Kamis, Maret 28, 2024

Stagnasi Arah Kebijakan Amerika Serikat Terhadap Iran

Muhamad Munir
Muhamad Munir
Pengembara Timur Tengah

Pada 21 Maret 2021, dalam pidato peringatan tahun baru Persia, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan bahwa tekanan maksimum AS yang dimulai pada periode Donald Trump telah gagal dan membawa aib bagi AS, bahkan jika pemerintah AS saat ini ingin melanjutkan akan tetap gagal serta hanya tercatat sebagai kejahatan besar.

Terkait kesepakatan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), Khamenei menegaskan kembali AS harus mencabut semua sanksi terlebih dahulu, setelah itu Iran akan membalikkan langkahnya untuk meningkatkan pengayaan uranium dan memasang aliran sentrifugal baru, di antara langkah-langkah lainnya.

Khamenei juga menuding AS telah menjebak Arab Saudi dalam rawa Perang Yaman yang dimulai sejak pemerintahan Obama. Ditegaskannya pula bahwa AS memberi izin kepada Arab Saudi dan membantu peralatan militer yang melimpah untuk memaksa rakyat Yaman agar menyerah dalam waktu 15 hari atau satu bulan setelah menjatuhkan banyak bom di Yaman. Namun mereka salah perhitungan yang hingga kini lebih dari 6 tahun perang terus berlangsung.

Orasi terkahir Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yang bernada menyudutkan AS diprediksi sebagai penegasan sikap Iran yang menolak AS bergabung kembali pada kesepakatan JCPOA sebelum AS mencabut sanksi maksimum yang merugikan ekonomi Iran.

Selain itu, Iran memandang Presiden baru AS, Joe Biden akan mengikuti kebijakan sebelumnya yang diambil oleh Donald Trump. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh bahwa beberapa langkah yang diambil oleh Biden lebih buruk daripada Trump dari mulai menunda-nunda untuk bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran, pemberian sanksi terhadap warga Iran, hingga memerintahkan serangan militer yang menargetkan milisi yang didukung Iran di Suriah.

Lebih dari sebulan sejak dilantiknya Joe Biden sebagai Presiden AS. Namun belum nampak perubahan terkait kebijakan terhadap Iran sebagai mana yang telah disampaikan pada masa kampanye Biden. Bahkan cenderung mengikuti kebijakan Trump yang terus menekan Iran dengan sanksi dan menyerang sejumlah kelompok milisi Iran yang berada di Suriah dan Irak. Di sisi lain, Iran juga mulai secara terang-terangan mengupas perang proksi yang dengannya AS menyulut Arab Saudi untuk melakukan agersi militer ke Yaman yang sekaligus juga memiliki kepentingan saling tarik-menarik dengan Iran untuk berebut dominasi pengaruh di Timur Tengah.

Hal ini menrupakan cara yang ditempuh oleh AS dan Iran yang sedang berperang dengan menggunakan pihak ketiga untuk memperjuangkan kepentingan mereka di medan parang.

Program nuklir Iran terus menjadi polemik internasional, serta Washington belum kembali dalam kesepakatan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) setelah presiden Donald Trump menarik diri pada 2018. AS juga telah memberlakukan kembali sanksi terhadap ekspor minyak Iran yang dicabut berdasarkan kesepakatan.

Dalam beberapa bulan terakhir, kesepakatan itu telah menjadi titik api utama perselesihan antara Iran dan Barat terkait JCPOA, termasuk Jerman, Prancis, dan Inggris, yang semuanya menyerukan Iran untuk berhenti melanggar komitmennya. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan Washington akan kembali ke JCPOA, dengan memberikan keringanan sanksi bagi Iran, jika Teheran berhenti merusak perjanjian dengan meningkatkan pengayaan uraniumnya yang mengarah dalam pengembangan senjata nuklir.

Sementara itu, menanggapi pernyataan Barat dan AS, Teheran menyatakan telah berulang kali siap untuk kembali ke kepatuhan penuh berdasarkan kesepakatan JCPOA jika AS mencabut sanksi terhadap Iran. Belum adanya kesepakatan kedua belah pihak yang saling menuntut dan memprovokasi menyebabkan semakin menjauhnya realisasi JCPOA.

Perang proksi antara AS dan Iran akan terus berlangsung di kawasan Timur Tengah, meskipun diprediksi Joe Biden tidak akan sepenuhnya mengikuti kebijakan pendahulunya terkait Iran dengan indikasi, baik AS maupun Iran masih tertarik untuk menghidupkan kembali akan kesepakatan nuklir, tetapi kedua belah pihak bergerak maju dengan hati-hati untuk mengambil lebih banyak keuntungan di masing-masing pihak.

Muhamad Munir
Muhamad Munir
Pengembara Timur Tengah
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.