Sabtu, April 20, 2024

Permasalahan Klasik Laundry Konvensional

ahmad fahdi
ahmad fahdi
Laundrypreneur, Pengurus Asosiasi Laundry Indonesia. Pemuda tersesat binaan yayasan pemuda tersesat.

Di sini saya akan berbagi pengalaman saya mengenai masalah-masalah yang saya hadapi ketika menjalankan bisnis laundry.

Sudah hampir 4 tahun saya berkecimpung didalam industri satu ini, meskipun terbilang masih relatif belum lama dalam menggeluti bidang ini, namun ada beberapa pengalaman yang dapat saya bagikan kepada kalian, dan juga beberapa solusi dari perspektif saya dalam hal penyelesaiannya.

Dalam industri laundry sebenarnya ada beberapa jenis laundry yang tentunya akan berbeda-beda pula permasalahan yang dihadapinya, secara garis besar laundry terbagi menjadi dua jenis yaitu laundry konvensional dan laundry self service, pada tulisan saya sebelumnya saya pernah membahas tentang hal tersebut. Cek disini

Dari dua jenis tersebut terbagi lagi jenis-jenisnya berdasarkan marketnya pada laundry konvensional, yaitu ada laundry kiloan yang umum kita kenal, laundry spesialis yang melayani jasa pencucian barang-barang khusus seperti tas, sepatu, perlengkapan bayi, karpet dan layanan home service seperti sofa atau springbed, lalu ada laundry premium satuan serta dry clean.

Untuk kali ini saya akan membahas masalah-masalah yang dihadapi pada laundry konvensional secara umum, ok mari kita mulai.

Masalah SDM

Kita langsung mulai pada masalah yang sangat klasik, SDM merupakan hal yang paling diperlukan dalam menjalankan bisnis ini, dan tidak sembarang SDM tentunya, tetapi sebenarnya tidak terlalu membutuhkan SDM berkemampuan khusus juga kok (jika skala laundrynya masih berskala kecil dan belum berskala besar yang sudah berbentuk sebuah perusahaan). Karena untuk setiap karyawan baru dimanapun sektornya pasti akan selalu ada training.

Kriteria SDM yang dibutuhkan sebenarnya hanya mencakup kriteria umum yang mencakup attitude seperti, rajin, jujur, pekerja keras, dapat bekerja dalam tim dsb. Selebihnya diperlukan kriteria khusus jika akan ditempatkan pada posisi-posisi strategis seperti manager outlet, keuangan, marketing ataupun supervisor, namun posisi-posisi tersebut hanya terdapat pada laundry dengan skala besar yang sudah menjadi sebuah perusahaan.

Jika kriteria yang dibutuhkan tidaklah terlalu spesifik maka seharusnya tidak menjadi masalah karena mengingat tingkat pengangguran yang memenuhi kriteria diatas di Indonesia cukup banyak, namun hal tersebut rupanya masih saja menjadi masalah klasik yang terjadi di laundry konvensional ini.

Faktor yang menyebabkannya adalah persoalan besaran upah, tidak dapat dipungkiri bahwa hal tersebut merupakan daya tarik bagi para pencari kerja, jika besaran gaji yang ditawarkan masih jauh dibawah standart yang ditetapkan seperti UMR, maka dapat dipastikan bahwa SDM yang tersedia hanya SDM yang banyak perlu “dimakluminya”.

Dalam hal kemampuan membayar upah tentunya berkaitan dari besaran pendapatan sebuah usaha. Dalam kasus ini kebanyakan laundry konvensional tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk membayar upah standart UMR dikarenakan permasalahan perang harga yang terjadi antar sesama pelaku laundry konvensional ini.

Dari sisi konsumen jika dilihat sepintas hal ini terlihat menguntungkan dikarenakan mereka akan mendapatkan banyak opsi laundry dengan harga murah, tetapi disisi lain konsumen pun seharusnya dapat melihat lebih jeli, suatu usaha atau perusahaan dijalankan pasti dan tidak lain dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan, begitupun dengan laundry, jika terjadi perang harga maka tidak lain dan tidak bukan akan selalu ada yang dikorbankan, entah kualitas ataupun kuantitas.

