Minggu, Juni 8, 2025

Strategi Membangun Ekonomi Indonesia di Tengah Krisis Global

Muhammad Rizki Ramadhan
Muhammad Rizki Ramadhan
Saya merupakan mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan manajemen fakultas ekonomi dan bisnis angkatan 2024
- Advertisement -

Perekonomian global pada tahun 2025 menghadapi tantangan berat akibat ketegangan geopolitik, perlambatan perdagangan internasional, dan fluktuasi harga komoditas. Indonesia, sebagai negara berkembang dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, tidak luput dari dampak tersebut. Namun, dengan strategi yang tepat, Indonesia memiliki peluang untuk memperkuat fondasi ekonominya dan mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.

Tantangan Ekonomi Global dan Dampaknya terhadap Indonesia

Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 menjadi 2,8 persen, lebih rendah dibandingkan rata-rata historis sebesar 3,7 persen.  Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2025 tercatat sebesar 4,87 persen, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,11 persen.  Faktor-faktor seperti melemahnya permintaan global dan konsumsi domestik yang melambat turut berkontribusi terhadap perlambatan ini. Portal OJK+1kompas.id+1PAJAK.COM+1Badan Pusat Statistik Indonesia+1Strategi Pemerintah dalam Menghadapi Krisis

Pemerintah mendorong hilirisasi industri untuk meningkatkan nilai tambah produk ekspor. Contohnya, ekspor produk nikel pada 2023 mencapai USD33,52 miliar, meningkat 745 persen dibandingkan 2017.  Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) seperti Gresik dan Kendal juga berkontribusi dalam menarik investasi dan menciptakan lapangan kerja.

Bank Indonesia berupaya menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan stabilitas harga melalui kebijakan moneter yang responsif. Sementara itu, pemerintah meluncurkan berbagai stimulus ekonomi, termasuk bantuan sosial dan diskon tarif listrik, untuk mendorong konsumsi domestik.

Penguatan Investasi dan Kemitraan Internasional

Pemerintah meluncurkan Dana Abadi Indonesia (Danantara) senilai USD20 miliar untuk investasi di sektor strategis seperti pemrosesan logam dan energi terbarukan. Selain itu, Indonesia memperkuat kerja sama ekonomi dengan negara-negara mitra, termasuk Australia, untuk meningkatkan investasi dan perdagangan.

Pemerintah mendorong transformasi digital dan pengembangan ekonomi hijau sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing dan menciptakan lapangan kerja baru. Investasi di sektor digital dan energi terbarukan terus meningkat, meskipun infrastruktur dan regulasi masih perlu diperkuat.

Meskipun menghadapi tantangan global yang signifikan, Indonesia memiliki peluang untuk memperkuat ekonominya melalui diversifikasi industri, stabilitas makroekonomi, peningkatan investasi, dan transformasi digital. Dengan implementasi strategi yang tepat dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di tengah krisis global.

Ketidakpastian global yang dipicu oleh konflik geopolitik, krisis energi, perubahan iklim, hingga perlambatan ekonomi Tiongkok telah mengguncang stabilitas perekonomian dunia. Indonesia tidak luput dari tekanan tersebut. Namun, di tengah gelombang tantangan ini, hadir juga peluang untuk membangun ulang fondasi ekonomi yang lebih inklusif, resilien, dan berkelanjutan.

Realitas Ekonomi Indonesia 2025: Momentum atau Ancaman?

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia tumbuh 4,87 persen pada kuartal pertama 2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 5,11 persen. Penurunan ini mencerminkan tekanan dari pelemahan permintaan ekspor dan konsumsi rumah tangga yang stagnan.

Sementara itu, inflasi tahunan tercatat sebesar 3,2 persen, masih dalam rentang sasaran Bank Indonesia, tetapi tetap menjadi perhatian utama karena dipengaruhi oleh naiknya harga pangan dan energi. Di sisi lain, nilai tukar rupiah terus mengalami fluktuasi akibat ketidakpastian kebijakan suku bunga global.

- Advertisement -

Indonesia telah melangkah lebih jauh dalam hilirisasi, terutama di sektor pertambangan. Ekspor produk olahan nikel melonjak drastis, menjadi USD33,52 miliar pada 2023, naik lebih dari 700% dibandingkan 2017. Langkah ini tidak hanya menaikkan devisa, tetapi juga membuka lapangan kerja dan mendorong transfer teknologi.

Kini, pemerintah memperluas hilirisasi ke sektor lain, seperti bauksit, tembaga, dan bahkan hasil pertanian. Strategi ini tidak lepas dari dorongan untuk membangun ketahanan industri nasional yang mampu mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku.

UMKM menyumbang lebih dari 60% PDB dan menyerap 97% tenaga kerja di Indonesia. Digitalisasi menjadi kunci bagi pelaku usaha kecil untuk bertahan dan tumbuh. Program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) digital dan pelatihan berbasis platform mempercepat transformasi sektor ini.

Laporan Google-Temasek mencatat bahwa ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai USD82 miliar pada 2025. Ini menjadi peluang emas, terutama di sektor e-commerce, edutech, dan fintech yang tumbuh pesat pasca-pandemi.

Reformasi Fiskal dan Ketahanan Pangan-Energi

Pemerintah tetap menjaga disiplin fiskal dengan defisit APBN 2025 ditargetkan di bawah 3% PDB. Anggaran difokuskan pada belanja produktif, seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Insentif fiskal juga diberikan untuk proyek-proyek energi terbarukan dan pertanian berkelanjutan.

Untuk memperkuat ketahanan pangan, Indonesia meningkatkan produksi dalam negeri dan efisiensi distribusi. Kementerian Pertanian mencatat penurunan impor beras pada semester pertama 2025 sebesar 20% dibandingkan tahun lalu.

Pergeseran ke ekonomi hijau bukan lagi pilihan, melainkan keniscayaan. Indonesia menargetkan net zero emission pada 2060 atau lebih cepat. Dalam kerangka ini, pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan kebijakan subsidi kendaraan listrik menjadi langkah strategis.

Pemerintah juga mengembangkan bursa karbon nasional yang resmi diluncurkan pada akhir 2024. Transaksi karbon hingga awal 2025 telah melampaui Rp1 triliun, menunjukkan potensi besar sektor ini.

Kemitraan Global dan Diplomasi Ekonomi

Di tengah fragmentasi geopolitik, Indonesia memainkan peran penting sebagai jembatan antara negara maju dan berkembang. Kerja sama strategis dengan ASEAN, mitra Indo-Pasifik, serta negara G20, terus diperkuat melalui berbagai forum ekonomi.

Masuknya investor asing, termasuk dari Australia, Korea Selatan, dan UEA dalam proyek infrastruktur dan energi bersih menunjukkan kepercayaan terhadap prospek ekonomi Indonesia.

Indonesia tengah berada di persimpangan penting: antara jebakan stagnasi atau lompatan transformasi. Krisis global seharusnya menjadi momentum untuk mempercepat pembenahan struktural, bukan sekadar tambal-sulam kebijakan.

Muhammad Rizki Ramadhan
Muhammad Rizki Ramadhan
Saya merupakan mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan manajemen fakultas ekonomi dan bisnis angkatan 2024
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.