Rabu, April 24, 2024

Sekolah Masyarakat untuk Indonesia

Kunto Nurcahyoko
Kunto Nurcahyoko
Pemerhati Pendidikan dan Pengajar Bahasa Inggris di STKIP Pamane Talino Kalimantan Barat. Aktif sebagai pendiri komunitas #SmallInitiatives yang bergerak dalam literasi anak dan pendidikan di daerah terdepan terluar dan tertinggal (3T)

Beredarnya video penganiayaan guru yang dilakukan oleh oknum siswa serta banyaknya kriminalisasi yang diberikan kepada guru menimbulkan keprihatinan sendiri. Kisah tragis meninggalnya guru honorer bernama Ahmad Budi Cahyono bulan Februari yang lalu karena tindakan kekerasan siswa menambah deretan kasus negatif pendidikan Indonesia.

Melihat fenomena tersebut, banyak pihak menyalahkan gagalnya sistem sekolah kita dalam menciptakan pendidikan anak yang bermutu. Namun, disadari atau tidak, saat kita menunjuk orang lain, 1 jari tertuju ke arahnya, 4 jari balik tertuju ke arah kita sendiri.

Faktanya, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama. Saat sebuah bangsa berpendidikan, maka dampaknya akan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Karenanya, memajukan pendidikan merupakan tugas dari seluruh lapisan masyarakat. Dan anggapan bahwa pendidikan anak hanyalah tanggung jawab guru dan sekolah harus segera dihilangkan. Miskonsepsi seperti ini tidak hanya berdampak pada ketidakmaksimalan kualitas pendidikan anak, tetapi juga rendahnya partisipasi masyarakat dalam pendidikan.

Sekolah dan guru tentu memiliki tanggung jawab dalam memberikan materi yang tertuang dalam kurikulum pendidikan nasional. Namun, peran orang tua dan masyarakat tidak kalah besar. Dua pertiga waktu yang dihabiskan anak justru ada di luar sekolah. Sehingga apa yang mereka lihat, lakukan dan rasakan di luar sekolah sangat menentukan arah kualitas pendidikan anak.

Pendidikan anak tidak hanya ditentukan oleh sekolah dan guru, tetapi juga keluarga dan masyarakat. Bayangkan, saat anak mendapatkan pelajaran bahwa berjudi itu tidak baik, tetapi di orang-orang di sekitar mereka berjudi. Atau saat siswa diajarkan untuk menjadi individu yang jujur, tapi berita korupsi sangat sering mereka dengar. Maka yang terjadi adalah ketidaksingkronan antara sekolah dan realita di masyarakat.

Berkenaan dengan hal tersebut, masyarakat dan keluarga harus mulai menyadari bahwa mereka sangat berperan dalam pendidikan siswa. Tentu saja hal ini tidak cukup hanya sekedar mengikutkan siswa dalam bimbingan belajar atau mempekerjakan guru private di rumah. Lebih dari itu, masyarakat harus benar-benar terlibat secara aktif dalam proses pendidikan anak, baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan proses pendidikan.

Terdapat setidaknya tiga hal yang harus dilakukan masyarakat dan keluarga dalam menjalankan peran tersebut. Pertama, diperlukan pengoptimalan peran keluarga dalam membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses belajar. Setiap orang tua berkewajiban untuk memantau dan terlibat aktif dalam proses pendidikan anak mereka.

Sekali lagi, tidaklah cukup bagi orang tua untuk sekedar membiayai sekolah siswa dan menanyakan nilai yang didapat di sekolah. Orang tua dan keluarga harus lebih aktif dalam menanyakan perkembangan kemampuan anak dan materi yang mereka pelajari di sekolah. Keluarga juga harus menjadi penjembatan antara sekolah dan siswa saat di luar dinding kelas. Komunikasi positif ini akan memberikan kepercayaan bagi anak dalam berbagi beban akademik sekolah mereka.

Kedua, penyediaan ruang dan media positif bagi siswa dalam belajar di luar ruang sekolah seperti taman bermain dan belajar. Untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas, diperlukan sarana dan wadah yang berkualitas pula.

Saat berada di luar sekolah, siswa juga harus memiliki hal yang mendukung terwujudnya pembelajaran yang aktif dan positif. Perpustakaan komunitas, taman bermain dan juga program kesukarelawan harusnya dibangun sebagai kesadaran masyarakat akan peran mereka dalam memajukan pendidikan dengan melibatkan generasi muda.

Selain itu, masyarakat bisa membuat Mading (Majalah Dinding) Desa atau Rukun Warga (RW) yang bisa digunakan sebagai ajang menampilkan karya anak dan informasi yang relevan. Hal ini akan memberikan rasa terapresiasi bagi anak di lingkungan tersebut. Dalam program-program tersebut, siswa diajak secara positif untuk belajar dan berkontribusi sosial. Perpustakaan komunitas ini hendaknya menjadi ajang dimana anak-anak bisa bertukar pendapat dan belajar secara positif.

Ketiga, mengaktifkan peran masyarakat dalam komite sekolah. Komite sekolah selama ini telah terbentuk. Namun sayangnya, peran komite hanya identik dengan sumbangan finansial saja. Secara umum, masih sangat jarang komite terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan proses pembelajaran.

Meskipun terdapat lembaga yang bertanggung jwab dalam proses tersebut seperti dinas pendidikan dan kebudayaan serta pengawas sekolah, masyarakat hendaknya tidak lepas tangan begitu saja. Rapat komite harus dilaksanakan secara berkala untuk memberikan sumbangan ide mengenai program-program baik akademik amupun non-akademik di sekolah. Selain itu, mereka juga bisa membantu untuk mengetahui mengenai kendala-kendala yang dihadapi skeolah sehingga alternatif pemecahan masalah dapat dicari.

Apalagi dalam era digital seperti sekarang, siswa memiliki akses yang sangat tidak terbatas dalam mendapatkan informasi. Sekolah harusnya bukan lagi menjadi wadah eksklusif bagi seseorang untuk mendapatkan ilmu. Mereka bisa saja mendapatkan informasi dari internet, media dan masyarakat. Oleh karena itu, sekolah tidak mungkin berjuang sendiri dalam membangun kompetensi anak.

Dengan melaksanakan langkah-langkah tersebut, maka peran masyarakat dalam proses pendidikan semakin maksimal. Masyarakat, terutama keluarga, tidak boleh melimpahkan tanggung jawab pendidikan anak hanya kepada guru dan sekolah.

Sebaliknya, justru masyarakat dan keluarga harus berperan lebih aktif dalam membantu sekolah untuk menciptakan generasi yang tidak hanya pandai secara akademik, namun berbudi pekerti luhur. Sehingga tidak ada lagi kasus saling menyalahkan satu sama lain dalam pendidikan anak karena adanya sekolah masyarakat.

Kunto Nurcahyoko
Kunto Nurcahyoko
Pemerhati Pendidikan dan Pengajar Bahasa Inggris di STKIP Pamane Talino Kalimantan Barat. Aktif sebagai pendiri komunitas #SmallInitiatives yang bergerak dalam literasi anak dan pendidikan di daerah terdepan terluar dan tertinggal (3T)
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.