Hypatia dikenal sebagai sosok perempuan cerdas dari zaman Yunani-Romawi yang dikenal sebagai simbol ilmu pengetahuan dan pemikiran rasional di tengah konflik politik dan agama. Karena semangat pemikiran terbukanya itulah, seorang pemilik warung kopi sederhana memberi nama tempatnya “Warkop Hypatia”—tempat yang ingin menghadirkan suasana diskusi serius dan terbuka bagi siapa saja.
Warkop Hypatia banyak di datangi anak muda, terutama milenial dan generasi Z. Tempatnya nyaman, suasana akrab dan sering menjadi ruang bagi diskusi tentang ide-ide segar yang beragam.
Selama seminggu saya nongkrong di sana, sambil menikmati kopi dan coklat spesial ala Hypatia, saya menemukan sebuah buku menarik tentang demokrasi dari Jacques Ranciere, seorang filsuf asal Prancis yang punya pandangan unik soal demokrasi.
Biasanya, kita berpikir demokrasi itu hanya soal pemilihan umum dan aturan resmi. Padahal, menurut Ranciere, demokrasi lebih dari sekadar itu. Demokrasi momen ketika orang-orang yang selama ini diabaikan oleh sistem politik berdiri dan bersuara, bersatu membuat sesuatunya lebih setara.
Ranciere menyebut sistem yang selama ini berjalan sebagai “the police order.” Ini bukan soal polisi biasa, melainkan struktur sosial dan politik yang menentukan siapa boleh berbicara dan siapa harus diam.
Demokrasi menurut Ranciere muncul saat orang-orang yang selama ini tak punya suara berani mengambil tempat mereka dan menuntut pengakuan.
Lalu, bagaimana relevansinya dengan zaman kita sekarang?
Di era digital seperti sekarang, siapa pun bisa bersuara lewat media sosial dan ruang daring lainnya. Namun, ironisnya kekuasaan dan politik kita masih dikuasai oleh segelintir orang dan elit. Banyak dari kita yang merasa suara kita tenggelam di antara janji-janji politik yang tak terealisasikan.
Ranciere menjelaskan tentang demokrasi bukanlah sesuatu yang sudah jadi dan selesai apalagi sudah mapan. Demokrasi adalah proses yang terus berjalan, sebuah perjuangan agar semua orang, termasuk yang selama ini diabaikan, memiliki kesempatan yang sama untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan.
Masalah demokrasi saat ini bukan hanya soal siapa yang menang dalam pemilu, tapi bagaimana memastikan semua orang benar-benar memiliki kesempatan untuk menentukan masa depan bersama.
Pesan penting dari Ranciere, demokrasi bukan hanya hak yang diberikan dari atas, melainkan sesuatu yang harus diperjuangkan dari bawah. Saat masyarakat mulai menuntut kesetaraan dan keadilan, disitulah demokrasi benar-benar hidup.
Di zaman informasi yang mudah tersebar tapi juga rawan disalahgunakan, demokrasi harus dijaga dengan sikap kritis dan partisipasi aktif. Kita tidak boleh lagi jadi penonton, tapi harus menjadi pemain yang ikut menentukan jalannya permainan.
Jadi, demokrasi bukan hanya soal memilih di bilik suara. Demokrasi adalah bagaimana kita semua, tanpa terkecuali, bisa mengangkat suara dan bersama-sama membangun kehidupan sosial dan politik yang lebih adil. Saat suara yang selama ini diabaikan didengar dan dihargai, saat itulah demokrasi terasa bermakna. (*)