Itulah yang terjadi dengan laundry-laundry konvensional ini, demi dapat bersaing dimarket merekapun harus menyesuaikan beberapa hal, salah satunya yaitu penekanan cost upah karyawan yang berujung pada masalah sulitnya mendapatkan SDM.

“Everything has a price”, SDM berkualitas hanya akan didapat dengan harga yang layak (layak disini kita mengacu saja pada UMR).

Jadi sampai disini kalian tau apa solusinya kan?

Masalah sistem

Sistem berasal dari bahasa Latin dan bahasa Yunani adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi untuk mencapai suatu tujuan.

Dalam sebuah laundry konvensional terdapat proses panjang dari hulu ke hilirnya, sehingga diperlukan suatu sistem yang baik agar proses dapat berjalan dengan baik serta proses monitoring pun dapat terlaksana.

Pada era kemajuan teknologi seperti sekarang ini sebenarnya banyak sekali opsi yang dapat kita gunakan untuk membantu kita dalam menjalankan sebuah sistem yang baik. Teknologi akan sangat memudahkan segalanya. Namun hal tersebut tentulah tidak gratis, akan selalu ada beban biaya yang timbul dari situ.

Sebagai contoh, tidak banyak para pelaku laundry konvensional yang memanfaatkan kehadiran aplikasi-aplikasi POS (point of sales) sebagai sistem pencatatan transaksi, pencatatan biaya, dan juga proses produksi.

Lagi-lagi penyebabnya karena imbas dari harga jual yang murah yang membuat para pelaku laundry konvensional harus memangkas beberapa hal demi dapat tetap bersaing dimarket dengan harga murah.

Berkaitan dengan masalah sebelumnya, sebuah sistem pun akan berjalan dengan baik jika dijalankan oleh SDM yang baik pula. Menempatkan setiap SDM yang baik pada setiap proses akan membuat potensi kesalahan menjadi kecil.

Kebanyakan laundry konvensional membebankan rangkap tugas kepada satu SDM dengan tujuan agar menghemat beban biaya.

Masalah komplain customer

Yups, semua akan berujung pada masalah ini, imbas dari pemangkasan beberapa hal yang mempengaruhi masalah kualitas ataupun kuantitas, semuanya saling berkaitan satu sama lain.

Masalah perang harga hanya akan membawa semuanya pada penurunan kualitas dan kuantitas layanan.

Terkadang yang jadi permasalahannya adalah soal ekspektasi konsumen yang tidak sesuai, anda tidak akan mendapatkan spesifikasi serta kenyamanan BMW dengan harga Avanza dong.

 

Orang tidak otomatis membeli hanya karena kita menjualnya. Bahkan menjual murah sekalipun. Bila harga murah adalah resep mutlak kesuksesan usaha, maka kita tidak akan lihat pelaku usaha penjual produk murah bangkrut. Atau, mereka yang jual harga mahal otomatis kalah.

Harga, baik itu murah dan mahal, adalah cara bertukar nilai. Setiap nilai memiliki strategi distribusinya masing-masing agar mampu memberikan keuntungan maksimal. Begitu pula harga murah.

Bagi usaha, prinsip harga bukanlah soal murah dan mahal. Namun menemukan harga yang tepat agar usaha bisa berkembang dengan baik. Dan harga yang tepat itu belum tentu murah, belum tentu mahal, dan belum tentu juga di antaranya. Sementara konsumen ingin mendapatkan hasil maksimal dari setiap sen yang mereka keluarkan. Konsumen ingin merasa menang atas sebuah harga.

ahmad fahdi
ahmad fahdi
Laundrypreneur, Pengurus Asosiasi Laundry Indonesia. Pemuda tersesat binaan yayasan pemuda tersesat.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.