Musim 2020/2021 tahun ini mungkin adalah musim yang penuh dengan dinamika dan harap-harap cemas bagi FC Barcelona. Setelah di tahun sebelumnya Barcelona gagal memenangkan satu trofi pun di tiga kompetisi utama yang diikuti: La Liga, UEFA Champions League, dan Copa Del Rey.
Kedatangan Ronald Koeman pada awal yang sebelumnya menjabat sebagai pelatih timnas Belanda untuk menggantikan Quique Setien diharapkan mampu mengangkat performa tim secara keseluruhan. Reputasi Koeman sebagai salah satu pemain legenda yang pernah membantu klub dalam menjuarai piala Champions pertama mereka pada tahun 1992, semakin membuat ekspektasi fans terhadap Koeman semakin tinggi.
Namun, hasil yang diraih Barcelona pada akhir musim kali ini sepertinya masih berujung pada kekecewaan seperti tahun lalu. Meskipun tahun ini Barcelona meraih trofi Copa Del Rey dengan mengalahkan Atletico Bilbao dengan skor 4-0 di partai final. Tersingkirnya Barcelona di Liga Champions dengan kalah agregat 5-2 dari Paris Saint-Germain di babak perempat final.
Serta kegagalan dalam meraih juara La Liga dari tangan Atletico Madrid setelah tergelincir dari posisi puncak klasemen di fase-fase krusial dengan meraih hasil yang kurang baik, membuat ekspektasi di awal musim berubah menjadi kegusaran bagi para direksi dan fans Barcelona.Hasil-hasil buruk yang didapatkan Koeman membuat spekulasi mengenai masa depannya sebagai pelatih Barcelona menjadi serba tidak pasti.
Koeman sendiri menyatakan masih ingin melanjutkan pekerjaannya sebagai pelatih utama klub, sedangkan di sisi lain, tidak sedikit suara dari direksi klub maupun para fans yang menyatakan bahwa Koeman harus dipecat dan digantikan oleh pelatih lain. Salah satu kandidat kuat yang banyak disebut sebagai nama favorit yang bakal menggantikan Koeman adalah mantan pemain legenda Barcelona yang lain, Xavi Hernandez.
Akan tetapi, keputusan untuk memecat Koeman pun sebenarnya merupakan pilihan yang cukup beresiko bagi Barcelona. Kontrak Koeman sebagai pelatih Barcelona masih menyisakan satu tahun lagi hingga 2022. Bila Barcelona memutuskan untuk menghentikan kontrak Koeman sebagai pelatih tahun ini, maka Barcelona diperkirakan harus membayar 7 juta euro kepada Koeman sebagai biaya kompensasi pemutusan kontrak.
Sebuah keputusan yang tentunya berpotensi merugikan, mengingat kondisi finansial klub yang masih dalam keadaan genting.Selain itu, terlepas dari hasil-hasil kurang memuaskan yang didapat oleh klub pada musim ini. Barangkali perlu diingat bahwa Koeman datang sebagai pelatih di saat klub sedang berada dalam kondisi krisisnya.
Tidak cuma gagal meraih trofi pada musim lalu, kekalahan telak 8-2 dari Bayern Munchen yang menjadi puncak jebloknya performa klub tahun lalu telah membuat mental dan situasi pemain menjadi tidak stabil. Pada awal musim sang kapten, Lionel Messi, bahkan sempat menyatakan keinginannya untuk meninggalkan klub karena terlibat konflik dengan presiden Barcelona sebelumnya, Josep Bartomeu.
Masalah bertambah pelik karena kondisi finansial klub yang getir membuat Koeman tidak bisa berbuat banyak untuk mendatangkan pemain incarannya pada bursa transfer pemain pada awal musim. Dan hanya bisa mendatangkan pemain muda dengan harga yang murah seperti Sergino Dest, Francisco Trincao, dan Pedri ditambah dengan pemain muda lain dari akademi klub seperti Ronald Araujo, Oscar Mingueza, dan Ilaix Moriba.
