Jumat, April 19, 2024

Sillicon Valley di Indonesia Tidak Sederhana Bung!

Muhamad Fadhol Tamimy
Muhamad Fadhol Tamimy
Penulis Buku Sharing Mu Peronal Branding Mu, ASN Lembaga Pemasyarakatan Tenggarong

Dahulu, mungkin kita sering menonton filem kecanggihan dari robot-robot hanya sebatas di layar kaca. Begitu canggihnya bahkan sampai tidak masuk di nalar kita bahwa hal tersebut bisa di wujudkan dalam bentuk nyata di kehidupan kita. Namun saat ini, semuanya telah berubah, bahkan hal canggih yang dahulu ada di layar kaca, sudah jamak kita temui di sekitar kita lewat adanya kecerdasan buatan atau AI.

Kecerdasan buatan menjadi teknologi terdepan yang selalu dikembangkan. Kecerdasan buatan atau Artificial Intelegence yang telah dikembangkan mampu memberikan kemudahan, sekaligus sebuah pengalaman baru dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Artificial intlegence sendiri pertama kali dipopulerka oleh dua orang programmer dari University of Manchester pada tahun 1951 yang bernama Christopher Strachey dan Dietrich Prinz. Mereka berhasil membuat sebuah permainan catur melawan pemrograman komputer. Merekalah yang pertama kali menuliskan AI pada komputer Ferranti Mark I.

Setelah itu di tahun 1959, ilmuan asal Amerika Marvin Minsky membuat laboratorium khusus AI di MIT (Masachusetts Institute of Technology). Ia pun mengkonsep AI dalam rentang tahun 1960 sampai dengan 1970. Bahkan berkat kepiawaiannya, ia menjadi seorang penasehat pribadi dari Stanley Kubirck dalam filemnya yang berjudul “ 2001 A Space Odyssey” yang dirilis pada tahun 1968.

AI sendiri memiliki fungsi utama, yaitu untuk mempelajari sebuah data yang diterima secara terus menerus atau berkesinambungan. Semakin banyaknya data yang diterima, maka akan dianalisis lewat algoritma. Semakin banyak data yang diterima, maka akan semakin baik sebuah AI untuk melakukan prediksi.

Prediksi inilah yang akhirnya menjadi sebuah jembatan dalam membuat suatu karya. AI banyak sekali digunakan di berbagai bidang, mulai dari sistem militer, gaya hidup, financial, pendidikan, psikologi, pemasaran, sampai dengan keagamaan juga mulai mengadaptasi konsep AI dalam setiap aktifitasnya. Begitu berpengaruhnya AI ini juga terlihat dari peningkatan produktivitas secara drastis di semua lini.

Dahulu untuk melakukan bisnis, kita membutuhkan riset yang berbiaya mahal. Baik itu melakukan lewat survey fisik, wawancara, pemantauan pesaing. Bahkan kegiatan tersebut bukan hanya tidak efisien secara waktu, namun juga memiliki resiko kesalahan dalam pengambilan keputusan akibat tidak akuratnya pengumpulan data yang dilakukan.

Dalam hal keamanan, peran AI sangat vital dalam melakukan deteksi dini aktifitas tidak wajar yang mengarah pada penipuan, dan kecurangan. Keamanan ini mulai dikembangkan pada berbagai aplikasi terkhusus di beberapa marketplace.

Di bidang pendidikan peran AI juga sangat penting. Beberapa metode belajar by applikasi memberikan suasana baru dalam hal belajar mengajar. Misalnya saja dalam melakukan prediksi siswa mana saja yang belum mengerti terhadap sebuah materi. Hal lain peran AI dalam bidang pendidikan adalah meningkatkan fokus siswa dalam pembelajaran, sampai dengan melakukan penilaian secara tepat dan cepat.

Peran AI Bagi Umat Manusia

Dalam penerapannya, AI pada akhirnya dapat menciptakan sebuah pekerjaan-pekerjaan baru bagi manusia, yang bahkan saat ini belumlah tersedia. Lantas apakah AI akan menggantikan peran dari umat manusia? Tentu saja tidak sesederhana itu.

Karena ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukan oleh AI seperti yangn dilakukan oleh umat manusia, seperti sentuhan emosional. Sentuhan emosional ini menjadi hal penting bagi umat manusia dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Dan juga AI tujuan utamanya adalah dirancang untuk melakukan pekerjaan yang sifatnya repetitif atau pengulangan.

