah terbentuk dari akumulasi sejarah, bahasa, dan budaya.
Mengetahui asal-usul nama Bekasi bukan hanya penting dari sisi akademis, tetapi juga untuk memperkuat kesadaran akan warisan budaya yang ada di sekitar kita. Sebagai kota yang terus tumbuh, pemahaman terhadap sejarah Bekasi menjadi landasan penting dalam membangun identitas masyarakat masa kini dan masa depan.