Kamis, Maret 28, 2024

HUTRI72 – Merawat Kemerdekaan di Media Sosial

yellsaints
yellsaints
penulis aktif di berbagai media dan blogger

Media is the Oxygen of terrorism(Margaret Thatcher)

Kemerdekaan Indonesia sudah mencapai usia yang ke 72, tentunya ini bukan usia yang muda lagi bagi sebuah negara. Masa-masa perjuangan mencapai kemerdekaan sudah berlalu. Darah dan air mata sudah dikorbankan, jiwa dan raga sudah ditumpahkan demi bela negara. Berkat perjuangan pahlawan-pahlawan dari seluruh nusantara, Indonesia dapat mencapai kemerdekaan yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, sehingga pada hari dan tanggal tersebut dikenal dengan HUTRI72. Lantas sejak saat itu hingga sekarang, masihkah kemerdekaan itu terawat? Bagaimana Indonesia sekarang setelah terbebas dari penjajah asing?

Secara kontekstual Indonesia memang sudah terbebas dari penjajah asing. Meskipun diawal kemerdekaan ada beberapa gerakan pemberontak, baik pengaruh luar seperti Partai Komunis Indonesia (PKI) dipimpin oleh Musso yang menggugat Ideologi Pancasila dan menjadikannya sosialis komunis, maupun dari daerah yang dilatarbelakangi oleh kekecewaan kepemimpinan Presiden Soekarno. Misalnya Darul Islam yang dipelopori oleh Kartosuwiryo dan mendapatkan dukungan dari Daud Beureueh dari Aceh.

Sejumlah pemberontakan lainnya juga terdapat di Maluku Selatan, Aceh, Papua, dan lain sebagainnya. Akan tetapi semua itu dapat kembali ditarik dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). HUTRI72 terus bertambahnya usia kemerdekaan ini, ternyata gerakan untuk meretakkan kemerdekaan tidak hanya dari dunia nyata. Sekarang merambah ke dunia media sosial dengan menyebarkan informasi dan berita bohong atau yang dikenal sebagai hoax.

Media sosial merupakan bagian dari media online yang memungkinkan penggunanya (user) dapat dengan mudah membuat sebuah “konten’ media (baik berupa teks, foto, musik, dan video). Teknologi yang digunakan berupa web 2.0 (User generated content) dan memungkinkan penciptaan serta pertukaran isi yang dibuatnya. Contoh media sosial yang populer adalah Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp, Tumblr, Path, dan Youtube (Maryani, dkk, 2017).

Media sosial seperti Twitter dan Facebook yang mulanya diciptakan untuk membuat update status dan menemukan kembali teman-teman lama yang berpisah, berubah menjadi sarana seseorang untuk menyampaikan pendapat. Akan tetapi sebagian orang disalahgunakan untuk menyebarkan unsur SARA, sehingga membuat keresahan di masyarakat. Media sosial berubah fungsi menjadi ajang orang bertikai, saling hasut dan tuding, fitnah, bullying, dan bahkan tempat paling ampuh untuk berkembangnya berita hoax dari akun-akun palsu yang ingin mengusik kemerdekaan. HUTRI72 menjadi pertanyaan bagi kita anak bangsa, bagaimanakah kita merawat kemerdekaan ini dari berita-berita yang dapat menciptakan perpecahbelahan?

Pentingnya Literasi Media

Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Proggramme for the International Assesment of Adult Competencies (PIAAC) terhadap tingkat kecakapan orang dewasa yang dilakukan oleh Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), Indonesia berada pada tingkat paling bawah hampir semua jenis kompetensi. Kemampuan literasi, numerasi, dan pemecahan masalah Indonesia berada pada peringkat ke-34 dari 34 negara yang  disurvey. Sedangkan katagori anak usia 15 tahun untuk tes Program for International Studenet Assesment (PISA) 2012, Indonesia berada pada peringkat 60 dari 64 negara untuk kategori membaca dan peringkat terbawah untuk kategori matematika dan sains (Fanggidae, 2016).

