Rabu, Oktober 16, 2024

Sudahilah Polemik Pribumi!

Hidayat Doe
Hidayat Doe
Peminat isu hubungan internasional, alumnus Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Hasanuddin, Makassar

Belum genap sehari Anies Baswedan resmi menjadi Gubernur DKI Jakarta Periode 2017-2022, mantan Menteri Pendidikan itu sudah dibuli habis-habisan di berbagai media, utamanya Medsos.

Aksi bulan-bulanan oleh warganet atas kutipan pidato pelantikannya yang menyelipkan kata ‘ Pribumi’ menjadi penanda bahwa publiknet yang berseberangan dengan Anies pada Pilkada DKI Jakarta lalu nampaknya masih memendam kusumat. Mereka rupanya belum move on, kata orang jaman now.

 Anies hanyalah manusia biasa yang juga bisa salah.Kesalahannya jangan dibesar-besarkan serupa menuangkan bensin pada suatu persoalan kecil. Kita harus adil menilai ucapan yang diungkapkan Anies pada saat eforia pelantikan yang berlangsung pada Senin, 16 Oktober lalu. Bila Anies blunder membawakan istilah pribumi itu, jangan lantas mengkambinghitamkan Anies pada berbagai hal. 

Sodara-sodara, Anies baru manggung di kursi kekuasaan ibu kota kenapa sudah lebih dulu dihajar. Negeri macam apa ini?

Warganet sebaiknya jangan terlalu mudah ikut-ikutan membulli Anies. Bisa jadi tergiring pada agenda setting yang dimainkan oleh barisan orang-orang kalah dalam Pilkada DKI Jakarta lalu.

Sebagai pengguna dunia maya, kita jangan menjadi bagian yang memperkeruh suasana politik. Salah satu persoalan yang menjadi catatan buruk demokrasi kita saat ini adalah maraknya aksi membuli seorang pemimpin tanpa logika dan akal sehat yang jernih.

Anies adalah pemimpin terpilih di ibu kota. Kita harus sepakat untuk memberikan ruang yang elegan baginya untuk mengatasi persoalan yang membelit Jakarta. Ibu kota butuh kerja sama dan sinergi berbagai pihak. Barisan yang menang dan kalah dalam Pilkada DKI sudah semestinya berdamai ketika kandidat masing-masing pihak menyampaikan pidato kekalahan dan kemenangannya. Warga ibu kota, lebih-lebih penduduk luar jangan terus menebar api perseteruan. Kebersamaan dan kekompakan mesti kembali ditabur.

Indonesia tak akan bangkit jika bara pertarungan politik terus mewarnai perjalanan negeri dan bangsa ini. Ingat, tantangan Indonesia sesungguhnya bukan kompetisi sesama anak negeri, tetapi kuatnya terjangan persaingan arus globalisasi yang mengandaikan daya saing sebuah bangsa. 

Kita sedang menyaksikan revolusi teknologi yang mahadahsyat. Negara-negara di dunia berusaha menjadi pemain dalam global value chain. Negara-negara di luar sana juga sedang bertarung menjadi actor global supply chain yang kompetitif. Jika negeri ini urusannya hanya siku sana situ tanpa mau memberikan kesempatan yang baik bagi pemimpin yang terpilih dipastikan Indonesia bakal terlempar jauh dalam berbagai rantai persaingan dunia.

Sebagai ibu kota, Jakarta mesti menjadi contoh bagaimana situasi dan stabilitas politik terbangun di sana. Jakarta sudah terlalu lama menjadi medan pertarungan. Jauh sebelum Pilkada di DKI Jakarta dimulai, warga nusantara sudah ikut memanas-manasi situasi ibu kota. Jika situas Jakarta terusmemanas, bukan tidak mungkin berdampak buruk bagi pemerintahan pusat. 

Kekisruhan di ibu kota akan menjadi kontributor negatif bagi jalannya stabilitas pemerintahan pusat. Padahal di sanalah semua kebijakan negeri ini disusun untuk memacu vitalitas bangsa. Apalagi musim Pilpres sudah semakin dekat. Pemerintah pusat bisa saja sudah tidak fokus menjalankan agenda pembangunan di sisa periodenya.

Kita berharap, berbagai kekisruhan politik yang muncul tidak menjadikan pemerintahan Jokowi-JK buyar merealisasiskan Nawacita-nya. Jokowi- JK  beserta jajaran kabinetnya diharapkan tetap konsentrasi menyelesaikan semuaa genda prioritas. 

Saya khawatir, jangan sampai karena terlalu panas suhu politik di ibu kota, perhatian pemerintah bergeser. Apalagi aroma politikPilpres sudah mulai menyembul. Sejumlah analisis yang mengaitkan persoalan istilah pribumi dengan ancang-ancang Pilpres sudah mulai bermunculan. Kita berharap, analisis tersebut hanyalah spekulasi yang tidak memancing hangatnya berbagai isu.

Kini saatnya kita menebar inspirasi dan menabur kebersamaan. Damai Indonesiaku, maju bangsaku.

Hidayat Doe
Hidayat Doe
Peminat isu hubungan internasional, alumnus Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Hasanuddin, Makassar
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.