Inovasi dalam perkembangan industri otomotif semakin modern dengan adanya peran teknologi, apalagi adanya cloud computing dan cyber security. Jepang sekarang mulai menerapkannya dalam produk otomotifnya supaya para pengemudi dapat merasakan keamanan dan kenyamanan yang lebih.
Tetapi dibalik itu ada yang lebih menarik, yaitu perdagangan internasional dari cloud computing yang diterapkan dalam produk industri otomotif Jepang. Dalam praktiknya kontribusi cloud computing untuk kendaraan yang saling terhubung adalah pengemudi satu dengan lainnya dapat terhubung melalui kendaraan, pelacakan kendaraan secara real-time, keamanan yang lebih dengan sensor dan kamera baik itu untuk keadaan kendaraan, pengemudi dan lingkungannya.
Secara praktik ini menguntungkan untuk perusahaan juga karena mereka dapat memantau rantai pasokan mereka dari adanya data kendaraannya dari jauh dan juga pemerintah untuk memantau dan mencegah jumlah kecelakaan dengan melihat data kondisi pengemudi serta kendaraannya tanpa harus datang ke lokasi.
Adanya penerapan cloud computing dalam industri otomotif di Jepang tidak terlepas dari adanya perusahaan-perusahaan teknologi besar dari negara lain dan pasar cloud computing Jepang yang besar. Alibaba perusahaan besar teknologi asal Tiongkok yang mulai masuk pasar Jepang pada tahun 2016 dan tahun 2019 Alibaba mendirikan dua pusat data di Jepang.
Pada Desember 2022, Alibaba mendirikan pusat data ketiga untuk memenuhi kebutuhan bisnis untuk berbagai sektor di Jepang yang berkembang pesat supaya secara teknis lebih fleksibel dan lebih andal.
Tidak diragukan lagi kenapa Alibaba sampai mendirikan 3 pusat data di Jepang karena permintaan pasar untuk cloud computing di Jepang 2021 mencapai 30 miliar dolar AS, apalagi lima tahun mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 34,7% dan ini akan meningkat sekitar 2,5% kali lipat, apalagi dalam industri otomotif Jepang yang banyak sekali menguasai pasar luar.
Adanya hal itu, tingkat kompetisi di Jepang menjadi meningkat karena perusahaan-perusahaan otomotif mulai menggunakan cloud computing. Menarik sekali perusahaan-perusahaan besar teknologi dunia berusaha memberikan pengaruh penuh pada perusahaan-perusahaan besar otomotif Jepang.
Amazon secara spesifik menyatakan akan membangun cloud computing Toyota Motor Corp dalam mengelola data yang bersumber dari kendaraan yang sudah tersebar secara global. Secara teknis Toyota dapat memproses dan menganalisis data yang digunakan untuk meningkatkan layanan kendaraan mulai dari perjalanan hingga asuransi berdasarkan kondisi kendaraan yang digunakan oleh pengguna.
Kesepakatan itu merupakan langkah AWS untuk melakukan ekspansi dalam industri otomotif, utamanya di Jepang yang banyak perusahaan-perusahaan besar otomotif berdiri. Bukan hanya perusahaan teknologi besar dari AS, tapi ada Oracle Cloud dari Austin yang melakukan kerjasama dengan Nissan.
Awalnya Nissan menggunakan server datanya sendiri untuk penyimpanan datanya, tetapi mereka memutuskan untuk melakukan investasi di Oracle Cloud karena ingin meningkatkan daya saing produknya dengan maksimal. Produk otomotif Nissan secara teknis menganalisis lingkungan fisik sekitar dan penggunanya yang nantinya akan berbentuk data untuk dianalisis dalam pengembangan produk dan menggunakan layanan Oracle Cloud akan menghemat biaya dalam hal ini.
Selain itu, Nissan melihat permintaan pasar untuk terus meningkatkan produknya yang terintegrasi dengan teknologi. Perusahaan teknologi besar lain yaitu Tencent asal Tiongkok akan memasuki pasar cloud computing. Tencent bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan otomotif besar asal Jepang dan akan membantu produknya untuk masuk ke pasar Tiongkok.
Mereka akan membantu dalam meningkatkan kualitas produk yang siap bersaing di pasar global dengan adanya sensor untuk kecacatan kendaraan, teknologi keselamatan, dan sistem telekomunikasi yang canggih dengan dibantu adanya A. Menariknya Tencent ingin jepang menjadi global lead dalam hal teknologi untuk sektor game, mobil, dan layanan medis.
Tetapi saat produk kendaraan mereka terintegrasi dengan teknologi, mereka juga harus memikirkan mengenai cyber security karena terdapat data-data yang penting baik perusahaan atau customernya. Adanya hal tersebut industri otomotif harus meningkatkan cyber security karena semakin tinggi internet memberikan peran. Isu cyber security jarang membahasnya pada sektor industri otomotif, padahal masalah cyber security di industri otomotif ini sangat spesifik.
Di Jepang sendiri dalam meningkatkan cyber security di aspek industri otomotif mulai menjadi perhatian yang sangat penting saat adanya cyber attacks pada beberapa perusahaan otomotif.
Pertama adalah serangan cyber wanna cry mengganggu operasi pabrik Nissan di Inggris pada tahun 2017. Kejadian ini terus berlanjut yaitu anak perusahaan penjualan Toyota mengalami cyber spy pada tahun 2019 dengan informasi 3,1 juta pelanggan bocor. Selanjutnya adalah pada tahun 2020 terjadi cyber attacks yang mengakibatkan penangguhan sementara operasi perusahaan di Italia, Jepang, Amerika Utara, Turki, dan Inggris.
Ini menjadi peringatan bagi industri otomotif untuk meningkatkan cyber security demi keberlangsungan operasi bisnis yang berkelanjutan bagi produsen otomotif dan pemasok mereka.
Cyber security pada industri otomotif bukan hanya mengenai data pelanggan tapi sangat rumit karena terdapat beberapa lapisan yang harus diperhatikan yaitu kendaraannya itu sendiri, produsen kendaraan dan pemasoknya (adanya perangkat listrik dan lunak), serta penyedia layanan (seperti dealer mobil dan layanan berbagi mobil) yang membuat cyber security di industri otomotif digunakan pada lapisan yang berbeda dan bergantung pada setiap lapisan tersebut apakah setiap lapisan itu siap untuk mengadopsi cyber security yang ketat.
Produsennya sendiri menggunakan banyak sekali perangkat yang membutuhkan cyber security-nya sendiri, belum produsen saling berbagi hak kekayaaan intelektual dengan pemasok dari teknologinya untuk memastikan desain dan produksi mobilnya tepat. Saat ini memang belum ada regulasi cyber security yang spesifik untuk industri otomotif, tetapi setiap produsen mengikuti Cyber Supply Chain Risk Management yang dikeluarkan oleh National Institute of Standards and Technology (NIST) Amerika Serikat.
Jepang sudah mengambil 1 langkah lebih maju mengenai hal ini yang dilakukan oleh Japan Automobile Manufacturers Association (JAMA) dan Japan Auto Parts Industries Association (JAPIA).
Mereka melakukan konsultasi dengan Japanese Ministry of Economy, Trade and Industry pada April 2019 dan bekerjasama dengan berbagai stakeholder untuk membuat sebuah regulasi dan guidance bagi para stakeholder di industri otomotif mengenai cyber security. Mereka mencoba membuat regulasi dan guidance yang dapat diadopsi oleh berbagai stakeholder di industri otomotif dan mencoba merangkul stakeholder yang berada di luar yang masih masuk dalam supply chain.