Kamis, April 25, 2024

Toxic Behavior di Tempat Kerja

Fanny Martdianty
Fanny Martdianty
Staf Pengajar dan peneliti Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

Apa itu toxic behavior (perilaku beracun) dan kenapa perlu diidentifikasi?

Perilaku beracun dapat muncul di organisasi apa pun, dari organisasi kecil hingga besar. Secara umum, perilaku beracun ini adalah perilaku yang berdampak negatif terhadap orang lain. Perilaku ini dapat muncul dari individu atau pun dari manajemen di organisasi. Siapa pun yang memunculkannya, perilaku beracun ini dapat membawa dampak kurang baik bagi organisasi dan mengganggu bisnis secara signifikan.

Perilaku beracun ini dapat bermanifestasi di banyak hal, dari yang sekedar hanya menampilkan sikap tidak sopan secara sengaja terhadap pihak lain, intimidasi, hingga melakukan pencurian terhadap aset organisasi. Contoh perilaku beracun diantaranya adalah: perilaku agresif, narsisistik, kredibilitas rendah, suka mengintimidasi (bullying), senang bergosip, pasif, penggerutu, dan lain-lain.

Perilaku-perilaku tersebut dapat mengganggu harmoni dan kenyamanan bekerja, menurunkan produktivitas, mengurangi keeratan dalam organisasi , hingga dapat berdampak pada tingginya karyawan yang keluar secara sengaja dari perusahaan.

Perilaku beracun ini tidak hanya berdampak pada produktivitas, namun juga dapat memiliki efek menular. Karyawan yang mengalami atau memiliki rekan kerja yang beracun akan berpotensi memiliki perilaku yang sama. Sebuah riset yang dilakukan Cornerstone on Demand yang dikutip oleh Marty (2019), seseorang memiliki 47% potensi memiliki perilaku beracun jka mereka bekerja pada satu tim yang memiliki jumlah anggota berperilaku beracun yang cukup tinggi.

Perilaku beracun tidak dapat dipungkiri merupakan realita di banyak organisasi dan dampaknya pun cukup nyata. Sehingga dengan mencari tahu akar permasalahannya, paling tidak bisa mencegah atau meminimalisir terjadinya perilaku tersebut sejak awal.

Darimana perilaku beracun berasal?

Menurut Marty (2019) perilaku beracun ini dapat berasal dari karakteristik bawaan (nature) dan hal yang dipelajari (nurture). Kepribadian seseorang sebagian besar ditentukan berdasarkan genetis dan memiliki dampak terhadap kecendrungan karyawan melakukan perilaku kerja yang kontraproduktif.  Beberapa karakteristik kepribadian yang diungkapkan Marty adalah:

Rendahnya kejujuran dan kurang rasa malu 

Karakteristik kepribadian ini mengindiksikan seberapa jujur dan dapat dipercayanya seseorang serta apakah mereka arogan atau tidak. Ada kecendrungan individu yang arogan memiliki kesulitan untuk bersikap jujur dan terbuka. Individu yang memiliki karakteristik kejujuran dna rasa malu yang rendah memiliki sejumlah faktor risiko tertentu—mereka memiliki kecendrungan untuk melakukan perilaku tercela dan berpotensi masuk penjara lebih besar daripada individu dengan tingkat kejujuran dan rasa malu yang lebih tinggi.

Kurang kesadaran diri 

Tanda lain dari karyawan yang berperilaku beracun adalah jika individu yang bersangkutan tidak memiliki kontrol diri yang baik serta kurang berhati-hati, cenderung impulsif dan  tidak berpikir panjang.

Kurang terampil secara sosial 

Individu yang kurang terampil secara sosial memiliki kecendrungan untuk berperilaku tidak sopan terhadap orang lain, pengabaian, atau mempermalukan orang lain

Nilai-nilai 

Selain karakteristik bawaan tersebut di atas yang secara luas telah banyak terbukti menjadi indikator potensial terkait dengan perilaku kontra produktif. Namun, nilai-nilai yang dianut seseorang, yang umumnya adalah sesuatu yang dipelajari dapat memberi efek juga terhadap perilaku negatif. Meskipun di banyak studi, karakteristik kepribadian masih menjadi faktor yang dominan, namun nilai-nilai yang dianut dapat menjadi faktor yang meningkatkan kecendungan untuk melakukan tindakan kekerasan (Knafo dkk, 2008).

sebagai contoh jika seseorang menjunjung nilai kepatuhan yang tinggi, yakni memilki karakteristik untuk menghormati aturan yang berlaku dan memiliki kepercayaan bahwa adanya aturan merupakan suatu hal yang baik, maka akan mengurangi kecendrungan individu tersebut melakukan tindak kekerasan. Sehingga nilai-nilai tersebut dapat menjadi “protective factor” atau faktor pelindung individu dan mencegahnya untuk berperilaku negatif atau berbahaya.

Apa yang harus dilakukan organisasi?

Berikut ini ada beberapa saran yang dapat dilakukan organisasi dan dibagi ke dalam dua hal, yaitu untuk menghindarinya dan bagaimana mengatasinya jika sudah terjadi di organisasi anda (Dimoff, 2019; Marty, 2019):

Cara menghindarinya:

  • Identifikasi sejak dini pada saat proses seleksi pegawai dan sebaiknya tidak memilih untuk mempekerjakan tipe pegawai dengan potensi perilaku kerja kontraproduktif. Berita baiknya adalah perilaku ini dapat diprediksi dengan asesmen psikologi sehingga dapat dihindari sebelum terjadi di tempat kerja.
  • Lakukan pengecekan dan latihlah manajer untuk mendeteksi tanda-tanda perilaku beracun dan bagaimana mengatasinya

Bagaimana jika sudah telanjur ada?

  • Memfasilitasi cara agar karyawan lain dapat melaporkan perilaku beracun tersebut dan melindungi mereka dari tindakan balas dendam. Organisasi dapat melakukan sistem pelaporan anonim atau prosedur lainnya yang dapat memproteksi pelapor.
  • Memastikan bahwa perilaku dan tindakan karyawan juga menjadi bagian dari proses review kinerja
  • Berupaya mendeteksi isu tersebut sedini mungkin, sehingga organisasi dapat memberikan program intervensi atau pengembangan bila dibutuhkan.
  • Jika semua cara gagal, organisasi mungkin dapat mempertimbangkan untuk memberhentikan karyawan. Pastikan peraturan perusahaan , perjanjian kerja bersama atau panduan perilaku karyawan di perusahaan memuat mengenai jenis-jenis perilaku yang tidak diperkenankan untuk dilakukan karyawan sehingga perusahaan memiliki landasan yang cukup kuat untuk melakukan pemutusan hubungan kerja. Dokumentasikan juga semua kejadian serta komunikasi-komunikasi dan tindakan perbaikan yang dilakukan sebelum keputusan pemutusan hubungan kerja dilakukan.
Fanny Martdianty
Fanny Martdianty
Staf Pengajar dan peneliti Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.