Siapa yang tak kenal Marvel? Dulunya, Marvel hanyalah sebuah perusahaan komik saja, namun sekarang, mereka telah memiliki studio sendiri dalam memproduksi filmnya. Studionya sendiri mulai dirintis berkembang pesat pasca diluncurkannya Iron Man yang pertama menjadi box office. Mereka mulai merambah dan meruntut kepada berbagai superhero yang telah diciptakan oleh Stan Lee maupun Jack Kirby sampai pada yang baru saja rilis, Black Panther.
Bicara mengenai Black Panther ini adalah hal yang menarik, karena ia tidak berasal dari Amerika, ia adalah superhero berkebangsaan Afrika, lebih tepatnya Wakanda. Black Panther merupakan salah satu superhero Marvel yang terkaya dan berdarah biru, ia lah raja dari Negeri Wakanda, nama aslinya adalah T’Challa.
Tidak hanya raja, namun juga pelindung dari negeri itu, dia mendapatkan kekuatan supernya dari sebuah bunga sakral dan juga anugrah dari leluhurnya. Seperti kebanyakan superhero, ia memiliki kostum berwarna hitam yang memang seperti sebuah black panther sejati.
Tidak hanya pada sisi aksi ataupun akrobatnya, ada pesan-pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh Black Panther, terutama jika kalian melihat filmnya. Wakanda merupakan negara yang sangat maju, bahkan jauh didepan Amerika Serikat karena memiliki kandungan besi langka yang hanya ada di wilayah itu, bernama Vibranium.
Besi ini memiliki ketahanan yang sangat kuat, bahkan hampir tidak dapat dihancurkan. Harga vibranium sendiri sangat mahal di pasar gelap dan hanya bisa didapat melalui pasar gelap, karena Wakanda tidak membagi sama sekali kandungan vibranium nya agar tidak disalahgunakan, terutama untuk berperang. Itu sebabnya mereka melakukan embargo dan meng-isolasi negeri mereka agar tidak dapat terjamah oleh siapapun vibranium itu.
Wakanda dengan vibraniumnya, lebih dari mampu untuk melakukan swadesi dan bahkan meng-isolasi diri. Negeri ini pun punya teknologi yang melampaui bahkan Amerika sendiri. Namun berbagai orang secara capat menyimpulkan Wakanda sebagai negara terbelakang atau negara dunia ketiga, hanya karena posisi mereka yang berada di benua Afrika, benua bekas jajahan.
Dalam salah satu percakapan film Black Panther pun tersirat tudingan kolonialis kepada agen Amerika. Ada salah satu tokohnya pun yang pernah hidup di Amerika, ingin menyelundupkan vibranium keluar Wakanda agar kelompok kulit hitam dapat melawan diskriminasi dan penindasan yang dilakukan oleh kulit putih.
Entah ini hanya sebuah kebetulan atau memang disengaja, karena Black Panther pertama kali muncul pada bulan Juli 1966 sedangkan Partai Black Panther (BPP) di AS muncul pada bulan Oktober di tahun yang sama.
Namun nuansa keduanya acap memperlihatkan sebuah aura yang sama, yakni perlawanan, jika BPP melawan diskriminasi kulit hitam, Black Panther bertarung untuk keadilan, namun solidaritas untuk sesama kawan kulit hitam terlihat cukup tinggi, baik di film maupun di komiknya.
Di film Black Panther sendiri, ada beberapa percakapan yang memang menjurus untuk mempromosikan anti-diskriminasi. Hal ini sangatlah penting terutama untuk negara dengan permasalahan rasisme yang cukup banyak seperti AS.
Film Black Panther sendiri serat dengan poskolonialisme dan juga rasisme (bukan dalam makna negatif yang bersifat SARA, namun solidaritas kulit hitam). Kenapa poskolonialisme? Kita pasti tahu bahwa dalam kolonialisme, para penjajah selalu menganggap rendah penduduk negara jajahan, dalam salah satu percakapan, Wakanda langsung dibilang negeri petani dan dunia ketiga hanya karena posisinya berada di benua Afrika.
Film ini ingin menunjukkan bagaimana terkadang kita diskriminatif terhadap salah satu benua, yang perilaku tersebut terbentuk oleh mentalitas para penjajah. Secara tersirat, film ini ingin menyatakan bahwa orang Afrika maupun kulit hitam di seluruh belahan dunia, bukanlah orang barbar yang kanibal atau hanya mampu melakukan pekerjaan keras. Bahwa ada negara maju seperti Wakanda di Afrika (meskipun fiksi) sebagai pesan kepada para penontonnya untuk menghilangkan stereotip negatif dan juga diskriminasi terhadap kulit hitam.
Terlepas dari kemajuan teknologi Wakanda sendiri, mereka tidak melupakan adat dan tradisi yang dipegang teguh. Kemampuan semacam ini sangat susah untuk dipelihara, karena kemajuan teknologi di berbagai negara di dunia acapkali bertabrakan dengan tradisi, adat dan budaya.
Film ini merupakan harapan bagi kita semua bahwa teknologi dan tradisi dapat hidup berdampingan. Menunjukkan bahwa Wakanda yang disebut sebagai negara dunia ketiga hanya karena letak geografis, ternyata memiliki kemampuan berkembang lebih dengan tetap menjaga budaya mereka juga menghormati para leluhurnya.
Dari film Black Panther ini, Marvel telah menunjukkan kemampuannya untuk menyampaikan berbagai macam pesan kemanusiaan. Film ini tidak sekedar film, namun sebuah masterpiece, dimana poster dan sosial media sudah tidak lagi menarik untuk dijadikan media penyebaran paham anti-diskriminasi dan poskolonialisme, namun film merupakan media yang paling mutakhir.
Selamat juga kepada Ta-Nehisi Coates yang merupakan penulis terkenal yang ikut berpartisipasi dalam menggarap komik Black Panther semenjak 2016. Jika para pembaca yang budiman belum menonton, saya sarankan untuk segera menontonnya.