Jumat, Mei 3, 2024

Sejarah Perkembangan Hadis Era Pasca Tabi’ Tabi’in

Bari Javier
Bari Javier
Mahasiswa IAT'22 UINSA Surabaya

Hadis merupakan salah satu pedoman umat Islam dalam menjalankan Islam selain al-Qur’an. Menjaga kemurnian hadis agar tetap menjadi sumber ajaran Islam menjadi tanggungjawab umat Islam. Salah satu persoalan yang menjadi perdebatan yaitu masalah kodifikasi hadis. Masalah ini, selalu menjadi perdebatan di kalangan para sarjana keislaman.

Pada era pasca kodifikasi, hadis tetap menjadi sumber utama dalam memahami ajaran Islam. Meskipun hadis telah di kodifikasi, umat Islam tetap memandang hadis sebagai salah satu sumber hukum Islam yang penting. Hadis juga memberikan wawasan tentang perilaku Rasulullah, sebagai contoh teladan bagi umat Muslim.

Hadis di era pasca kodifikasi juga mengalami perkembangan dalam metodologi hadis. Metode ilmiah dan kritis digunakan untuk menilai sanad dan matan hadis. Beberapa ulama Islam mengembangkan metode untuk menilai kualitas hadis, ini termasuk sebagai penilaian pada integritas perawi, konsistensi dengan al-Qur’an, dan sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam

Perkembangan Hadis Era Pasca Tabi’ Tabi’in

Perkembangan hadis era pasca tabi’ tabi’in dimulai pada abad 4 Hijriyah. Pada masa ini, perkembangan hadis mencapai tahap penghimpunan dan penertiban (al-Jami’ wa al tartib). Dalam sumber lain disebutkan, masa ini disebut juga masa pemeliharaan, penertiban penambahan dan penghimpunan (ashr, at- tahdzib wa al-tartib, wa al-istidrak, wa al-jam’u).

Perkembangan hadis masa tabi’ tabi’in dan pasca tabi’ tabi’in cenderung memiliki kesamaan, yaitu masing-masing diantaranya mengembangkan pengkodifikasian hadis. Perbedaannya terletak pada cara mereka dalam meriwayatkan dan mengkodifikasi hadis.

Ulama mutaqaddimin menghimpun hadis nabi dengan cara mendengar langsung dari guru-gurunya, kemudian mengadakan penelitian sendiri baik Matan dan sanadnya. Oleh karena itu, mereka tidak segan menempuh perjalanan jauh untuk memastikan kebenaran hadis yang mereka dengar dari orang lain.

Sedangkan cara periwayatan dan pembukuan hadis nabi dengan dengan merujuk dan mengutip dari kitab-kitab ulama mutaqaddimin. Sehingga tidak ada perubahan signifikan yang terjadi pada abad ini dan setelahnya. Namun ciri perkembangan hadis pada masa ini dapat dilihat melalui segi teknik pembukuannya yang lebih sistematik dari masa-masa sebelumnya.

Karakteristik Kitab yang Muncul Pada Masa Era Pasca Tabi’ Tabi’in:

  1. Kitab Mu’jam

Kitab Mu’jam menggunakan metode penghimpunan hadis berdasarkan nama sahabat secara abjad. Dapat juga diartikan penghimpunan hadis didasarkan nama masyayikhnya atau negeri tempat tinggal atau kabilah secara abjad seperti mu’jam al awsath oleh penulis yang sama.

Kitab Mu’jam yang terkenal ditulis oleh Sulaiman bin Ahmad at-Thabrani wafat 360 H yang terbagi pada tiga Mu’jam, yaitu al-Mu’jam al-Kabir, al-Mu’jam al-Awsath, dan al-Mu’jam al-ashghar. Hukum Mu’jam ini kurang lebih memuat 525.000 hadis.

2. Kitab Shahih

Kitab Shahih menggunakan metode pembukuan hadis menurut Shahih Hain saja yaitu Bukhari dan Muslim, hanya mengumpulkan hadis shahih saja. Kitab Shahih yang muncul pada abad ini adalah Shahih Ibnu Hibban Al-Bas’ti (w. 354 H), Shahih Ibnu Khuzaymah (w. 311 H), Shahih Ibnu Al-Sakan (w. 353 H), dan al-Mustadrak ‘ala al-Shahihayn yang ditulis Abi Abdullah al-Hakim an-Naisaburi (w. 405 H).

