Selat Bab al-Mandab bergejolak, ketika pasukan Yaman melancarkan serangan ke sejumlah kapal militer Amerika pada Kamis (25/1). Serangan itu dilakukan setelah dua kapal komersial menghiraukan peringatan militer Yaman untuk tak memasuki Selat Bab al-Mandab. Dikawal sejumlah kapal militer AS, dua kapal itu berupaya menerobos Selat Bab al-Mandab.
Yaman Blokade Kapal Israel
Pertengahan November tahun lalu, Yaman mengumumkan akan menyerang semua kapal yang berlayar di bawah bendera Israel atau dimiliki atau dioperasikan oleh perusahaan Israel. Langkah tersebut diambil Yaman sebagai respons atas genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.
Yaman menuntut agar Israel membiarkan bantuan makanan dan obat-obatan yang dibutuhkan rakyat Palestina dapat masuk ke Gaza. Karena selama ini Israel memblokade semua bala bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza.
Juru bicara militer Yaman, Yahya Saree mengatakan, “Angkatan bersenjata Yaman akan terus mencegah kapal-kapal dari semua negara yang menuju ke pelabuhan Israel berlayar melalui Laut Arab dan Laut Merah, sampai mereka mengangkut makanan dan obat-obatan yang dibutuhkan Palestina di Jalur Gaza.”
Namun, Israel tak mengindahkan peringatan Yaman, sehingga militer Yaman mengambil tindakan tegas dengan mencegat kapal-kapal milik Israel atau yang menuju ke pelabuhan Israel di Selat Bab al-Mandab dan Laut Merah.
Arti Penting Selat Bab al-Mandab
Bab al-Mandab atau dalam bahasa Indonesia berarti “Pintu Air Mata” adalah salah satu jalur selat terpenting bagi perdagangan internasional.
Selat yang terletak antara Tanduk Afrika dan Semenanjung Arab ini membentang sepanjang 32 kilometer dan lebar 112 kilometer, berbatasan dengan Yaman, Djibouti dan Eritrea. Selat ini berfungsi sebagai gerbang selatan ke Laut Merah dari Samudera Hindia. Letak strategis Bab al-Mandab menempatkannya pada simpul jalur pelayaran utama.
Menurut Administrasi Informasi Energi Amerika, pada paruh pertama 2023, sekitar 12 persen dari total perdagangan minyak global dan 8 persen gas alam cair melewati Selat Bab al-Mandab. Itu berarti 8,8 juta barel minyak per hari dan 4,1 miliar kaki kubik LNG per hari.
Selain itu, lebih dari 17.000 kapal melewatinya setiap tahun, beberapa di antaranya menuju ke Terusan Suez yang membawa mereka ke Mediterania dan bertindak sebagai penghubung antara Asia dan Barat.
Bukan Pertama Kali Blokade Bab al-Mandab
Serangan terhadap kapal-kapal milik Israel di Selat Bab al-Mandab saat ini bukan pertama kalinya terjadi. Sebelumnya, peristiwa serupa pernah terjadi setelah perang Yom Kippur, 1973. Ketika itu anggota Komunitas Ekonomi Penghasil Minyak (OPEC) Arab mengumumkan blokade terhadap kapal tanker minyak Israel yang datang dari Iran, negara yang pada masa itu diperintah oleh rezim Shah yang pro-Barat.
Kapal-kapal Mesir memberlakukan blokade di Bab al-Mandab dan memaksa mundur banyak kapal tanker minyak Israel. Blokade itu berlaku beberapa bulan, hingga Selat tersebut dibuka kembali.
Selain itu, pada 2015 kelompok Ansharullah juga memblokir selat Bab al-Mandab bagi kapal-kapal Arab Saudi. Ketika itu Arab Saudi melancarkan agresi militer ke Yaman. Kelompok Ansharullah membalas serangan Saudi dengan memblokade kapal-kapal Saudi.
Setahun kemudian, yaitu pada 2016, Ansharullah juga memblokade kapal-kapal Uni Emirat Arab (UEA) untuk melewati Selat Bab al-Mandab. Seperti terhadap Saudi, alasan blokade oleh Ansharullah adalah karena UEA bersekutu dengan Saudi untuk melancarkan agresi militer ke Yaman. Karena itu, Ansharullah menembaki kapal-kapal Saudi dan UEA yang memasuki Selat Bab al-Mandab.