Akibat minimnya kemampuan literasi masyarakat Indonesia, apapun informasi yang diterima ditelan secara mentah tanpa ada proses selidik atas kebenaran informasi tersebut. Selain itu diperparah dengan keinginan untuk berbagi, sehingga kecepatan jempol mengalahkan kecepatan otak untuk berpikir. Jadi tersebar luas lah informasi tersebut melalui media sosial dari satu akun ke akun lain.

Indonesia yang merupakan pengguna terbanyak media sosial yaitu tercatat sebanyak 80 juta orang sebagai pengguna aktif media sosial di Indonesia sampai tahun 2015 (We Are Social, 2016). Sedangkan menurut data digital Indonesia sampai Januari 2017, dari 262 juta penduduk Indonesia pengguna internet mencapai 132,7 juta, aktif media sosial sebanyak 106 juta, dan yang menggunakan media sosial di telpon pintar sebanyak 92 juta (Persentasi dari Prasetyo, Dewan Pers Indonesia, 10/08/2017).

Tentunya informasi sangatlah mudah untuk didapat, bahkan dalam hitungan detik saja informasi menyebar sampai ke mana-mana. Beruntung kalau informasi itu benar sesuai fakta, tapi jika informasi itu berupa hoax tentu ini akan menciptakan kecemasan, kebencian, dan permusuhan di negara yang sudah 72 tahun merdeka.

Kita pernah diresahkan dengan isu penculikan anak yang mengambil bagian dalam organ tubuhnya untuk dijual. Berita hoax itu menyebar luas seolah benar terjadi, hingga muncul kecurigaan kepada para gelandangan atau pun yang penampilannya semeraut. Bahkan seorang gelandangan disiksa hampir tewas oleh warga di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah (Liputan6.com, 07/03/2017).

Para masyarakat pun juga dibuat resah karena khawatir anak-anak mereka akan diculik, bahkan ada yang tidak memberi izin anaknya untuk sekolah. Hal ini tentunya sangat merugikan banyak pihak, lain lagi muncul prasangka buruk pada satu kelompok akibat ramuan kata-kata berbau hoax. Berkat berita ini juga tak jarang menghimpun massa untuk melakukan penyerangan ke suatu kelompok yang diasumsikan bersalah.

HUTRI72 refleksi yang sangat penting bagi kita untuk mempelajari literasi media supaya tidak salah kaprah dalam menerima berita atau informasi. Literasi media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan isi pesan media (Livingstone, 2004 dalam Maryani 2017).

Merdeka dari Informasi Hoax

Setiap individu dibutuhkan daya kritis saat membaca, mendengar, dan menyaksikan berita di media sosial, sehingga pengguna media bisa memanfaatkan isi media sesuai dengan kepentingan. Kita harus tahu mana informasi yang benar mengandung fakta dan mana yang bersifat opini. Biasanya informasi yang memuat fakta dilengkapi dengan data, sumber beritanya jelas, tidak mengandung unsur suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA),  kalimatnya mudah dipahami, dan bukan berupa asumsi.

Sedangkan berita opini yang berisi hoax dapat dilihat dari pemakaian kalimat yang membingungkan dan menimbulkan banyak persepsi bagi pembaca. Beritanya lebih mengemukakan opini dibandingkan fakta, bersifat provokatif, mengadu domba, menghasut, memunculkan konflik SARA, sumber berita tidak jelas, dan tidak dapat dipercaya. Meskipun sulit untuk membedakan antara berita benar dengan hoax, tapi ada beberapa spesifikasi yang dapat kita kenali dengan jelas.

Biasanya berita hoax meminta pengguna media sosial untuk menyebarkan atau memviralkan berita tersebut. Ditulis oleh media abal-abal yang tidak mempunmyai alamat web yang jelas.  Foto-foto yang digunakan biasanya sudah lama, dan berasal dari kejadian di tempat lain serta keterangan bersifat manupulatif. Terkadang jika deperhatikan dengan seksama, foto yang dilampirkan berupa editan photoshop.

