Rabu, April 24, 2024

Sikapi Polemik, MUI Akan Keluarkan Fatwa Terkait Mi Instan Paling Enak

Arman Dhani
Arman Dhanihttp://www.kandhani.net
Penulis. Menggemari sepatu, buku, dan piringan hitam.

Ma’ruf Ridhoi, ketua Majelis Umatmi Indonesia, mengaku prihatin atas polemik mie instan paling enak yang saat ini sedang terjadi. Seperti diketahui, polemik mi instan ini mulai merebak dan meresahkan warga setelah Kaesang, salah seorang putra Presiden Joko Widodo, mengaku lebih suka Mie Sedap daripada Indomie.

“Ya, kami sudah pantau. Kami menyayangkan Kaesang bikin statemen gegabah seperti itu. Terutama saat masyarakat sedang ribut tentang kerukunan antar umat. Kami akan segera keluarkan fatwa,” kata Ma’ruf.

Ma’ruf sendiri mengaku akan membicarakan ini dengan MUI agar umat Indomie tidak lagi terpecah-pecah. Dari penelusuran reporter kami Teguh Jambu, MANDHANINEWS menemukan bahwa saat ini masyarakat Indonesia sedang bingung terkait keyakinan antara mie Instan mana yang paling enak. Sebagai negara agama, mayoritas warga negara Indonesia memang dikenal sebagai pemeluk Indomie Goreng yang taat, tak Hanya itu populasi tertinggi penikmat Indomie sedunia ada di Indonesia.

Sebelumnya, di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), MUI pernah mendorong pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKb) 3 Menteri yang berisi antara lain: pembatasan kepada kelompok minoritas di ruang publik, larangan mie instan lain untuk mengklaim cita rasa Indomie, dan beberapa aturan diskriminatif lainnya. Banyak pegiat Hak Asasi Mi Indoneisa mengecam keluarnya SKB 3 Menteri ini. Pasalnya, surat itu digunakan untuk mempersekusi pecinta mi instan minoritas di Indonesia.

“Sudah banyak Warung Makan Mi Instan yang dipaksa ganti jadi Warung Makan Indomie (Warmindo), ini kan pelanggaran hak, what about ibu-ibu Mie Sedap? Sarimie? Atau Mie ABC Selera Pedas?” Bhagapunk SID, juru bicara Lembaga Bantuan Mie Indonesia.

Sejak dikeluarkannya SKB 3 Menteri, Front Pembela Indomie (FPI) merajalela di banyak kota, melakukan pawai-pawai dan aksi pengrusakan atas nama jihad akbar pemurnian Indomie. Namun, sejak rezim berganti, FPI tidak bisa lagi leluasa melakukan aksi-aksinya.

Habib Erenn Bakunin, salah seorang juru bicara FPI, merasa rezim saat ini gemar mengkriminalisasi pemuka Indomie. Ini terlihat dari banyaknya larangan makan Indomie dengan dalih tak baik buat kesehatan.

“Kenapa mi instan pribumi dilarang? Sementara mi aseng asal Cina dan mi miyabi asal Jepang boleh? Rezim ini sudah jelas sedang ingin menjauhkan umat dari keyakinan dan warisan nenek-moyang kita,” kata Habib Erren.

Menurut Rocky Grunge, pakar filsafat dari Universitas Indie, negara semestinya memang tak usah mengatur soal mie instan di ruang publik, dan tidak ikut menentukan selera warga. “Hak Asasi Mi itu hasil debat filsafat dunia. Keras dan tajam. Dokumennya juga jernih dan lengkap. Bacalah, supaya negara tidak dungu,” kata Rocky.

Rocky menilai pemerintahan Jokowi saat ini sebenarnya tidak jauh berbeda dari rezim Susilo Bambang Yudhoyono yang mengeluarkan SKB 3 Menteri. “Keduanya cuma beda di bungkus saja itu,” kata Rocky sengit. “SBY mengatur-atur mi instan mana yang boleh dan tidak boleh. Sementara Jokowi, memang tidak mengatur, tapi mendiktekan selera.”

Akibatnya, kekerasan verbal dan visual terhadap penikmat mi instan minoritas kerap terjadi. Kerusuhan di Samping, misalnya, penganut mi instan mayoritas mengusir paksa penganut Mi Syedap dari rumahnya. “Mereka ini (penganut Mie Syedap) dituduh menista ajaran Indomie, sampai-sampai diusir dari Samping,” kata Bhagapunk SID.

Menurut data dari Amienesti International, persekusi penikmat mi minoritas di Indonesia sangat tinggi. Penutupan warung-warung mi yang tak menjual mie mayoritas, juga pelarangan pembangunan warung mi yang tak sesuai dengan penganut mie mayoritas adalah beberapa contoh kekerasan yang mengatasnamakan mi mayoritas. “Sudah saatnya umat Indomie bicara tentang Indomie yang ramah, bukan yang marah. Indomie yang rahmatan lil ‘alamin. jangan sampai nama Indomie rusak karena ulah sebagian penikmatnya yang fanatik,” kata Bhagapunk.

Agama Indomie, melalui akun resminya di Twitter, menyadari potensi kekerasan dari tafsir yang salah. Dalam salah satu kicauannya, ia merespons pertanyaan netizen yang menganggap bahwa terlalu banyak penikmat Indomie Intoleran.

You don’t have to if you don’t want to. It’s your choice. But keep in mind that we’re not behind that idea. Like men, all noodles are created equal. We support each other in order to maintain peace. If you don’t feel the same way, I’m sorry to say your path doesn’t match ours,” tulis Agama Indomie.

Ivan Aulia Wahid, Ketua Umum Gerakan Pemuda Asar, dalam kesempatan wawancara dengan Teguh Jambu mengaku siap menjaga Keberagaman mi instan di Indonesia. “Siapa pun yang nekat mau mengganti Pancasila atau memaksakan tafsir mi instan kepada yang lain, akan berhadapan dengan saya,” katanya.

Ivan mengaku telah memerintahkan seluruh kader dan anggotanya untuk menjaga warung-warung mi minoritas. “Di Bogor ada Soto Mie, di Jogja ada Mi Jawa, di Jakarta ada Mi Tek-tek. Itu semua adalah Mi Nusantara. Jangan memaksakan paham mi anda di Indonesia,” kata Ivan.

Akun resmi Agama Indomie di Twitter secara konsisten mempromosikan toleransi dan keberagaman antar umat. Mereka bahkan tak segan menyapa dan menganjurkan masyarakat Indonesia untuk memilih mi yang nyaman sesuai keyakinannya. Seperti saat memberikan ucapan kepada Mie Sedap dan Mie Gelas. Tidak hanya itu, meski Indomie kerap dianggap jelek karena jihad ISIS (Indomie Selalu Indomie Sesuatu), akun resmi Agama Indomie mengingatkan untuk tetap hidup sehat.

“Ibadah tetap ibadah, tapi jangan terbutakan oleh keimanan dan melupakan kebutuhan jasmani lainnya. Betul Indomie selalu ada untukmu, tapi ada beberapa hal yang tidak bisa kamu dapatkan dari Indomie.”

Arman Dhani
Arman Dhanihttp://www.kandhani.net
Penulis. Menggemari sepatu, buku, dan piringan hitam.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.