Sabtu, April 27, 2024

Refleksi #HUTRI72 : Meruwat Bhinneka, Merawat Indonesia

Arinta Setia Sari
Arinta Setia Sari
Doyan Makan & Suka nulis

Beberapa waktu lalu, sebuah video sempat viral dan meresahkan masyarakat. Video yang berisi anak-anak kecil ikut bagian dalam aksi demonstrasi sembari mengucapkan ujaran kebencian. Baru-baru ini, sebuah patung yang menjulang tinggi di langit Tuban hendak dirobohkan. Sekelompok fundamentalis garis keras menyatakan ketidaksetujuan patung tersebut berdiri di Kota Seribu Goa. Dari ibukota, terdengar isu pemblokiran Telegram. Telegram dinyatakan sebagai  sebagai salah satu kanal munculnya bibit radikalisme dan terorisme. Ujaran kebencian dan sentimen SARA mengemuka lewat cuitan-cuitan di media sosial. Tak jarang pula hal tersebut memicu tindakan persekusi, intimidasi, teror, cyber bullying, dan main hakim sendiri. Dari sini muncul sebuah pertanyaan : Ada apa dengan bangsa ini?

Beratus tahun yang lalu, tepatnya di Abad 14, Mpu Tantular menuangkan gagasan-gagasan akan multikulturalisme dalam Bhinneka Tunggal Ika. Gagasan tersebut diabadikan dalam Kitab Sutasoma berbahasa Sansekerta. Tinggal di Negeri Majapahit dengan tingkat peradaban, keberagamaan, dan keberagaman masyarakat yang cukup tinggi membuat Sang Mpu menyadari bahwasanya gesekan-gesekan kecil mampu menggurat menjadi konflik sosial yang besar. Founding father kita pun menyadari hal itu. Apalagi, Indonesia sebagai negara kepulauan yang memanjang dari Sabang Sampai Merauke memiliki beraneka ragam suku, budaya, agama, bahasa, adat-istiadat, dan etnis yang berbeda-beda. Tingkat heterogenitas Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan Majapahit. Tentunya, sebagai negara yang baru saja menyatakan kedaulatannya pada tanggal 17 Agustus 1945, para pendiri bangsa harus memikirkan bagaimana agar kemajemukan ini menjadi lentera yang mempersatukan bangsa. Maka dari itu, frasa Bhinneka Tunggal ika dalam Kitab Sutasoma menjadi falsafah yang menggerakan napas persatuan Indonesia.

Kita sudah sepatutnya berbangga. Meskipun usia kemerdekaan baru melangkah dalam dua dasawarsa, Indonesia bersama Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura tercatat sebagai negara pelopor berdirinya ASEAN. Tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1967, Deklarasi Bangkok diselenggarakan dan berdirilah ASEAN. Sekretarian ASEAN bahkan berada di Jakarta. Indonesia tidak hanya berpengaruh di kawasan regional. Kekuatan politik, ekonomi, dan kedaulatan Indonesia di mata dunia  pun tidak bisa dipandang sebelah mata.

Di bidang politik luar negeri misalnya, Indonesia menganut politik luar negeri bebas aktif, dari masa Presiden Sukarno hingga Joko Widodo. Indonesia turut serta aktif dalam forum-forum internasional serta menjalin persahabatan dengan negara lain. Ideologi diplomasi di masa pemerintahan Yudhoyono menganut prinsip “thousand friends zero enemy.” Itulah salah satu alasan mengapa Indonesia disegani negara lain dan berupaya meminimalisasi terjadinya konflik, baik di luar maupun di dalam negeri. Salah satu prestasi terbaik Presiden Yudhoyono yakni tercapainya MoU (Memorandum of Understanding) antara pemerintah Indonesia dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) di Helsinki, Finlandia pada tahun 2005. Presiden Joko Widodo sendiri menganut pendekatan diplomasi yang berprinsip “down to earth.” Pendekatan diplomasi ini lebih menekankan pada membangun kekuatan Indonesia dari dalam dengan menjamin kedaulatan rakyat, membangun karakter bangsa, dan memperkuat poros maritim Indonesia di mata dunia. Pemerintah akan memberi sanksi tegas terhadap kasus-kasus illegal fishing, berkomitmen menghentikan pelanggaran di wilayah perairan Indonesia, menjalin kerjasama regional dan internasional terkait infrastruktur maritim, serta perlindungan kawasan laut.

