Jumat, Februari 28, 2025

Plagiasi dan Nasihat Islam tentang Kejujuran

Fathur Rossi
Fathur Rossi
Fathur Rossi, anak ke-2 dari lima bersaudara. Lahir dan tumbuh di Surabaya.
- Advertisement -

Dalam dunia kepenelitian, marak terjadi penyimpangan dan pelanggaran terhadap aturan yang seharusnya dipatuhi. Menurut data yang dikumpulkan dari hasil kolaborasi investigasi oleh The Conversation Indonesia, Tempo, dan jaring., terdapat 27 artikel ilmiah karya penulis Indonesia yang dicabut dari laman penerbitan dalam rentang waktu 3 bulan pertama pada tahun 2024. Meski bukti yang dipaparkan adalah data tahun lalu, akan tetapi tidak lalu menepikan fakta bahwa praktik curang dalam dunia akademik jelas sangat membahayakan perkembanganan riset di Indonesia.

Pelanggaran akademik yang paling sering dan banyak dilakukan adalah plagiasi. Terbukti dengan angka plagiarisme di Indonesia yang menempati peringkat dua dengan paper plagiat terbanyak di dunia. Bahkan, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Imam Taufiq dinonaktifkan karena terbukti melakukan tindakan plagiasi terhadap beberapa karya ilmiah. Hal ini membuktikan bahwa tindakan plagiasi marak terjadi dari level terbawah hingga yang paling atas

Secara umum, faktor dari tindakan nakal ini adalah rasa malas yang membuat seseorang menginginkan semuanya serba instan tanpa melewati proses yang melelahkan. Sebab kemalasan itu juga, seseorang enggan untuk berpikir mendalam dan serius dalam mengerjakan tugas-tugas perkuliahan yang hampir keseluruhannya bergelut dengan riset dan penelitian.

Plagiasi adalah ketidakjujuran akademik yang memiliki dampak besar bagi pelakunya dan tentunya akan sangat merugikan pihak lain. Menurut Felicia U, plagiasi dikategorikan sebagai upaya pengakuan ide, gagasan tulisan orang lain sebagai miliknya. Dengan melakukannya, maka seseorang dianggap telah melakukan kebohongan kepada publik, karena ia menyatakan karyanya adalah miliknya. Padahal kenyataannya, ia mendapatkannya dengan cara mencuri, sehingga yang paling dirugikan adalah pemilik aslinya.

Sayangnya tindakan semacam ini, minim sekali mendapat perhatian dan sorotan dari pengawasan pihak-pihak yang bertanggung jawab. Bahkan masih sering ditemukan mahasiswa yang mewajarkan tindakan semacam ini dan menganggapnya sebagai kebiasaan yang biasa dan lumrah. Oleh karenanya, sudah semestinya bagi kita untuk tidak menormalisasi bentuk ketidakjujuran tersebut dalam proses akademik.

Menurut Sere Beatrix Eugiene Simanjuntak yang dikutip dalam buku Plagiarisme dan Intergritas Akademik, faktor lain dari maraknya tindakan semacam ini adalah minimnya kesadaran tentang pentingnya kejujuran dan rasa tanggung jawab. Kejujuran adalah sifat dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam tingkah laku dan tindakannya. Dengan bersikap jujur, seseorang telah memiliki integritas dan kredibilitas di hadapan orang lain. Tidak heran jika Warren Buffet seorang miliarder Amerika Serikat mengatakan bahwa orang yang jujur dan berkarakter lebih bagus daripada orang yang tidak jujur dan tidak memiliki karakter.

