Jumat, Oktober 4, 2024

Blackpink, Kebebasan Perempuan, dan Keuntungan

Rully Baba
Rully Baba
Mahasiswa

Sore itu, saya sedang minikmati secangkir kopi di Burjo (salah satu warung makan khas mahasiswa Jogja,) dan menonton vidio baru Rose, salah satu personel blackpink yang mengeluarkan single-nya yang berjudul “On The Ground“. Tiba-tiba teman perempuan saya datang, namanya Endah.

Setelah memesan makanan si Endah langsung duduk semeja dengan saya, dan bertanya “Kamu nge-fans yah, sama Blackpink?” dengan cepat saya menjawab “iyalah, saya nge-fans” sambil senyum tipis-tipis ke arahnya.

Selang beberapa menit saya mengelurkan pertanyaan yang sedikit berat “Ndah, apa hal fundamental yang membuat 4 perempuan Blackpink ini sukses berkarir?” wajahnya terlihat bingung, seakan-akan mau menjawab namun tidak memiliki kata-kata yang cukup. Dan saya tahu pasti, Dia tidak akan menjawab. Ternyata betul, katanya “aku nggak tahu“. Perempuan ini memang membosankan seperti biasa.

Saya rasa bahwa si Endah ini bukan hanya tidak cukup kata, tapi juga bingung. Satu sisi Dia melihat karier Blackpink yang merupakan group musik perempuan sedang meroket, di sisi lain Dia harus mengikuti pilihan moral dia bahwa perempuan harus di dapur, ngurusin anak, dan lain-lain.

Pikiran serupa juga sering kali saya dengar ketika sedang santai dengan teman-teman di tempat nongkrong.

Harusnya perempuan itu kerjannya masak aja di dapur, bila perlu pijitin suami jika suami dalam keadaan lelah, biar jadi istri yang baik!” begitulah seloroh kawanan pandir.

Mungkin saja bagi kalian yang baca tulisan ini juga berpikiran demikian, tapi saya ingin memberikan sedikit sanggahan; bukankah aneh ketika ada orang mengatakan perempuan hanya boleh berada di ranah domestik, ketika lagu Blackpink dengan judul “Ddu-Du Ddu-Du” menempati posisi tertinggi di tangga lagu bergengsi, Billboard, tepatnya di posisi 55.

Mereka juga merupakan grup K-pop perempuan pertama yang mempunyai empat lagu di tangga lagu Billboard World Digital Song Sales. Di waktu yang sama saat rilis, “Ddu-Du Ddu-Du” memecahkan rekor sebagai video musik Korea yang paling banyak ditonton di YouTube dalam waktu 24 jam (wikipedia).

Melihat realitas seperti seperti ini, kita harus berani bertanya ulang ke dalam diri kita sendiri “apa yang membuat 4 personil perempuan itu bisa sampai ke puncak dunia musik? Bukankah perempuan dalam tafsir kebudayaan kita sering kita anggap sebagai makhluk lemah yang hanya bisa mengurusi pekerjaan di rumah?”

Jawaban atas pertanyaan tersebut, bagi saya, sangat fundamental, yaitu adanya ruang kebebasan. Albert Camus seorang filsuf eksistensialisme mengatakan, “Tanpa kebebasan, tidak ada seni; seni hidup dari hambatan yang ia ciptakan sendiri, dan mati karena hambatan yang ditimpakan oleh orang lain.”

Sarah Skwire dalam buku “politik dan kebebasan” mengkritisi FCC karena lagu Sarah Jones yang berjudul “Your Revolution Will Not Happen Between These Thighs (“Revolusimu Tidak akan Terjadi Di Antara Kedua Paha Ini”), yang harusnya melawan objektifikasi perempuan, tapi dianggap sebuah lagu “porno dan mesum”.

Tentunya Blackpink merealisasikan kebebasan seperti yang dikatakan Camus di atas dan mengabaikan atau mengkritisi stigma negatif seperti yang Sarah Skwire lakukan, yaitu kebebasan berpakaian tanpa cap sebagai gaya “porno dan mesum,” kebebasan menciptakan lagu dan kebebasan menari atau dance.

Tanpa ruang kebebasan seperti itu sulit kiranya Blackpink menemukam sebuah ide kreatif

Efek dari kebebasan ini kemudian memberi keuntungan. Bayangkan saja, Kpop perempuan pertama yang masuk daftar tertinggi di tangga lagu Bilboard. Sejak debut mereka pada tahun 2016, Blackpink telah memenangkan 25 penghargaan dan menerima 100 nominasi. (wikipedia)

Bukan hanya keuntungan dalam bentuk prestise seperti di atas saja, tapi juga keuntungan ekonomi. Mengutip detik.com, pendapatan Lisa, salah satu personel Blackpink, lewat YouTube ditaksir mencapai USD 84 ribu per bulan atau setara Rp 1,2 miliar (USD 1 = Rp 14.500). Pertahun, Lisa bisa mengumpulkan cuan dari YouTube hingga USD 1 juta atau Rp 14,5 miliar. (detik.com, rabu 29 Juli 2020)

Pendapatan si Lisa dalam setahun bisa membeli apa saja, rumah, mobil, atau tidak perlu masak tapi pesan makanan online, tidak perlu cuci baju tapi bawa saja ke Laundry, atau kalau malas bawa ke Laundry, buang saja, nanti beli saja yang baru.

Walaupun contoh di atas sedikit berlebihan, tapi tidak menutup kemungkinan hal itu terjadi.

Bukan tidak mungkin juga, keuntungan semacam ini terus manjamur ke individu-individu lain. Beberapa youtuber dan para dancer yang sering meng-cover lagu serta dance Blackpink di youtube pun juga ikut sukses.

Saya ingin supaya kita semua bebas dari aturan-aturan yang tidak kita pahami. Kalian para perempuan bisa menjadi apa saja. Kalau tidak bisa menjadi seperti perempuan Blackpink, Anda bisa menjadi pemimpin perusahaan, manjadi pemimpin politik, atau juga seorang menjadi seorang saintis.

Blackpink, bagi saya, adalah sebuah bukti kreativitas dan kebebasan perempuan. Sekali lagi, kita harus mulai bertanya ke dalam diri kita sendiri tentang kebebasan.

Kita juga harus mengakui bahwa suara dari personil Blackpink merdu, dance dan style mereka keren, dan lagunya sangat bagus. Mereka adalah perempuan yang bebas. Kita sebagai laki-laki harus mendukung kebebasan itu.

Referensi

Buku

Palmer, Tom G. 2017. Politik dan Kebebasan. Jakarta: Suara Kebebasan.

Internet

https://hot.detik.com/kpop/d-5112757/pendapatan-idola-k-pop-dari-youtube-lisa-blackpink-cuan-rp-14-miliar Diakses pada 11 Maret 2021, pukul 20.00 WIB.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Blackpink Diakses pada 28 Maret 2021, pukul 20.00 WIB

Rully Baba
Rully Baba
Mahasiswa
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.