Minggu, Desember 8, 2024

Tantangan Menuntaskan Virus PMK

Bambang m Permadi
Bambang m Permadi
Karyawan dan Karikaturis
- Advertisement -

Kondisi penyebaran virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di tanah air mulai mereda. Data Siaga PMK Kementerian Pertanian yang dikutip melalui laman http://siagapmk.crisis-center.id menyebutkan,  kondisi 1 September  2022 masih terdapat 515.620 ekor hewan ternak dalam kondisi sakit. Kemudian sebanyak 374.829 ekor sembuh dan 7.808 ekor mati.

Sejak wabah muncul pada akhir April 2022, hingga saat ini masih terdapat  16 provinsi yang teridentifikasi kasus aktif PMK. Kasus terbanyak di Jawa Timur, yaitu 179.857  ekor sakit dan sebanyak 2.879 ekor mati. Kemudian Nusa Tenggara Barat, 98.865 ekor sakit dan 221 ekor mati. Sementara di Jawa Barat  meskipun hewan yang sakit hanya 60.115 ekor tapi kasus kematian ternak cukup tinggi , yaitu sebanyak 3.366 ekor. Angka kematian ternak di Jawa Barat tercatat tertinggi di Indonesia.

Mewabahnya PMK sangat memukul usaha peternakan besar di tanah air. Baik yang dikelola perusahaan maupun masyarakat. Tak dapat dihindari, keresahan merebaknya virus PMK akhirnya juga dimanfaatkan segelintir oknum tak bertanggungjawab untuk mencari keuntungan. Peternak diberi informasi yang kurang proporsional tentang wabah PMK. Khawatir merugi, akhirnya sebagian peternak terpaksa menjual hewan ternaknya di bawah harga pasar.

Mengutip Wikipedia  di Indonesia PMK pertama kali dilaporkan kasusnya di Malang, Jawa Timur pada  1887 akibat impor sapi dari Belanda. Penyakit ini kemudian menyebar ke berbagai wilayah Indonesia, seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Sejak 1974 pemerintah melaksanakan program vaksinasi massal sehingga pada periode 1980–1982 tidak ada lagi kasus PMK. Wabah PMK kembali terjadi di Blora, Jawa Tengah pada 1983. Namun, wabah ini dapat dikendalikan dengan vaksinasi. Pada 1986 Indonesia mendeklarasikan sebagai negara bebas PMK .

Meskipun banyak pihak menyatakan PMK tidak menular ke manusia tapi keraguan mengkonsumsi daging ternak yang terpapar virus sulit ditepis begitu saja. Secara psykologis, bila dapat memilih tentunya masyarakat akan mencari daging dari hewan ternak yang sehat.

Pakar Agribisnis dari Institut Pertanian Bogor, Bayu Krisnamurthi menyarankan pemerintah RI tidak meremehkan penyebaran wabah PMK kepada manusia. Meski bukan zoonosis cepatnya mutasi virus PMK tetap harus ditangani dengan sangat hati-hati. Seperti  pandemi Covid-19, sebelumnya tidak ada yang menduga bahwa virusnya akan bermutasi dari hewan ke manusia. (https://www.timesindonesia.co.id)

Harga Daging Sapi Tetap Tinggi

Hingga saat ini, daging segar masih termasuk komoditi eksklusif bagi masyarakat kurang mampu. Daging segar, terutama daging sapi, harganya masih terbilang mahal dan sulit terjangkau kemampuan ekonomi mereka. Sehingga cukup beralasan bila masyarakat dari kelompok ini jarang mengkonsumsi daging sapi. Sebagian masyarakat dapat menikmati daging sapi hanya saat perayaan Idul Adha.

Menurut data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional rata-rata harga daging sapi  mencapai Rp.137.500 per kilogram. Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harga daging sapi bahkan tembus Rp.152.500 per kilogram. Mahalnya harga daging sapi ditengah meningkatnya virus PMK merupakan fenomena menarik.

Paling tidak ada dua parameter yang dapat dijadikan pemicu naiknya harga daging sapi. Pertama, kemungkinan populasi sapi berkurang akibat banyak yang mati karena terpapar PMK. Berkurangnya jumlah sapi dan tingginya permintaan membuat harga sapi menjadi mahal dan berpengaruh terhadap harga penjualan daging sapi. Kedua, sebagian besar masyarakat tidak khawatir mengkonsumsi daging sapi meskipun ada kasus PMK di Indonesia.

Ketiga, masyarakat telah memiliki pemahaman cara mengidentifikasi  hewan ternak yang sehat. Sehingga tidak ragu mengkonsumsinya. Fenomena ini salah satunya tercermin dari semaraknya kegiatan pemotongan hewan kurban pada perayaan Idul Adha 10 Juli 2022 di beberapa daerah.

- Advertisement -

Selama ini usaha peternakan besar terutama sapi berkembang cukup baik di beberapa provinsi di Indonesia. Usaha peternakan tersebut secara tidak langsung telah mendorong produksi daging sapi nasional sebesar 437. 783,23 ton pada 2021. Tiga provinsi penghasil daging sapi terbesar adalah Jawa Timur (93.303,43 ton), Jawa Barat (64.425,18 ton) dan Jawa Tengah (55.835,19 ton). Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2021,  rata-rata konsumsi daging sapi penduduk Indonesia per kapita seminggu sebesar 0,012 kg.

Mengantisipasi penyebaran virus PMK semakin meluas, pemerintah telah melaksanakan vaksinasi sebanyak 2.007.624 ekor hewan ternak. Terdiri dari sapi, kerbau, kambing, domba dan babi. Namun demikian, upaya karantina, lokalisasi dan memperketat lalu lintas ternak antar provinsi harus ditingkatkan lebih intensif. Tak dapat dimungkiri bahwa kebijakan pemerintah membatasi distribusi hewan ternak antar wilayah akan berdampak pada berkurangnya pasokan komoditas daging di suatu daerah, yang akhirnya memicu kenaikan harga.

Tapi, kebijakan tersebut harus tetap ditegakkan secara konsisten mengingat kelangsungan usaha peternakan juga berkaitan dengan kegiatan ekonomi lainnya. Seperti ketersediaan pasokan daging segar, penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan petani. Hingga saat ini grafik perkembangan PMK masih cukup dinamis. Beberapa daerah yang sebelumnya sempat dinyatakan aman dapat seketika berubah menjadi zona merah. Diharapkan kasus PMK tidak berkepanjangan sehingga aktifitas ekonomi dari sektor peternakan dapat kembali pulih.

Bambang m Permadi
Bambang m Permadi
Karyawan dan Karikaturis
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.