Tenggelamkan!,” tegas Menteri Susi jika ada orang asing yang ngeyel mencuri ikan di kawasan perairan Indonesia.

Kemerdekaan Indonesia kini genap berusia 72 tahun. Beragam cerita mewarnai perjalanan negeri ini. Perjuangan mengisi kemerdekaan belumlah usai. Banyak hal-hal yang sudah tercapai. Banyak pula PR yang mesti kudu dikerjakan. Mengisi kemerdekaan bukan sekadar merayakan euforia sesaat seperti halnya ketika mengikuti lomba panjat pinang, balap karung, dan makan kerupuk yang marak menjelang Agustus. Ada yang lebih penting dari itu semua. Meruwat Bhinneka.

Keberagaman merupakan anugerah. Namun, di tangan orang-orang picik keberagaman menjadi senjata yang mampu meremukkan lewat konflik bernuansa SARA. Kita hidup di era digital di mana semua bisa saling terkoneksi. Dunia berasa dalam genggaman. Media sosial dan instan messenger menghubungkan orang-orang tanpa tapal batas. Informasi bisa didapat dalam waktu sepersekian detik saja. Kemudahan itu dimanfaatkan oleh orang-orang picik yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan NKRI yang sudah diperjuangkan dengan darah dan air mata. Jangan meremehkan postingan di facebook dan cuitan di twitter yang bernada provokatif dan intimidatif. Sebab, hal-hal seperti itu mampu menjalar dan menjadi racun-racun di kepala. Psyco war.

Efek psyco war lewat media sosial? Prasangka, kebencian, amarah, dendam menjadi lapis-lapis emosi yang mewarnai setiap detik kita membuka linimasa medsos. Efek lainnya dari perang psikologis tersebut yakni merebaknya hoax, hate speech, cyber bullying, persekusi, radikalisme online, hingga terorisme. Ini bukan lagi persoalan sepele. Ini adalah industri. Ada kerja-kerja rapi di baliknya, jaringan distribusi, serta market yang jelas. Perhatikan, salah satu indikator keberhasilan radikalisme dan terorisme di suatu negara yakni keresahan dan ketakutan yang disebarluaskan via media sosial. Perang psikologis melalui media sosial tidak hanya merusak hubungan personal saja, tetapi mampu menghancurkan sendi kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta menggoyahkan bidang hukum, HAM, pertahanan dan keamanan, stabilitas politik, hingga ekonomi. Semua berawal dari riuh rendah suara di media sosial yang menggelembung menjadi trending topic dengan tagar tertentu (tweet war). Ini baru di dunia maya, belum di dunia nyata.

Modal sosial dan keberagaman adalah kado Tuhan untuk Indonesia. Meruwat bhinneka serta merawat Indonesia berbanding lurus dengan cita-cita proklamasi dan napas kemerdekaan. Meruwat bhinneka berarti menjaga agar negeri ini berada dalam satu ikatan kuat seperti cita-cita para pendiri bangsa.

Ada beberapa langkah konkret agar nyala api kemerdekaan senantiasa menjadi lentera dan bhinneka menjadi spirit penyulutnya.

