Ada hal menarik saat kita menggunakan media sosial Linkedin. Media sosial yang memiliki cap sebagai media sosial “bisnis & profesional” kita akan melihat seliweran postingan yang sebagian besar berkaitan dengan pandangan profesional, lowongan, hingga tayangan cv yang aduhai memikatnya. Rasanya hanya disini kita bisa merasakan, bagaimana segarnya suasana tanpa hiruk pikuk perselisihan para buzzer akibat perbedaan pandangan politik atau berita hoax yang disebarkan para pencari klik.
Boro-boro tumbuh subur buzzer, seseorang yang melenceng dengan membagikan pandangan politik saja, penduduk Linkedin sudah tergerak otomatis rame-rame menghajarnya. Kekompakan membasmi tersebut, akhirnya berbuah kesungkanan para pengguna untuk memposting hal-hal melenceng di luar daripada bisnis atau profesional.
Bagi mereka yang aktif posting ini dan itu di media sosial tetangga, akhirnya lebih banyak canggung dan memilih pasif melakukan scrol-scrol atau sekedar like dan komentar up dengan harapan agar profilnya di lihat balik. Siapa tau ada kesempatan diberikan peluang mendapatkan pekerjaan atau tawaran bisnis.
Aktifitas pasif inilah yang menurut saya sangat disayangkan atau mubazir, terlebih bagi para frash graduate, ataupun orang yang ingin mencari peluang pekerjaan lebih baik. Alih-alih hanya pasif atau sekedar memberikan like, ada baiknya untuk segera mengubah pola menggunakan media sosial Linkedin.
Seni Menggunakan Linkedin
Saya bilang menggunakan Linkedin dengan “tujuan” adalah sebuah seni. Seni sendiri bisa diartikan sebagai “keahlian membuat karya yang bermutu, seperti menciptakan karya visual, audio, atau pertunjukan yang mengungkapkan imajinasi, gagasan, untuk dihargai keindahan atau kekuatan emosinya”.
Dan meramu tampilan dan sajian pada Linkedin agar dapat menjadi sebuah portofolio digital yang menarik plus membangun personal branding agar terlihat profesional adalah sebuah seni. Manakala personal branding telah terbangun dengan baik, bukan hanya pekerjaan yang berpeluang dalam genggaman, namun koneksi, peluang, dan status sosial digital juga bisa didapatkan.
Guna mewujudkannya, maka penting sekali memahami seni menggunakan Linkedin. Sejatinya pembahasan bagaimana meramu personal branding di media sosial, khususnya Linkedin ini juga telah saya tulis dalam buku Sharing Mu Personal Branding Mu 2017 lalu.
Untuk memahami seni-nya, kita harus mempelajari dan mengamati polanya terlebih dahulu. Tentukan jati diri, sebagai mana Anda ingin memposisikan diri berdasarkan apa yang diinginkan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kebingungan diri sendiri ataupun orang lain yang menjadi target audience personal branding Anda. Hal ini juga dimaksudkan untuk meminimalisir sikap inkonsisten dalam membangun personal branding yang hendak ditampilkan.
Hal Teknis yang Harus Diperhatikan
Langkah selanjutnya adalah hal teknis berkaitan dengan tampilan profil, bacground, data diri, pengalaman, dan aktivitas yang dilakukan.
Lengkapi foto profil dengan menggunakan pakaian rapi, stelan jas, foto tersenyum dan tentunya kualitas foto yang digunakan tidak kabur. Agar maksimal perhatikan ukurannya, dimana bisa di coba stel ukuran antara 400 x 400 dan 20000 x 20000 pixel
Beri background netral atau setidaknya desain, karya ataupun kegiatan yang menujukan keprofesionalan.
Untuk bacground, usahakan ukuran harus sesuai dengan space. Karena jika tidak sesuai dengan space, akan membuat foto background terpotong tidak rapi secara otomatis. Adapun bacground dapat menggunakan ukuran antara 1000 x 425 dan 4000 x 40000 pixel.
Langkah selanjutnya adalah mulai menuangkan pemikiran yang anda senangi. Jika belum luwes atau masih kagok, dan tidak PD membagikan pemikiran atau pandangan, maka bisa dimulai dahulu membagikan informasi yang bisa didapatkan di internet.
Paling tidak, cobalah membagikan ulang postingan para influencer Linkedin yang memiliki tingkat share, like, dan komentar tinggi. Tentunya pandangan yang diungkapkan berkaitan dengan apa yang hendak ditampilkan.
Perluas jaringan pertemanan, adapun batas pertemanan di Linekdin adalah 30 ribu. Anda bisa memaksimalkannya dengan baik. Maksimal disini bukan dari segi jumlah, namun kualitas pertemanan yang memang benar-benar sesuai dengan tujuan.
Kalau impresi secara statistik masih belum bagus dalam membuat postingan, beri tag influencer yang ada. Biasakan dalam memberikan tag, ikut sertakan tulisan meminta izin jangan asal slonong boy polosan tag tanpa sepatah kata apapun yang menyertainya.
Hal tersebut disebabkan karena, tidak semua orang suka di tag namanya. Kesukaan ataupun ketidak sukaan adalah ranah “perasaan” dan perasaan seseorang ibarat lautan yang luas dan sulit untuk diukur. Dan jangan lupa barengi dengan kata-kata mendoakan, contoh “mohon izin tag pak nganuuu…. semoga dimudahakn segala urusan dan diberikan kesehatan selalu”
Ini adalah langkah untuk memberikan impresi kunjungan ke profil. Setidaknya, jika ada orang yang mengunjungi profil Anda, maka ia akan melihat rentetan pengalaman yang dimiliki.
Hal diatas adalah beberapa seni dalam menggunakan Linkedin, yang seyogyanya dicoba dan menjadi panduan. Terkhusus bagi siapa saja yang tengah mencari peluang, atau ingin keluar dari kondisi dan posisi tidak nyaman dalam hal profesional pekerjaan.
Karena sangat disayangkan jika kemajuan teknologi yang ada, hanya dilihat dan digunjungkan saja tanpa dimanfaatkan peluang baik yang menyertainya. Perubahan zaman akan selalu bergerak, teknologi akan selalu update, minat seseorang akan selalu berkembang. Itu semua hanya bisa ditaklukan dengan sikap gigih belajar, mencoba, silaturrahmi dan menyempurnakan dengan doa.