Jumat, Mei 17, 2024

Venezuela dan Keperkasaan The Last Man

Fadil Maengkom
Fadil Maengkom
Alchemist !

Venezuela, sebuah negara di ujung utara Amerika Selatan dengan jumlah penduduk kurang lebih 31 juta jiwa, kini mengalami malam kelam yang panjang. Gejolak politik yang tidak stabil akibat aksi protes para pendukung oposisi terhadap pihak pemerintahan Maduro.

Venezuela yang konon dikatakan negara yang sering memroduksi cewek-cewek cantik di ajang internasional itu mengalami jalan buntu secara situasi politik dan ekonomi.

Bagaimana tidak, hiperinflasi yang dialami negara ini tercatat sebagai rekor inflasi terburuk sepanjang sejarah hingga mencapai angka lebih dari 10.000%. Sebelumnya Venezuela juga merupakan negara pemasok minyak mentah terbesar di dunia dengan total cadangan minyak 300 miliar barel.

Hal ini menjadikan 95% dari total pendapatan negara tersebut berasal dari ekspor minyak mentah. Namun kini rakyat Venezuela tak berarti melawan tarik ulur yang terjadi di pasar. Bolivares Fuerte (Bs) mata uang venezuela anjlok tak terhenti, hingga harga untuk sebuah roti jika dikonversikan ke rupiah mencapai 2,6 juta rupiah untuk satu roti.

Krisis ekonomi di venezuela bermula pada 2014 ketika harga minyak dunia anjlok—tepat satu tahun pada tanggal 14 april 2013 Nicolas Maduro menang tipis atas lawan politiknya Henrique Carpiles—membuat Venezuela mengalami tekanan finansial karena sangat bergantung pada ekspor minyak.

Ketergantungan terhadap satu sektor membuat Maduro sebagai Presiden Venezuela harus memutar otak untuk mencari alternatif lain untuk menstabilkan kembali perekonomian negaranya.

Masalah baru bagi Venezuela?

Belum lama ini, Venezuela memutuskan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat lewat putusan yang dikeluarkan oleh Maduro, namun putusan itu ditolak oleh pemerintah Amerika Serikat. Karena Amerika Serikat tidak menganggap pemerintah Maduro sebagai sebuah pemerintahan yang sah dan lebih memilih mendukung pihak oposisi.

Negara yang sedang dirundung krisis moneter itu kini harus berurusan dengan situasi politik luar negeri dengan polemik ekonomi yang belum stabil.

Sejarah pernah mencatat bahwa Amerika Serikat adalah negara yang selalu berperan lewat kepentinganya pada setiap gejolak ekonomi-politik yang pernah terjadi di belahan dunia ini, Tak bisa dipungkiri sejak peristiwa stagflasi 1965 campur tangan Amerika Serikat dengan para sekutunya mampu memberikan cengkraman yang begitu besar bagi negara-negara berkembang atau negara dunia ketiga yang sedang mengalami krisis.

Imbasnya hingga akhir dari perang dingin pada tahun 1991 Amerika mendeklarasikan atas kemenanganya dan menjadi penguasa tunggal lewat sistem demokrasi liberal. Sebagaimana yang dikatakan oleh Fukuyama dalam bukunya The End of History and The Last Man—buku yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1992 ini. Menjadikan Fukuyama sebagai ilmuwan terpopuler selama dekade 90-an dengan terminologinya “The end of history” (hal. 11).

Menurut Fukuyama, setelah barat menaklukan rival ideoligisnya: Monarki herediter, Fasisme, dan Komunisme. Dunia telah mencapai satu konsensus yang luar biasa terhadap suatu sistem ideologi di dunia dengan menjadikan demokrasi liberal sebagai titik akhir dari evolusi ideologi atau bentuk final dari sistem pemerintahan.

Dan ini sekaligus menjadi akhir dari sejarah “The end of history” dan demokrasi liberal dinobatkan sebagai manusia terakhir “The Last Man” dari pergolakan pemikiran terhadap ideologi yang relevan di penghujung abad 20.

Sebagai sistem yang berdiri diatas puncak piramida ideologi dunia, duduk Amerika Serikat yang memegang kunci-kunci kekuasaan dunia dengan segala kehebatanya. Setelah Bush memegang kemudi atas pemerintahan Amerika Serikat, berbagai kontroversi-kontroversi pun dilayangkan ke berbagai penjuru dunia untuk memperluas dominasi Amerika.

Irak menjadi saksi kekejaman itu, ketika pada maret 2003 Bush memerintahkan tentaranya untuk menduduki Irak tanpa mandat dari DK PBB. Belum pernah terjadi dalam sejarah sebelumnya, dunia menyaksikan gelombang aksi unjuk rasa anti Amerika Serikat yang begitu ramai terjadi di berbagai pejuru dunia seperti pada tahun 2003.

Kebijakan yang dilakukan oleh Bush ini bisa dikatakan sebagai satu tata aturan yang diatur oleh Amerika Serikat sendiri dengan mengabaikan hukum internasional dan berpegang teguh pada prinsip bahwa kekuatan adalah kebenaran.

Sebetulnya, dunia internasional secara mayoritas sering berseberangan dengan Amerika Serikat. Namun terminologi Amerika Serikat sebagai negara Super power masih memberikan pengaruh yang begitu kuat. Secara dominasi, Amerika Serikat memiliki intervensi lewat penguasaan berbagai aset kekayaan di berbagai negara bagian dunia ketiga dan kebijakan politik luar negerinya.

Hal ini pula bisa berindikasi pada polemik yang sementara terjadi di Venezuela. Mengingat Venezuela merupakan salah satu negara pendiri OPEC (the Organization of the Petroleum Exporting Countries) pada tahun 1961 di Baghdad Irak. Bukan hanya itu saja, Venezuela juga termasuk negara yang memiliki cadangan minyak mentah terbesar di dunia.

Penolakan Amerika Serikat terhadap keputusan Maduro dan lebih memilih untuk mendukung pihak oposisi bisa dikatakan sebagai satu langkah strategis untuk menguasai kilang minyak yang ada di Venezuela. Apalagi saat ini hubungan Amerika Serikat dan Arab Saudi sebagai mitra untuk menstabilkan kawasan produksi minyak terbesar di dunia sedang mengalami keretakan setelah terjadi ketegangan di Timur Tengah.

Ditambah lagi kutukan yang dilontarkan oleh negara-negara Arab di kawasan Timur Tengah terhadap Amerika Serikat, setelah Amerika Serikat mendeklarasikan dukunganya terhadap Israel dan mengakui Yerusalem sebagai ibukota negara. Oleh sebab itu Amerika Serikat harus memutar kemudi sebagai langkah awal untuk haluan politiknya.

Banyak negara-negara dunia ketiga mengalami ketergantungan kepada Amerika Serikat, tak terkecuali dengan Venezuela. Ketergantungan ini dapat kita lihat sebagai sebuah peristiwa dari gejolak ekonomi-politik yang terjadi pada dunia internasional dan pada dasarnya dominasi telah mendahuluinya selain daripada faktor internal negara itu sendiri.

Bahkan para ahli kemudian pernah berkata bahwa setelah era dominasi barat tidak ada lagi peradaban lain dengan sistem pemerintahan dan kehidupan yang berbeda dengan peradaban barat. Inilah yang dikatakan sebagai keperkasaan dari The Last Man!!!

Fadil Maengkom
Fadil Maengkom
Alchemist !
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.