3Kitab al-Athraf

Kitab al-Athraf menggunakan metode dengan menyebut sebagian dari matan hadis, kemudian menjelaskan seluruh sanad dari matan yang bersangkutan. Kitab al-Athraf menggunakan metode dengan menyebutkan permulaan hadisnya saja. Misalnya Athraf Al-Kutub As-Sittah (Athraf Kitab Enam, yaitu Shahihayn dan kitab-kitab Sunan selain Ibnu Majah) ditulis oleh al-Maqdish dikenal Ibnu al-Qisrani (w. 507 H).

4. Kitab Takhrij

Kitab Tahrij menggunakan metode dengan menjelaskan sumber-sumber asli hadis yang terdapat dalam kitab tertentu, sekaligus menjelaskan kualitasnya. Seperti seorang muhaddits mengeluarkan beberapa hadis yang ada dalam buku hadis atau pada buku lain dengan menggunakan sanad sendiri atau ditelusuri sanad dan kualitasnya. Misalnya Irwa’ al-Ghalil fi Takhrij Ahadits Mannar As-Sabil, oleh Nashiruddin Al-Albani.

5. Kitab Zawa’id

Kitab Zawaid menggunakan metode dengan memuat hadis-hadis yang diriwayatkan oleh ulama tertentu namun tidak dimuat dalam kitab hadis yang disusun oleh ulama lainnya. Penggabungan beberapa kitab tertentu seperti Musnad dan Mu’jam ke beberapa buku induk hadis.

Misalnya Majma’ Az-Zawa’id wa Manba’ Al-Fawa’id ditulis oleh Al-Haitami (w. 807 H). Dalam buku ini di samping berisikan Kutub as-Sittah ada tambahan Musnad Ahmad, Al-Bazzar, Abi Ya’la, dan Mu’jam Ath-Thabrani. Dan juga kitabnya Zawa’id Ibnu Majah dan Zawa’id As-Sunan al-Kubra disusun oleh al-Bashri (w. 840 H).

6. Kitab Jawami’ atau Jami’

Kitab Jawami’ atau Jami’ menggunakan metode dengan menghimpun hadis-hadis Nabi secara mutlak, seperti Al-Jami’ Al-Kabir yang dikenal dengan sebutan Jami’ al-Jawami’ dan al-Jami’ ash-Shaghir tulisan as-Suyuthi (w. 911 H).

7. Kitab Syarah

Kitab Syarah menggunakan metode dengan menjelaskan hadis baik yang berkaitan dengan sanad atau matan, terutama makna Matan Hadis atau yang terjadi kontradiksi dengan ayat atau dengan hadis lain. Kitab yang muncul pada abad ini, yaitu Syarh Ma’ani al-Atsar dan Syarah Musykil al-Atsar ditulis ath-Thahawi (w. 321 H).

8. Kitab Mustakhraj

Kitab Mustakhraj menggunakan metode dengan memuat matan hadits yang sama dengan Shahih Bukhari namun menggunakan jalur sanad yang berbeda. Kitab yang muncul pada abad ini, yaitu Mustakhraj Abi Bakr al-Ismaili ‘ala Shahih Al-Bukhari (w. 371 H).

Gabungan Dua Kitab, Shahih al-Jam’u bayn Ash-Shahihayn yang ditulis oleh Isma’il bin Ahmad yang dikenal dengan Ibnu al-Furat (w. 401 H) dan al-Jam’u bayn Ash-Shahihayn yang ditulis al-Husin bin Mas’ud al-Baghawi (w. 516 H).

Gabungan Lima Kitab, at-Tajrid li Ash-Shahah wa as-Sunan yaitu gabungan Shahihayn, Muwaththa’, dan kitab-kitab Sunan selain Ibnu Majah yang ditulis oleh Abu Al-Hasan Razin bin Mu’awiyah as-Sirqisthi (w. 535 H) dan Gabungan Enam Kitab, Jami’ al-Ushul li Ahadits ar-Rasul yang ditulis oleh Ibnu al-Atsir al-Jazari (w. 606 H).

Bari Javier
Bari Javier
Mahasiswa IAT'22 UINSA Surabaya
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.