Dampak Blokade Yaman di Bab al-Mandab
Salah satu yang sangat terpukul dengan situasi ini adalah Pelabuhan Laut Merah milik Israel di Eilat. Pelabuhan yang terletak di kota yang juga merupakan tujuan wisata ini terhenti operasinya. Pada pertengahan Desember tahun lalu, Eilat dilaporkan mengalami penurunan operasional yang sangat drastis hingga 85 persen. Ekonomi di kota tersebut tak berjalan dan menjadi seperti kota mati.
Kini dengan keterlibatan Amerika dan sekutunya, maka dampak yang akan dirasakan juga akan meluas ke Amerika dan sekutunya. Sebab saat ini Yaman juga menyerang kapal-kapal milik Amerika dan siapa saja yang membantu Amerika menyerang Yaman.
Aliran perdagangan kapal negara-negara yang diblokade oleh Yaman harus mengambil jalan memutar melalui rute yang panjang mengelilingi benua Afrika melalui Tanjung Harapan untuk mencapai mitra Eropa, Amerika dan Israel. Ini artinya akan ada peningkatan waktu dan biaya perjalanan yang otomatis membawa peningkatan substansial dalam harga pasar mereka.
Yaman Lawan Koalisi Amerika
Israel tak berdaya dengan apa yang dilakukan Yaman saat ini. Karena itu, Israel membutuhkan sekutu terdekatnya yaitu Amerika Serikat untuk dapat menghentikan blokade terhadap kapal-kapal Israel.
Amerika mencoba bernegosiasi, meminta Saudi untuk membujuk Iran agar meminta Yaman menghentikan blokadenya. Namun, Iran tak punya kuasa, semua tindakan Yaman dilakukan atas dasar keputusan negaranya sendiri. Amerika juga membujuk Yaman, bahwa Amerika akan menghapus Yaman dari daftar teroris jika menghentikan tindakan blokade tersebut. Namun Yaman bergeming.
Amerika selanjutnya mengancam akan membentuk koalisi dan menyerang Yaman, sekali lagi Yaman tak peduli dengan ancaman Amerika. Berikutnya Amerika membentuk koalisi dengan mengajak kekuatan 20 negara yang diberinya nama Operasi Prosperity Guardian (OPG) dengan dalih untuk menjaga kapal-kapal komersial dari serangan Yaman sehingga dapat melewati Selat Bab al-Mandab dengan aman.
Ternyata ajakan Amerika tak banyak mendapat sambutan, bahkan angkatan laut utama Arab yang terletak di pantai Laut Merah, Arab Saudi dan Mesir menolak bergabung. Langkah ini diikuti beberapa negara Eropa, seperti Prancis, Italia dan Spanyol juga menolak untuk bergabung.
Sehingga dari 20 negara yang diharapkan bergabung dalam operasi ini oleh Amerika hanya Inggris, Norwegia, Belanda, Yunani, Kanada dan Australia yang bersama Amerika.
Sebagai ”imbalannya”, negara-negara tersebut sudah pasti akan menjadi target rudal-rudal Yaman dan tak akan bisa dengan mudah untuk melewati Bab al-Mandab ataupun ke Laut Merah.
Kesimpulan
Akar dari keputusan Yaman untuk memblokade kapal-kapal Israel berasal dari serangan Israel ke Gaza dan pemblokiran bantuan kemanusiaan oleh Israel untuk Gaza. Jika AS beserta sekutunya menekan Israel agar menghentikan genosida di Gaza dan memungkinkan bantuan kemanusiaan serta obat-obatan mencapai Gaza, maka blokade terhadap kapal-kapal Israel, AS dan sekutunya di Bab al-Mandab pun akan segera berakhir.
Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Amerika dan sekutunya justru membela Israel dan melancarkan serangan terhadap Yaman. Alih-alih mencari solusi untuk konflik di Gaza, Amerika justru membuka front peperangan baru dengan Yaman di Laut Merah. Situasi inilah yang akhirnya semakin memperumit dan memperpanjang ketegangan di kawasan tersebut.