Senin, April 29, 2024

Seniman, Sudah Waktunya ‘Berdamai’ dengan AI

Kecerdasan buatan telah mengubah dunia seni. Kita telah mencapai masa depan dimana manusia merangkul teknologi sehingga mereka tidak tertinggal terlalu jauh dibelakangnya.

Bagi seorang illustrator, pemula atau profesional, hobi maupun profesi, kemunculan AI cukup membuat ‘gerah’ untuk beberapa waktu kebelakang. Disaat banyak art generator bermuculan sebagai media penghasil karya cepat dan murah.

Kepintaran AI dalam menciptakan seni tidak perlu diragukan lagi. Bermodalkan kombinasi kata, kita mendapatkan gambar impian dengan sangat praktis bahkan untuk orang awam sekalipun. Asal memahami penulisan prompt dengan tepat, seseorang dapat menghasilkan mahakarya secara instan. Kemampuan menggambar? Proporsi, komposisi, teknik mewarnai? Tidak perlu! Menciptakan seni belum pernah semudah ini.

Bak dua sisi uang logam, ditengah disrupsi besar ini AI membagi orang kedalam dua golongan. Sebagian besar awam menjadikannya hiburan semata untuk bersenang-senang, memamerkan karyanya di media sosial, bahkan membangun akun hingga ratusan ribu pengikut.

Dipihak lain, illustrator sungguhan tentu saja merasa dirugikan, seperti contoh: Adanya fakta bahwa peminat jasa mereka mengalami penurunan, olok-olokan dari sebagian warganet pro AI, lukisan AI yang menyabet juara pertama di kompetisi fine art, dan ditambah lagi kemunculan para ‘seniman’ AI yang mendapatkan sambutan baik serta mampu menghasilkan keuntungan.

Tidak cukup sampai situ, salah satu aplikasi AI diketahui mencuri karya dari para seniman. Magic Avatar milik LensaAI yang menjadi trend saat ini ternyata menggunakan seluruh gambar yang tersedia di web sebagai sampel programnya. Aset gambar tersebut tentu tidak memiliki izin dari si pencipta sehingga aplikasi ini disebut melakukan plagiat.

Wajar sekali jika ini menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar seniman. Ibarat bayi yang baru belajar merangkak, AI pada saat ini hanyalah permulaan saja. Di masa depan AI akan berkembang melesat jauh lebih canggih dan mendekati sempurna.

Meski begitu, terdapat hal yang perlu kita ketahui bahwa AI pun tak ada bedanya dengan aplikasi seperti Photoshop, Krita, Canva, dll. AI hanyalah alat bantu manipulasi gambar yang bekerja sesuai perintah penggunanya. Seandainya ada seseorang yang menyalahgunakan hasil karya AI, apakah kita merasa kesal kepada orang tersebut atau alatnya?

Bagaimanapun, ini bukanlah hal yang terelakkan. Perkembangan AI merupakan bukti nyata kemajuan teknologi seiring berjalannya waktu. Bukan sebagai ancaman, hasil pekerjaan manusia memang tidak akan tergantikan oleh robot, terutama seni yang sarat mengandung jiwa dan makna. Akan tetapi, kemunculan AI sendiri sudah cukup mengkhawatirkan sehingga menuntut seniman lebih memutar otak dalam berkreativitas.

Lalu bagaimana langkah bijak bagi para illustrator ditengah gempuran AI? Setidaknya ada dua faktor mendasar yang dibutuhkan seniman yaitu kolaborasi dan value.

Lakukan Kolaborasi

Jangan mencoba bersaing dengan AI! Sampai kapanpun manusia tidak akan pernah menyamakan kemampuan kecerdasan buatan, AI bergerak jauh lebih cepat. Sebagai mesin pada umumnya, tujuan utama diciptakannya AI adalah membantu pekerjaaan manusia.

Maka dari itu, seniman harus mampu memanfaatkan AI sebaik mungkin dalam pekerjaannya. Apabila AI sudah dikuasai, proses pengerjaan karya akan lebih efektif dan efisien. Berbagai keuntungan dapat diperoleh seperti ide baru, referensi, inspirasi, dan hemat waktu.

Kolaborasi antar manusia-mesin tentu diharapkan menghasilkan seni yang menakjubkan. Menurut Hasinah dalam artikelnya menyebutkan bahwa kecerdasan buatan (AI) saat ini bergantung pada manusianya dimana keseluruhan programmnya ada di pemikiran manusia. Perpaduan kekuatan ini menjadi motivasi seniman mengeksplor dan mengembangkan kemampuannya lebih dalam lagi.

Tingkatkan Value Seni

Salah satu pembeda manusia dari mesin adalah adanya faktor perasaan. Leo Tolstoy, seorang sastrawan Rusia menyatakan bahwa “Seni merupakan ungkapan perasaan pencipta yang disampaikan sedemikian rupa kepada orang lain agar mereka mengalami perasaan yang sama.

”Tiap goresan menyalurkan ekspresi dan imajinasi sang ilustrator yang kemudian membentuk ciri khasnya sendiri. Suatu karya akan bernilai tinggi jika pesan tersebut tereksekusi dengan baik. Jadi, tidak melulu soal  gambar yang paling indah.

Seperti teknologi baru pada umumnya, Kehadiran AI membawa kabar baik dan buruk nya sendiri. Walaupun pada akhirnya semua bergantung pada keputusan manusia yang mengendalikan teknologi. Dibandingkan merasa kalah, tersaingi, atau menjadi korban, penggiat seni rupa sudah waktunya berdamai dengan AI. Mulai melengkapi diri mereka dengan ‘senjata’ unik ini serta menjelajahi dunia baru dibaliknya.

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.