Menyusul PROJO (Pro-Jokowi) kini ada GOJO (Golkar-Jokowi) yang akan ikut meramaikan tahun politik 2019.
Pada 2019, persaingan ketat tak hanya memperebutkan kursi presiden tapi juga wakil presiden. Diperkuat oleh konsultan politik Denny JA, GOJO adalah kendaraan Airlangga Hartarto untuk merebut kursi wakil presiden. Atau setidaknya untuk melestarikan kursi menterinya sekarang.
Airlangga tidak sendirian. Beberapa ketua umum partai lain juga ngarep: Muhaimin Iskandar (PKB), Muhammad Romahurmuziy (PPP), Hary Tanoesoedibjo (Perindo).
Tapi, Airlangga Hartarto sedikit di atas angin. Menyalahi janjinya, Presiden Joko Widodo membiarkan Airlangga merangkap jabatan menteri dan ketua partai.
Ini memperlihatkan kian menguatnya pengaruh Partai Golkar dalam Pemerintahan Joko Widodo. Padahal, Partai Golkar adalah pendukung Prabowo Subianto, musuh Jokowi pada pemilihan presiden 2014. Bahkan sebelum Airlangga masuk kabinet, pengaruh Golkar dalam Pemerintahan Jokowi sudah cukup besar, lewat Jusuf Kalla dan Luhut Pandjaitan (The Super Minister).
Lebih dari itu, warna Golkar dalam Pemerintahan Joko Widodo diperkuat oleh dukungan politisi eks-Golkar yang kini berpartai lain: Wiranto dan Surya Paloh, pendiri Partai Hanura dan Partai Nasdem. Pada 2004, Wiranto dan Surya Paloh ikut dalam Konvensi Partai Golkar, bersaing dengan Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie.
Dalam lima tahun terakhir, kita melihat prestasi luar biasa Partai Golkar: dari oposisi menjadi pilar terkuat Pemerintahan Jokowi.
Dengan sepintas melihat komposisi kabinet, kita bisa melihat Golkar lebih kuat pengaruhnya pada kebijakan publik Joko Widodo dibanding PDI Perjuangan, partai utama pendukung Jokowi pada 2014.
Elemen pendukung Jokowi di luar partai, seperti PROJO, tidak tampak punya gigi. Pada 2019, PROJO mendapat saingan yang kemungkinan lebih powerfull: GOJO di bawah Airlangga Hartarto.
Pengaruh Golkar kian besar di sekeliling Joko Widodo, dan kemungkinan besar akan semakin membesar.
Di seberang itu, Prabowo Subianto juga politisi yang besar dalam tradisi Golkar, meski kini punya partai baru, Partai Gerindra.
Walhasil, pertarungan 2019 adalah pertarungan Golkar vs Golkar. Apa pun hasilnya, pemenangnya adalah Golkar. Ironi terbesar 20 tahun reformasi.