Di lingkup kerja berbasis AI juga masih dibutuhkan skill yang hanya dapat dilakukan oleh manusia, baik itu di bidang teknis pemrograman dan juga soft skill seperti kemampuan dalam beradaptasi dan juga belajar serta rancangan teknologi.

Berdasarkan sebuah hasil studi yang dilakukan oleh Microsoft dan juga IDC Asia/ Pasifik mengenai adopsi AI di negara kawasan Asia Pasifik, dalam berjudul Future Ready Business: Assessing Asia Pacific’s Growth Potential Through AI, ada 3 keterampilan yang dibutuhkan di masa yang akan datang oleh para pimpinan bisnis. Ke tiga keterampilan tersebut diantaranya, keterampilan analitis, keterampilan mengambil inisiatif, dan juga keterampilan dalam berkewirausahaan.

Menciptakan Silicon Valley Indonesia Bukan Hal Sederhana

Sejalan dengan ambisi dari pemerintahan Joko Widodo untuk membangun pusat wilayah berbasis digital, ala silicon valley di San Fransisko tentu bukanlah hal yang sederhana. Sekalipun infrastruktur di kebut, namun jika habbit dari penerapan teknologi di birokrasi belum seutuhnya dilakukan maka pembangunan infrastruktur seperti pembangunan bukit Algoritma hanya akan menjadi proyek mangkrak.

Sulit jika E-KTP yang seharusnya menjadi server data diri berbasis digital dan terintegrasi pada semua sistem, namun jika mengurus persyaratan ini dan itu masih meminta fotocopy dan lembaran dokumen fisik lainnya. Ini pun saya rasakan pada saat dahulu hendak mengurus surat pernikahan, dimana saya harus ribet mengurus dokumen ini dan itu, foto copy ini dan itu.

Pun begitu pula dengan saat hendak mencari kerja, kita masih di pusingkan untuk mengurus skck, yang mengurusnya luar biasa ribet. Kita harus ke sana sini hanya untuk mengurus surat SKCK saja, belum lagi biaya yang dikeluarkan.

Padahal jika saja memang E-KTP adalah data terintegrasi, maka kita tidak perlu mengurus hal itu, cukup dengan melakukan gesek pada E-KTP maka data diri beserta riwayat apapun bisa terlihat. Maka dengan adanya integrasi seperti itu membuat waktu menjadi lebih efisien. Tentunya hal tersebut butuh koordinasi lagi antara pihak mendagri selaku orang yang memiliki data kependudukan dengan instansi terkait.

Tidak singkronnya data ini juga menyulitkan instansi penggerak roda pemerintahan itu sendiri. Selain daripada pelayanan, ajang WBK WBBM yang acapkali diselenggarakan tiap tahunnya untuk mencari mode pelayanan yang baik dan bebas korupsi dari setiap organisasi pemerintahan, justru terkesan kliese saja.

Organisasi atau instansi partisipan yang hendak medapatkan predikat Zona Integritas WBK (Wilayah bebas korupsi) dan WBBM (Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani) dari Kemenpan RB pada akhirnya hanya disibukan untuk melengkapi dokumen yang luar biasa banyaknya dibandingkan dengan marwah dari WBK WBBM itu sendiri yang harusnya dilakukan dan dirasakan langsung oleh masyarakat.

Sejatinya ini semua bisa dilakukan dengan integrasi pengelolaan big data yang baik untuk selanjutnya dikembangkan pada AI. Sehingga sistem yang ada tanpa harus mengumpulkan berkas-berkas usang, sudah dapat membaca dan memprediksi secara otomatis.

Tentunya dengan integrasi data yang baik, dukungan peraturan yang berpihak pada para ilmuan, maka bukan tidak mungkin pengembangan AI untuk tujuan memangkas ribetnya birokrasi dan administrasi akan terlaksana. Dan yang lebih penting lagi adalah mewujudkan cita-cita Indonesia adil dan makmur.

Muhamad Fadhol Tamimy
Muhamad Fadhol Tamimy
Penulis Buku Sharing Mu Peronal Branding Mu, ASN Lembaga Pemasyarakatan Tenggarong
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.