Globalisasi merupakan fenomena yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dimana ada ketergantungan dan keterkaitan antarnegara dan masyarakat di seluruh dunia dengan berbagai macam bentuk. Seperti aspek budaya, perdagangan dan interaksi lainnya.
Salah satu bentuk fenomena paling populer dewasa ini ialah bentuk interaksi budaya Korea Selatan yang cukup mempengaruhi gaya hidup masyarakat dunia. Fenomena ini dikenal dengan sebutan Korean Wave atau lebih seringnya lagi disebut dengan Hallyu. Fenomena ini merupakan sebuah proses perkembangan dan penggabungan dari berbagai budaya yang ada di Korea Selatan pada tahun 1997.
Korean Wave sendiri merupakan sebuah konsep penyebaran identitas yang dibungkus dalam bentuk kebijakan baik itu melalui industri hiburan, makanan maupun lifestyle. Awalnya, Hallyu dibagi beberapa fase, fase 1.0 menunjukkan bahwa film dan beberapa drama menjadi produk unggulan Korea Selatan.
Fase 2.0, terjadi perkembangan budaya K-Pop yang cukup pesat dari beberapa agensi yang ada. Fase 3.0 yang menonjolkan budaya Korea Selatan masuk kedalam kehidupan sehari-hari, seperti gaya hidup, produk komestik, atau makanan.
Ternyata Korean Wave ini menjadi konsep soft power digunakan untuk meredakan konflik yang terjadi antara Korea Selatan dengan China pada tahun 2017 akibat adanya perjanjian THAAD (Terminal High Altitude Area Defense). Namun, sekarang tak hanya digunakan untuk penyebaran budaya saja melainkan menjadikan budaya ini sebagai kepentingan nasional mereka.
Suksesnya fenomena ini menyebar keseluruh penjuru dunia dengan dibuktikan hampir semua lapisan masyarakat global menerima dengan baik. Salah satunya masyarakat ASEAN khususnya Indonesia yang menerima gelombang ini sejak 2011.
Dalam Korean Wave, aktor-aktor non negara yang berisikan anak-anak muda yang memiliki penampilan dan ekspresi yang khas. Sehingga budaya ini mudah diterima oleh kalangan muda yang menjadi sasaran penyebarannya. Karena anak-anak muda ini masih relatif mudah dipengaruhi mengenai identitas yang akan digunakan sebagai ciri khas atau penampilan yang akan mereka gunakan.
Soft Power & Soft Diplomacy sebagai Alternatif
Soft Power merupakan cara yang halus bagi negara untuk mencapai suatu kepentingan nasionalnya. Cara yang digunakan melalui pendekatan sosial dan budaya. Dengan kata lain, soft power merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain dengan menggunakan daya tarik, bukan menggunakan penekanan atau pemaksaan. Menurut Joseph Nye, diantaranya unsur-unsur soft power terdiri dari budaya, sistem nilai dan kebijakan.
Penggunaan soft power hanya dapat digunakan ketika pihak lain mengenali upaya tersebut dan punya harapan yang sama dalam pelaksanaannya untuk mencapai tujuan. Dalam kasus ini Korea sangat lihai memainkan peran sebagai penyedia ‘barang dagangan’.
Nah, ternyata apa yang dilakukan oleh Korea Selatan ialah menggunakan diplomasi publik. Diplomasi publik masuk ke dalam kategori diplomasi kotemporer. Diplomasi tentu saja diharapkan sebagai ekspresi dari kemampuan aktor untuk mencapai kepentingan nasionalnya melalui daya tarik budaya.
Perlu diketahui bersama diplomasi publik maknanya tidak sama dengan soft power, berbeda dengan hard power yang maknanya sama dengan militerisasi. Namun diplomasi publik ini dapat diartikan siapapun itu bisa menjadi aktor untuk bekerja sama dengan negara lain. Baik itu suatu kelompok pemerintahan, individu perwakilan ataupun non pemerintahan.
Korea Selatan menggunakan K-Pop, K-Drama, dan Korean Food sebagai instrumennya untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Biasanya Korea Selatan selalu menghadirkan pemain film ataupun personil gilband maupun boyband dalam pertemuan dengan negara lain. Dan hal terebut selalu berhasil untuk memikat daya tarik negara lain untuk bekerja sama dengan Korea Selatan.
Apalagi ketika sang idola ingin melakukan tur konser keliling negara. Dampak perekonomian yang luar biasa diperoleh Korea Selatan dengan cara yang simple. Hal itulah yang membuat aktor K-Pop dan K-Drama membawa misi penting untuk penyebaran budayanya.
Trend Budaya Hallyu di Indonesia
Jika melihat fenomena sekarang, anak-anak remaja di Indonesia banyak terpengaruh gaya hidupnya dengan budaya yang ada diluar. Cepatnya beredar akses informasi yang sampai melewati batas-batas negara melalui telekomunikasi yang cukup canggih di masa sekarang.
Berawal dari perkembangan K-Drama dan K-Pop yang menjamur di Indonesia semakin menumbuhkan dan menyatukan jaringan penggemar dari Korean Wave di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya remaja Indonesia mengikuti fashion dan gaya hidup disana. Banyak pula yang melakukan cover song, cover dance hingga menggunakan berbagai bahasa Korea yang bisa dipelajari melalui K-Drama.
Pengaruh yang sifatnya demikian-lah terjadi perubahan kebiasaan sehari-hari. Perubahan yang dimaksud ialah cara berpakaian, cara memoles diri dan lain sebagainya. Produk-produk kosmetik dari Korea Selatan pun banyak dicari seperti skin care dan make up. Selain itu juga, di Indonesia sudah mulai banyak yang membuka kelas hangul atau alfabet korea melalui media sosial.
Kesenangan seorang terhadap idola pun kerap kali memunculkan anggapan negatif maupun positif. Akan tetapi hal ini selalu dihubungkan dengan asumsi yang berkaitan erat dengan fanatisme. Hal ini dapat diartikan sebagai suatu keyakinan terhadap objek yang dikaitkan dengan rasa senang yang berlebihan dalam waktu yang lama.
Dampaknya ialah cara pandang yang dapat berubah ketika terjadi asimilasi budaya yang lebih terbuka. Seperti cara bersosial sekarang yang adu gengsi dalam hal produk kecantikan. Bahkan berdampak pada waktu yang dihabiskan untuk halu bahwa idolanya juga memikirkan hal yang sama dengan penggemar.
Jika dilihat lebih jauh lagi, sebenarnya pemerintah Korea Selatan tidak banyak melakukan apa-apa untuk pemenuhan ekonomi negaranya. Dari pengaruh Korean Wave pun budaya-budaya Korea Selatan langsung diketahui oleh global. Dan lagi-lagi, Korsel mampu memanfaatkan hal tersebut menjadi sebuah kekuatan baru di dunia melalui budayanya.
Hal ini terjadi, karena pemerintah Korea Selatan mampu mengelola kebijakan luar negerinya dengan baik dan tepat. Sehingga Korean Wave atau Hallyu ini dikenal oleh global. Tak hanya itu, aktor-aktor non negara ini pun menunjukkan bahwa pengaruh antarnegara bisa diciptakan melalui mereka.