Minggu, Oktober 13, 2024

Untuk Kiri Merah Jambu dan Kiri Merah Maroon

Harsa Permata
Harsa Permata
Alumni Filsafat Universitas Gadjah Mada, Dosen di berbagai universitas di Yogyakarta.

Hiruk pikuk pemilu legislatif dan presiden 2019, ternyata juga menyentuh sebagian orang yang katanya dulu pernah kiri atau mengaku kiri, karena pernah baca buku-bukunya Pak Jenggot Karl Marx.

Terakhir ada seorang kiri merah jambu (seolah-olah kiri) yang bikin tulisan dan dipublikasikan oleh website yang seolah-olah kiri juga. Tulisan itu mengajak orang dan kelompok kiri untuk mendukung Jokowi pada pilpres 2019, karena menguntungkan secara politik bagi orang dan kelompok kiri.

Tulisan ini kemudian ditanggapi oleh seorang mantan tokoh kiri yang dulu pernah jadi kiri merah maroon (kiri abis/mentok). Tokoh kiri ini menanggapinya lewat statusnya di FB, yang membantah semua alasan pembenaran yang dikemukakan oleh si kiri merah jambu, yang berisi ajakan untuk dukung Jokowi.

Sepenangkapan saya, beberapa hal yang disoroti Si tokoh kiri maroon, adalah pertama, si kiri merah jambu ini gak punya massa. Kedua, mempertanyakan klaim si kiri merah jambu, bahwa Jokowi mempraktekkan ideologi Soekarnoisme dan demokratis, sementara pada kenyataannya pemerintahan Jokowi juga represif, anti demokrasi dan anti rakyat, begitu menurut si tokoh kiri maroon.

Tanggapan saya untuk si kiri merah jambu, udahlah coy, kalau kau mau jadi buzzer Jokowi, ya gak usah bawa bawa kiri, sosialisme, apalagi Marxisme. Kau galang aja massa, lakukan pengorganisiran, minimal untuk bikin panggung yang di sana Jokowi bisa ngomong. Walaupun tanpa kau galang pun, Jokowi sudah punya banyak panggung politik, dia Presiden Indonesia, petahana, terakhir kan kau lihat dia naik motor jumpalitan di TV, kayak lakon di film action.

Jujur aja, dengan banyaknya panggung bagi Jokowi sebagai petahana, dan diberangusnya panggung oposisi malu-malu kucing, a.k.a Gerakan #2019GantiPresiden, kemungkinan Jokowi untuk kalah sangat kecil sekali, kecuali jika ada mukjizat Tuhan, yang buat Jokowi kalah.

Asal kau tahu saja, oposisi malu-malu kucing itu pun belum mau terang-terangan untuk dukung lawan Jokowi, yaitu Prabowo, entah karena takut, atau karena gak PD Prabowo bisa menang.

Yang lebih lucu lagi, langkah cawapresnya Prabowo, atau si Sandiaga, yang mundur jadi wakil gubernur. Saya cuma bisa ketawa saja, sudah punya kekuasaan, kok malah dilepas begitu saja, untuk meraih yang belum pasti. Jokowi sendiri pada tahun 2014, tidak berhenti jadi gubernur DKI Jakarta, beliau hanya cuti, karena walau bagaimanapun, sebuah jabatan politik biasanya juga mendapat sebuah panggung politik, plus kalau misalnya kalah, kan masih bisa kembali ke jabatan tersebut.

Paling tidak, kalau Sandiaga masih Wagub DKI kan dia bisa ikut kasih kata sambutan misalnya di Asian Games kemarin, yang ditonton oleh jutaan orang di seluruh Indonesia, misalnya. Atau bisa juga seperti yang dilakukan si Anies Baswedan, mendatangi atlit DKI yang dapat medali emas, kayak Jonatan Christie, yang digemari kaum hawa, untuk sekedar say hello, atau mau kasih sesuatu.

Secara politik, saya akui Jokowi memang jauh lebih lihai dari lawannya di Pilpres 2019 nanti, karena beliau tak mau menyia-nyiakan semua panggung yang ada. Beliau juga tidak grasa grusu, dan sembarangan, yang paling utama adalah beliau tidak mundur dari sebuah jabatan politik, sebelum benar-benar berhasil mendapat jabatan politik yang lain.

Karena itu wahai coy kiri merah jambu, sudahlah kau tak usah ngaku kiri lah, nikmati saja hidupmu dan terus teranglah pada dirimu dan orang lain, kalau kau memang bukan kiri, karena tak ada kiri dalam sejarah yang mati-matian bela penguasa yang menjalankan secara konsisten agenda-agenda imperialis neoliberal, seperti mencabut subsidi rakyat, menekan upah buruh, menggusur tanah rakyat, dan lain-lain.

Untuk Tokoh Kiri Merah Maroon, pertama, terimakasih sudah beritahu orang lain, terutama yang jadi teman anda di FB, bahwa si kiri merah jambu, cuma seolah-olah kiri belaka. Kedua, alangkah baiknya juga jika status anda tersebut dipublikasikan secara luas, supaya lebih banyak yang membaca, dan lebih banyak yang kritis, terhadap tulisan yang menipu rakyat, oleh si kiri merah jambu.

Ketiga, anda sepertinya paham sekali bagaimana membangun organisasi kiri, saya sarankan anda untuk kongkrit, bangun kembali organisasi kiri, sayang sekali, jika kemampuan anda yang luar biasa, tidak  dimaksimalkan untuk membangun gerakan kiri yang memiliki basis massa yang kuat, seperti yang tertuang di berbagai tulisan anda, sepenangkapan saya lho.

Akhir kata, Pilpres 2019, bagi saya pemenangnya sudah bisa ditebak, oposisi malu-malu kucing, dan lawan tanding yang tak sepadan, akan berbuah kemenangan bagi sang petahana Jokowi.

Langkah beliau untuk menggandeng K.H. Ma’ruf Amin, sudah tepat, beliau adalah pimpinan tertinggi organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu NU. Walaupun sebagian pendukung Ahok (Ahoker) menyatakan akan golput karena Kiyai Ma’ruf terpilih, saya pikir suara mereka (Ahoker), masih jauh dibawah suara Nahdlatul Ulama (NU), yang sangat besar.

Bagi rakyat, kaum buruh, kaum tani, kaum miskin kota, dan lain-lain, jika Jokowi menang, yang harus diwaspadai adalah jika beliau tetap mengusung agenda-agenda imperialis neoliberal, karena akan sangat sulit melawan Jokowi, yang didampingi oleh Kiyai Ma’ruf.

Karena dengan demikian sama saja dengan melawan Kiyai Ma’ruf, yang berarti juga sama dengan melawan NU. Yang bisa kita lakukan sekarang salah satunya adalah berdoa pada Allah SWT, mudah-mudahan saja, dengan didampingi Kiyai Ma’ruf, Jokowi mau insyaf dan meninggalkan imperialisme neoliberal dengan menjalankan konsep ekonomi keumatannya Kiyai Ma’ruf.

Harsa Permata
Harsa Permata
Alumni Filsafat Universitas Gadjah Mada, Dosen di berbagai universitas di Yogyakarta.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.