Jumat, April 25, 2025

Hello Kitty: 50 Tahun Menggemaskan Dunia

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Mari kita kembali ke tahun 1974, saat Yuko Shimizu, seorang ilustrator muda berusia 24 tahun, bergabung dengan Sanrio, perusahaan Jepang yang terkenal dengan desain bermotif stroberi. Sanrio ingin menciptakan sesuatu yang baru, sesuatu yang berbeda. Mereka memberi Shimizu arahan singkat: “kawaii”, yang berarti “imut” dalam bahasa Jepang. Shimizu pun mulai menggoreskan pena di atas kertas, melahirkan karakter kecil berkepala bulat dengan pita di kepalanya. Hello Kitty pun lahir!

Kini, 50 tahun kemudian, Hello Kitty  masih  eksis dan  semakin  berkembang.  Berawal  dari  sebuah  dompet  koin,  Hello  Kitty  telah  bertransformasi  menjadi  ikon  pop,  sebuah  fenomena  unik,  dan  yang  terpenting,  sebuah  kerajaan  bisnis  yang  menghasilkan  sekitar  $4  miliar  per  tahun.  Lebih  dari  50.000  jenis  produk  Hello  Kitty  dijual  di  130  negara,  mulai  dari  pernak-pernik  kecil  hingga  barang-barang  mewah.

Hello Kitty telah  berkolaborasi  dengan  berbagai  merek  ternama  seperti  Adidas,  Swarovski, dan  Balenciaga.  Wajahnya  hadir  di  mana-mana,  mulai  dari  restoran,  taman  hiburan,  museum,  kereta  peluru,  hingga  McDonald’s  Happy  Meal.  Hello  Kitty  bahkan  menjadi duta  UNICEF  dan  utusan  khusus  Kementerian  Luar  Negeri  Jepang.  Lil  Yachty  menyanyikan  lagu  tentang  Hello  Kitty,  Lady  Gaga  mengenakan  pakaian  bergambar  Hello Kitty,  dan  Raja  Charles  pun  mengucapkan  selamat  ulang  tahun  padanya.

Hello Kitty adalah  franchise  media  terlaris  kedua  di  dunia  setelah  Pokémon,  dan  telah  meraup  keuntungan  sebesar  $80  miliar  sepanjang  “hidupnya”.  Kesuksesan  Hello  Kitty  ini tentunya  tidak  hanya  karena  kelucuannya,  tetapi  juga  karena  strategi  bisnis  yang  cerdas. Berikut  adalah  tiga  kunci  sukses  Hello  Kitty:

Pertama, ekspansi  bisnis  yang  cerdas. Sanrio  awalnya  fokus  menjual  produk  Hello  Kitty  di toko  mereka  sendiri.  Namun,  margin  keuntungan  yang  kecil  membuat  mereka  mengubah strategi. Pada  tahun  2008,  Sanrio  mulai  melisensikan  Hello  Kitty  secara  agresif. Strategi  ini  mengurangi  risiko,  mempertahankan  kontrol  atas  citra  Hello  Kitty,  dan  menghasilkan  miliaran  dolar  dari  royalti.

Kedua, target  audiens  yang  tepat. Seperti  kebanyakan  merek  sukses  lainnya,  Hello  Kitty  menargetkan  penggemar  muda.  Hal  ini  sangat  penting  karena  para  penggemar  muda  ini  akan  terus  menyukai  Hello  Kitty  hingga  mereka  dewasa  dan  mewariskan  kecintaan  ini  kepada  anak-anak  mereka.  Hello  Kitty  hadir  dalam  berbagai  bentuk,  mulai  dari  mainan  untuk  anak-anak,  sensasi  TikTok  untuk  remaja,  hingga  lini  riasan  di  Sephora  dan  maskot  bola  basket  untuk  orang  dewasa.

Ketiga, kemampuan  beradaptasi. Satu  dekade  lalu,  popularitas  Hello  Kitty  sempat  menurun.  Namun,  Sanrio  berhasil  membalikkan  keadaan  dengan  menyesuaikan  Hello  Kitty  dengan  perkembangan  zaman.  Hello  Kitty  yang  ekspresif,  tidak  mengancam,  dan  terbuka  untuk  interpretasi  memudahkannya  untuk  berintegrasi  dengan  berbagai  merek  dan  tren.

Hello  Kitty  memiliki  sebuah  paradoks  yang  menarik.  Desainnya  sederhana,  mudah  diproduksi,  dan  mudah  dikenali,  namun  karakternya  sulit  untuk  didefinisikan.  Menurut  alur  cerita  yang  dibuat  oleh  Sanrio,  Kitty  lahir  di  Jepang  tetapi  tinggal  di  London.  Kitty  juga  bukanlah  seekor  kucing,  melainkan  seorang  gadis  kecil.  Meskipun  tidak  memiliki  mulut,  Hello  Kitty  dipandang  sebagai  simbol  pemberdayaan.  Kelucuan  Hello  Kitty  tidak  hanya  sekedar  penampilan,  tetapi  juga  sebuah  “soft  power”  yang  membuatnya  tetap  relevan  dan  dicintai  hingga  kini.

Hello Kitty, si kucing imut tanpa mulut ini, telah mencuri hati jutaan orang di seluruh dunia.  Kesuksesannya tak lepas dari strategi jitu yang diterapkan oleh Sanrio, perusahaan di baliknya.  Seperti banyak merek ikonik lainnya seperti Pokémon, Mickey Mouse, dan Star Wars, Hello Kitty memanfaatkan tiga taktik ampuh: lisensi, kolaborasi, dan brand extension.  Namun, ada sesuatu yang unik pada Hello Kitty, sebuah paradoks yang membuatnya berbeda dari yang lain.

Kesederhanaan desainnya yang hanya terdiri dari beberapa bentuk dasar membuatnya mudah diproduksi ulang dan dikenali di mana pun. Namun di balik kesederhanaan tersebut, tersimpan misteri yang menarik.  Hello Kitty adalah teka-teki yang sulit dipecahkan.

- Advertisement -

Meskipun “lahir” di Jepang, ia diceritakan tinggal di London.  Lebih membingungkan lagi, ia bukanlah seekor kucing, melainkan seorang gadis kecil!  Keunikannya semakin lengkap dengan wajahnya yang tanpa mulut, yang justru menjadi simbol pemberdayaan.  Hello Kitty membuktikan bahwa kelucuan tidak hanya sekadar penampilan, tetapi juga kekuatan yang mampu menembus batas budaya dan bahasa.

Dengan strategi yang cerdik dan paradoks yang memikat, Hello Kitty telah membangun kerajaan bisnis yang tak tergoyahkan.  Ia telah menjelma menjadi ikon budaya pop yang tak lekang oleh waktu.  Selama Hello Kitty terus menebar pesona kelucuannya,  ia akan terus menjadi bagian penting dari kehidupan kita, menemani generasi demi generasi.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.