Bisa dipastikan bahwa seluruh agama di dunia ini pasti mengajarkan nilai-nilai kejujuran, karena kejujuran adalah salah satu amal kebajikan. Menurut Islam, kejujuran dan menjauhi kebohongan adalah kunci ketenangan dan kesuksesan, baik di dunia ataupun di akhirat. Banyak ayat serta riwayat yang mengharuskan seseorang untuk menanamkan sifat jujur dalam dirinya. Salah satunya ialah hadis sahih Bukhari-Muslim yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud sebagaimana berikut:

إنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إلى البِرِّ، وإنَّ البِرَّ يَهْدِي إلى الجَنَّةِ، وإنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حتّى يَكونَ صِدِّيقًا. وإنَّ الكَذِبَ يَهْدِي إلى الفُجُورِ، وإنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إلى النّارِ، وإنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حتّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذّابًا .الراوي: عبدالله بن مسعود • البخاري، صحيح البخاري (٦٠٩٤) • [صحيح] • أخرجه مسلم (٢٦٠٧) باختلاف يسير

“Sesungguhnya kejujuran itu membimbing kepada kebajikan, dan kebajikan itu membimbing ke surga. Dan seseorang akan senantiasa jujur hingga ia dicatat sebagai orang yang sangat jujur (ṣiddīq). Dan sesungguhnya kebohongan itu membimbing kepada kejahatan, dan kejahatan itu membimbing ke neraka. Dan seseorang akan senantiasa berbohong hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” 

Contoh lainnya dari betapa pentingnya menjauhi kebohongan terdapat dalam sebuah peristiwa antara Rasulullah saw. dan seorang pelaku maksiat. Suatu hari orang tersebut mendatangi Rasulullah saw. dengan maksud untuk meminta nasihat perihal cara meninggalkan maksiat karena sudah berkali-kali gagal. Ia berkata “Ya Rasulullah berilah aku nasehat yang dengannya dapat menyelamatkanku dari melakukan maksiat.” Kemudian beliau menjawab, “Bisakah engkau berjanji kepadaku untuk meninggalkan kebohonan?”. Sontak orang tersebut kaget dan heran. Benarkah hanya ini nasehatnya. Lalu nabi menyuruhnya kembali dalam beberapa hari.

- Advertisement -

Dengan perasaan yang tidak begitu puas, ia kembali sembari mengingat nasihat yang diberikan oleh nabi yaitu meninggalkan kebohongan. Setelah beberapa waktu kemudian, saat ia hendak kembali  melakukan kemaksiatan ia teringat oleh pesan nabi tersebut. Ia bergumam, “Kalau saya melakukan maksiat lagi dan nabi menanyakan apakah kamu mengulanginya, apakah mungkin saya berbohong kepada beliau?”. Begitulah seterusnya, hingga ia berhasil untuk meninggalkan kebiasaan buruknya.

Jika sebelum ini dalil yang dikemukakan berasal dari hadis nabi, maka sekarang coba kita perlihatkan kumpulan ayat yang mengajarkan kita untuk berlaku dan bersikap jujur. Dari sekian banyaknya pesan Al-Qur’an tentang kejujuran, setidaknya disebutkan beberapa saja contohnya antara lain, yaitu surah Al-Maidah ayat 8, At-Taubah ayat 70, Al-Ankabut ayat 3, dan Al-Ahzab ayat 70. Ayat-ayat tersebut mengandung pesan untuk berkata jujur dan anjuran berkumpul dengan orang-orang yang jujur.

Sayangnya, kejujuran sering kali dianggap oleh sebagian orang sebagai pesan-pesan biasa yang diucapkan oleh pendakwah, penceramah dan yang lainnya. Meskipun demikian, pesan tersebut tidak lantas membuat mereka menadaburinya dengan serius, sehingga berimbas pada maraknya perilaku curang seperti krisis kejujuran diantara masyarakat. Salah satu contoh konkretnya adalah maraknya plagiasi jika ditinjau dari kalangan akademisi. Hal itu, menjadi batu hambatan dalam perkembangan pribadi seseorang dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Fathur Rossi
Fathur Rossi
Fathur Rossi, anak ke-2 dari lima bersaudara. Lahir dan tumbuh di Surabaya.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.