Jumat, Oktober 4, 2024

Urgensi Sains Data dalam Pertanian Berkelanjutan

Fadli Hafizulhaq
Fadli Hafizulhaq
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas

Perkembangan zaman yang pesat saat ini berhasil membuka berbagai profesi baru. Rasanya dulu tidak pernah kita membayangkan profesi semacam influencer, dengan bermodal media sosial saja seseorang bisa meraup keuntungan hingga berjuta-juta. Umumnya para pebisnislah yang  menggunakan jasa influencer untuk meraih atensi ke produk atau brand mereka.

Umpan balik yang didapatkan dari promosi melalui influencer pada dasarnya berbentuk data—umumnya berupa data impresi, lead, dan konversi. Data itulah yang kemudian digunakan untuk membuat perkiraan (forecast) tentang kinerja bisnis pada aspek tertentu. Nah, ilmu yang berbicara mengenai data tersebut dinamakan sebagai sains data (data science).

Menariknya, sains data tidak hanya terbatas pada bisnis yang bersinggungan dengan media sosial, melainkan juga merambah industri pertanian—terlebih dalam lingkup pertanian berkelanjutan.

Berkelanjutan” pada Pertanian adalah Keharusan

Semenjak bumi terasa semakin panas, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) atau United Nations (UN) mendorong anggotanya untuk menyepakati sebuah resolusi bersama. Resolusi tersebut pada hari ini kita kenal dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Merujuk pada laman SDGs UN, pertanian berkelanjutan berkaitan dengan Tujuan 2 dalam SDGs yaitu “End hunger, achieve food security and improved nutrition and promote sustainable agriculture”.

Tidak hanya soal mengentaskan kelaparan, tetapi bahan makanan yang dikonsumsi juga harus aman dan bernutrisi. Dua syarat tadi hanya bisa didapatkan jika pertanian berkelanjutan diterapkan. Lantas, apa sebenarnya pertanian berkelanjutan itu?

Earles dan William (2005) dalam publikasinya yang berjudul “Sustainable Agriculture: An Introduction” berhasil menjelaskan konsep pertanian berkelanjutan dengan sederhana. Mereka mengatakan bahwa pertanian berkelanjutan adalah pertanian yang menghasilkan makanan berlimpah tanpa menghabiskan sumber daya bumi dan merusak lingkungannya.

Lebih lanjut, mereka juga mengatakan bahwa pertanian berkelanjutan merupakan pertanian dengan nilai-nilai sosial yang kesuksesannya tidak dapat dilepaskan dari komunitas pedesaan yang dinamis, kehidupan yang layak bagi keluarga petani, dan makanan sehat bagi semua orang. Dengan kata lain, pendekatan-pendekatan tadi mengindikasikan bahwa pertanian berkelanjutan berfokus pada penggunaan sumber daya alam dan bahan kimia penunjang pertanian (pupuk, pestisida, dan sebagainya) secara efektif.

Urgensi Sains Data

Pertanyaan berikutnya kemudian muncul, bagaimana caranya petani bisa tahu efektivitas penggunaan pupuk dan sebagainya? Jawaban satu-satunya adalah dengan mengukurnya. Sebagai contoh, petani dapat mengukur jumlah pupuk yang diberikan dan melihat dampaknya pada pertumbuhan tanaman. Nilai-nilai dan angka yang didapatkan dari pengukuran itu tentu saja adalah data.

Data tersebut, jika diolah dengan benar, akan membawa petani pada penemuan-penemuan tentang berapa jumlah pupuk yang optimal bagi tanaman. Sebagaimana manusia, tanaman juga bisa “kenyang” jika diberikan makanan (dalam hal ini pupuk) melebihi kebutuhannya. Di sisi yang lain, pemberian pupuk di bawah kebutuhan akan membuat pertumbuhannya tidak optimal. Oleh karena itu, petani perlu melakukan percobaan untuk mendapatkan kadar atau jumlah pupuk yang tepat.

Percobaan dan pencarian kadar pupuk optimal memanglah bukan barang yang baru. Kegiatan tersebut bisa dilakukan secara tradisional. Hanya saja, cara biasa dapat menghabiskan waktu lantaran membutuhkan banyak percobaan hingga menemukan kadar yang tepat. Nah, di sinilah ilmu sains data tadi dapat berperan. Upaya penemuan kadar pupuk yang tepat dapat dipermudah dengan melakukan analisis pada beberapa titik data.

Uraian di atas tadi merupakan bagian dari ilmu pertanian presisi. Konsepnya adalah bagaimana menggunakan bahan kimia dengan tepat atau presisi. Pasalnya kelebihan penggunaan pupuk kimia tidak hanya merusak tanaman, tetapi juga merusak media tanam atau lahan pertanian itu sendiri. Selain itu, sains data juga memiliki peranan pada manajemen air, analisis tanah, hingga monitoring dan “ramalan” terkait tanaman pertanian.

Berkat sains data, di masa yang akan datang, petani dapat menghindari gagal panen karena dapat mendeteksi penyakit tanaman dengan lebih cepat. Selain itu, sains data juga dapat membantu petani untuk mengatasi serangan hama dengan lebih baik. Ujungnya adalah peningkatan produktivitas dari pertanian dapat dicapai dengan lebih mudah.

Mengangkat Muruah Petani

Penerapan sains data pada bidang pertanian bisa disebut baru sehingga sangat wajar jika di lapangan ada yang menganggapnya rumit. Bagaimana tidak, jika sebelumnya bertani nyaris tanpa hitungan (kecuali hitungan masa tanam hingga panen), kini berkat sains data, pertanian akan berurusan dengan regresi dan hal-hal lain dalam ilmu statistik.

Namun meskipun demikian, konsep pertanian berkelanjutan menjadikan sains data sangat relevan dengan tuntutan zaman. Kemajuan-kemajuan ini diprediksi akan menjadi daya tarik bagi generasi muda dan kalangan terdidik untuk terjun ke sektor penyelamat kehidupan ini. Jika generasi muda dan kaum terdidik telah ikut serta, kita berharap stigmatisasi pertanian sebagai sektor menengah ke bawah dapat perlahan terlupakan.

Sebagai penutup, langkah penerapan sains data pada sektor pertanian nyatanya sudah menjadi tren di banyak negara maju. Disiplin ilmu tersebut dapat mengoptimalkan penghasilan petani meskipun pertanian dilakukan pada lahan terbatas. Dan yang tidak kalah penting, sains data juga dapat mengangkat muruah atau kehormatan diri petani itu sendiri. Meskipun tetap harus berkecimpung dengan tanah dan lumpur, pertanian dan sektor industri lainnya memiliki satu hal yang sama: sama-sama dioptimalkan dengan penerapan sains data.

Semoga gagasan ini bisa menjadi topik bahasan yang kelak akan disampaikan oleh para penyuluh-penyuluh pertanian. Di samping itu, dukungan penuh pemangku kepentingan sangat dibutuhkan untuk mengangkat kembali nama Indonesia sebagai salah satu negara agraris di dunia.

Fadli Hafizulhaq
Fadli Hafizulhaq
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.