Meskipun pemain-pemain muda ini memiliki, tetapi mereka minim pengalaman untuk mengangkat performa klub secara keseluruhan. Praktis, Koeman hanya bisa memaksimalkan dan mengandalkan squad “sisa” musim lalu dengan seadanya. Minus Luis Suarez yang pindah ke Atletico Madrid dan pemain-pemain senior Barcelona yang tidak bisa diandalkan untuk bermain bagus pada setiap pertandingan karena telah memasuki usia uzur.Problem kedua yang dapat muncul bilamana Koeman dipecat adalah siapa yang akan mengganti posisinya kelak?
Xavi Hernandez memang menjadi pilihan utama sebagai kandidat pengganti Koeman. Tapi mengingat penolakan Xavi atas tawaran yang sama pada awal musim, rasanya bakal sulit untuk melihat Xavi berubah pikiran kembali ke Barcelona dalam waktu yang dekat. Meskipun pada musim ini mampu membawa Al-Sadd menjuarai Liga Super Qatar, Xavi belum memiliki pengalaman yang cukup dalam melatih di eropa.
Direksi dan fans barcelona tentu tidak ingin melihat kejadian yang sama dimana mantan pemain yang menjadi pelatih gagal memenuhi ekspektasi, seperti yang terjadi pada Frank Lampard di Chelsea dan Andrea Pirlo di Juventus. Untuk mengangkat performa klub, reputasi nama besar dan sejarah sebagai pemain legenda klub tidaklah cukup, tetapi butuh pengalaman dan pertimbangan yang matang.
Apalagi untuk tim sebesar Barcelona. Tentu ada nama-nama lain yang masuk dalam rumor, seperti Juergen Klopp dan Julen Nagelsmann. Akan tetapi, bila melihat dari peliknya situasi internal klub, tekanan, dan kondisi finansial klub saat ini. Rasanya bakal sulit untuk menarik pelatih-pelatih top di eropa untuk datang ke Barcelona sekarang. Tidak selamanya masalah dalam klub dapat diselesaikan dengan mengganti pelatih saja.
Poin terakhir yang mungkin penting untuk dicermati adalah rekam jejak Koeman sebagai pelatih. Koeman punya kelebihan untuk menyesuaikan dan mengadaptasi taktik sesuai dengan squad yang dimilikinya, bukan sebaliknya. Tim-tim yang dilatih Koeman sebelumnya seperti Southampton, Everton, dan timnas belanda mampu diubah oleh Koeman menjadi tim yang bermain dengan permainan yang cukup baik dan mampu bersaing dengan tim-tim lain, yang tentunya sangat cocok dengan kondisi di Barcelona saat ini.
Fenomena sebenanarnya ini dapat kita lihat di tengah musim, ketika Koeman mengganti taktik dari formasi 4-2-3-1 menjadi 3-5-2 yang membuat Barcelona naik dari peringkat ke-9 menjadi peringkat ke-1 klasemen La Liga, walaupun akhirnya harus puas finis di posisi ke-3.Terlepas dari beberapa keputusan strategi dan pilihan pemain yang kerap disoroti darinya. Sepertinya tidak ada ruginya untuk memberikan Koeman kesempatan untuk menyelesaikan kontraknya selama setahun ke depan. Dan setelah itu baru memutuskan rencana selanjutnya dengan mengevaluasi performa tim di musim depan.
Lagipula, hanya Koeman yang bersedia untuk menerima tawaran untuk melatih dengan peliknya situasi Barcelona saat itu, ketika pelatih-pelatih lain seperti Guardiola, Xavi, atau Pochettino yang diharapkan datang justru malah menolak. Ia bahkan rela membayar pemutusan kontrak dengan timnas belanda dengan uangnya sendiri demi bisa melatih Barcelona.
Suatu tindakan yang tentunya jika tidak didasari oleh rasa cinta terhadap mantan klubnya, tidak mungkin akan kita lihat dilakukan oleh pelatih lain. Bukankah terlalu kejam bila ia dipecat mengingat kondisi-kondisi yang telah dijelaskan di atas?
Jadi, apakah Koeman masih harus pergi, atau bertahan di Barcelona?