Berita hoax sengaja dibuat agar jadi perbincangan di masyarakat, tujuannya untuk mendapatkan keuntungan karena banyak yang meng-klik sehingga meningkatkan viewer ke akun pembuat berita. Mereka akan mendapatakan pengunjung yang banyak dan memudahkannya untuk memasang iklan. Kelompok ini ada yang mengandalkan iklan untuk mendaptkan bayaran, namun juga ada dibayar oleh orang yang memesan berita tersebut.

Lantas apa kita mau dibodohi oleh orang-orang yang mencari keuntungan dari penyebar berita hoax? Dampak dari berita hoax ini sangat berpengaruh dalam merusak kemerdekaan yang sudah lama dibentuk oleh bangsa ini. Jadi, untuk merawat kemerdekaan kita, maka kita harus merdeka dari informasi hoax. Caranya saat menerima informasi, kamu harus selidiki kebenaran informasi tersebut. Jika informasi itu benar dan bermanfaat, maka informasi tersebut boleh diteruskan ke teman-teman.

Akan tetapi jika informasi tersebut tidak benar karena mengandung hoax seperti kategori yang dijelaskan di atas dan tidak bermanfaat, informasi tersebut cukup berhenti sampai ke kamu saja. Jangan disebarkan ke teman-temanmu, karena seperti yang disampaikan oleh Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher, bahwa media adalah oksigen dari teroris. Jika kita terus menyebarkan informasi hoax dengan menggunakan media sosial, otomatis kita memberi kekuatan teror untuk bangsa ini. Oleh karena itu, HUTRI72 menjadi pengingat untuk terus merawat kemerdekaan kita dari ancaman media sosial yang negatif dan hendaknya kita harus cermat dalam menggunakan media sosial.

 

Referensi

Fanggidae, V. (2016). Sinyal Tanda Bahaya IPM Indonesia. Diakses dari http://nasional.kompas.com/read/2016/09/02/20380571/sinyal.tanda.bahaya.ipm.indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 2017.

Liputan6.com. (2017). Beredar Hoax Penculikan Anak, Gelandangan Disiksa Nyaris Tewas. Diakses dari http://regional.liputan6.com/read/2878821/beredar-hoax-penculikan-anak-gelandangan-disiksa-nyaris-tewas. Pada tanggal 17 Agustus 2017.

Maryani, ddk. (2017). Saatnya Kita Melek Media. Jakarta: Kementrian Komunikasi dan Informatika.

Prasetyo, Y.A. (2017). Berita Hoax dan Radikalisme. Materi Persentasi Dewan Pers Indonesia. Pada Acara Literasi Media Sebagai Upaya Cegah dan Tangkal Radikalisme dan Terorisme di Masyarakat. Banda Aceh, 10 Agustus 2017.

We Are Social. (2016). Diambil dari Maryani, dkk (2017).

Waktu.com. (2017) Rocky Gerung Pemerintah Bisa Jadi Sumber Hoax. Diakses dari https://waktuku.com/wp-content/uploads/2017/01/Rocky-Gerung-Pemerintah-Bisa-Jadi-Sumber-Hoax.png. Pada Tanggal 17 Agustus 2017.

BIODATA DIRI

Nama                            : YELLI SUSTARINA

Email                             : yellsaints.paris@gmail.com

Tempat/Tgl Lahir          : Air Sialang, 18-08-1992

Jenis Kelamin                : Perempuan

Alamat Domisli             : Desa Pelanggahan, Kec. Kuta Raja, Kota Banda Aceh.

Alamat Asal                  : Dusun Menasah Air Sialang Hilir, Kec, Samadua Aceh Selatan

Agama                          : Islam

Status Perkawinan        : Belum Kawin

No. Hp                          : 085260080834

Akun Facebook            : yell saints

Akun Twitter                : @yellisustarina

Akun Instagram            : @yell_saints

Blog/Web                      : www.yellsaints.com dan  www.perawattraveler.blogspot.com

Hobby                           : Jalan-jalan dan menulis

yellsaints
yellsaints
penulis aktif di berbagai media dan blogger
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.