Pertama, jadilah netizen cerdas. Thousands friends, zero enemy. Barangkali prinsip ini patut diterapkan. Menjadi netizen cerdas berarti bijak dan selektif ketika membuat postingan atau berbagi informasi via kanal media sosial. Hindari perbincangan atau topik yang menyulut isu SARA. Buat konten positif baik berupa tulisan, foto, dan video sehingga meminimalisasi terjadinya konflik dan perpecahan. Perbanyaklah sahabat dan bergabunglah dengan komunitas yang memberdayakan. Dengan melakukan hal sesederhana ini berarti Anda turut berkontribusi dalam meruwat kebhinnekaan dan menjaga Indonesia. Saya pribadi berkomitmen menjaga kebhinnekaan dengan bergabung di Camp Pesona Kebhinnekaan dan Komunitas Duta Damai Dunia Maya BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) regional Jogja. Semua akun media sosial yang saya miliki (twitter, IG, facebook, dan blog), saya gunakan untuk berbagi hal-hal yang bermanfaat dan edukatif. Saya bisa, Anda pun bisa!

Kedua, mengawal jalannya pembangunan negeri ini. Saya turut bersuka cita menyaksikan Presiden Joko Widodo naik motor trail menjajal jalan Trans Papua. Pembangunan infrastruktur besar-besaran sebelumnya dipusatkan di Pulau Jawa dan Sumatera. Tidak merata. Indonesia bagian timur selalu dinomorsekiankan. Padahal pemerataan ini penting untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah. Mengapresiasi kerja-kerja pemerintah dan kebijakan publik yang berdampak positif bagi masyarakat, menyampaikan kritik serta masukan yang santun merupakan secuil cara mengawal jalannya pembangunan Indonesia. Netizen cerdas tahu hal itu!

Ketiga, hargai perbedaan yang ada. Perlu disadari bahwasanya kita hidup di negeri dengan jumlah penduduk lebih dari 240 juta jiwa. Interaksi sosial baik di dunia maya maupun nyata memungkinkan terjadinya gesekan. Beberapa sikap yang harus diperhatikan untuk menghindari gesekan dan konflik sosial yakni toleransi, fleksibel, dan pandai menempatkan diri dalam segala situasi. Kompromi terhadap perbedaan merupakan salah satu upaya menghargai keberagaman.

Keempat, Gemakan literasi keberagaman lewat berbagai cara. Anda guru, Anda turut berkontribusi menyebarkan literasi keberagaman melalui pendidikan. Jika Anda mampu mengajak murid-murid menyebarkan pesan-pesan perdamaian dan kebhinnekaan melalui tulisan esai, cerpen, kolase, mading, gambar komik, dan sebagainya. Selamat, Anda terplih menjadi Indonesia peace keeper dan sukses menggemakan literasi keberagaman. Apapun profesi Anda, Anda bisa melakukannya.

Kelima, menjelajahlah. Indonesia luas. Indonesia kaya akan beragam budaya, kuliner, dan tradisi. Berinteraksi dengan orang-orang dan hal-hal baru membuat pikiran kita terbuka. Dengan menikmati keindahan wilayah dan keberagaman yang ada di berbagai pelosok Indonesia, Anda turut berkontribusi terhadap geliat pariwisata dan ekonomi.

Terakhir, menurut Anda, bagaimana strategi yang tepat merawat kemerdekaan sekaligus menjaga kebhinekaan Indonesia? Renungkan baik-baik. Anda tahu jawabannya. Yuk berdiskusi di kolom komentar.

Mari besinergi dan berkolaborasi agar negeri ini menorehkan pencapaian di berbagai bidang. Mari berdoa dan bergandengan tangan sehingga cita-cita proklamasi dan spirit kemerdekaan tetap berkumandang hingga beribu tahun ke depan. Meruwat bhinneka, merawat Indonesia.

#HUTRI72

_________________________

Biodata ringkas.

Nama : Arinta Setia Sari

Alamat : Jalan Flamboyan Gang Nusa Indah 3B Caturtunggal Depok Sleman DIY

Email : arintasetia@gmail.com / No Hp : 087738921995

Status : Mahasiswa jurusan akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta

Arinta Setia Sari
Arinta Setia Sari
Doyan Makan & Suka nulis
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.