Day-75. Tinggal menghitung hari lagi masyarakat ber KTP Indonesia akan merayakan pesta demokrasi sebagai perwujudan Pancasila yang dianutnya. Semua stakeholder disibukkan dengan partisipasi masing-masing, mulai dari rakyat Indonesia khususnya perantau, Panitia Pemunugut Suara (PPS), Komisi Pemilihan Umum (KPU), Tim Pemenang masing-masing calon dan sampai pada kedua pasangan calon yang mendeklarasikan diri untuk mengabdikan diri bagi Indonesia lima tahun kedepannya.
Sederet proses dan regulasipun sudah dilewati dengan sedikit banyak hambtan, namun kekuatan niat mengabdi tentu menjadikan kedua pasangan calon tetap tegar dan semakin mantab untuk mengabdi
Setelah menuntaskan pembicaraan mengenai supremasi hukum dan juga Hak Asasi Manusia (HAM) pada bab 1 debat pangan calon, kedua capres selanjutnya akan ditunggu dengan isu-isu panas seputar energi, pangan, sumber daya alam, lingkungan dan infrastruktur. Bab yang mungkin menjadi menarik ketika diperdebatkan mengingat berbagai polemik yang sering terjadi menyangkut hal-hal tersebut. Panelis yang disiapkan oleh panitia penyelenggarapun tidak kalah fenomenal.
Dengan sederet pengalaman yang menggunung seputar dunia energi dan lingkungan, tentu akan sulit bagi kedua calon presiden untuk membuai di depan Prof. Ir. Joni Hermana, M.sc.Es., Ph.D , rector Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Prof Joni merupakan salah satu dari delapan panelis yang expert di bidang masing-masing yang siap mengawal debat calon presiden kedua ini. Diantara panelis lain ialah beberapa rektor perguruan tinggi ternama Indonesia dan juga pakar-pakar energy serta lingkungan tentunya.
Namun, yang mungkin lebih harus diperhatikan baik untuk calon presiden ataupun rakyat Indonesia adalah mengenai fakta-fakta menarik yang terjadi seputar bab yang akan dibicarakan, sehingga rakyatpun bisa menilai nilai dari apa yang dibicarakan oleh masing-masing calon presiden apakah sudah sesuai dengan fakta yang ada ataukah hanya sekadar buaian semata.
Berbicara mengenai energi dan sumber daya alam, Indonesia yang pernah didaulat sebagai produsen gas alam cair (LNG) terbesar di dunia, peringkat satu pengekekspor komoditas cengkeh dan pala serta menduduki peringkat dua produsen timah terbesar di dunia adalah negara yang benar-benar kaya akan energi sumber daya alam.
Dengan lautan seluas 5,8 kilometer persegi dan panjang garis pantai yang melebihi 81 ribu kilometer, 7 persen (6,4 juta ton per tahun) potensi ikan laut dunia ada disini. Terbukti memiliki cadangan minyak bumi sebesar 3,3 miliar barel, cadangan potensial minyak bumi sebesar 3,9 miliar barel dan unrecoverable oil sebesar 55 miliar barel dimana 4,6 miliar barel di antaranya merupakan potensi yang dapat diambil dengan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR), juga potensi sumber daya migas sekitar 84,4 miliar barel oil ekuivalen, idealnya Indonesia bisa membeli beberapa pulau besar lagi jika mau.
Memang benar, ketika masa kepemimpinan presiden sebelumnya, Indonesia lebih banyak mengisap jempol kerana banyak sector energi yang bersertifikasi Indonesia tetapi digarap besar-besaran oleh perusahaan asing, sebut saja PT Freeport, Exxon Mobile dan juga PT Chevron Pacific Indonesia.
Namun setelah hampir satu dekade terakhir, barulah Indonesia mampu secara militan keluar dari zona berpangku tangan dan merangsak menginisiasi pengolahan energi dengan alat perusahaan-perusahaan energi dibawah naungan BUMN.
Salah satu aksi nyata yang cukup fenomenal pada Januari lalu ialah dimulainya transisi pengolahan Blok Rokan dari tangan PT Chevron Pacific menjadi milik tangan PT Pertamina selaku operator nomor satu perminyakan dan gas di Indonesia.
Dengan hal itu, maka Indonesia berhak atas lebih kurang 2,5 juta barel per bulannya dari pengambilan perdana januari lalu. Dengan demikian, angka impor minyak mentah Indonesia mampu ditekan dengan baik.Terbaru lagi, salah satu perusahaan patungan PT Pertamina juga menemukan sumber cadangan minyak baru di Kepulauan Riau.
Badan Operasi Bersama PT Bumi Siak Pusako-Pertamina Hulu (BOB) berhasil menemukan cadangan minyak yang berasal dari sumur Benewangi di Desa Dayun Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak.
Ketika naiknya harga penerbangan domestik, PT Pertamina yang juga penyuplai bahan bakar avtur untuk pesawat sejatinya juga tidak tinggal diam, beberapa pengajuan harga diajukan oleh marketing, dan lebih luar biasanya pula, bukan hanya mengandalkan strategi marketing dalam membenahi hal tersebut, tetapi bersamaan dengan itu, PT Pertamina resmi merilis avtur ramah lingkungan dari minyak sawit januari lalu juga.
Begitulah hal-hal yang mungkin sering dilewatkan oleh kebanyakan orang. Tidak bisa dipungkiri, padatnya jumlah penduduk di Indonesia dan juga keharusan untuk melakukan mobilisasi ialah faktor genting yang meningkatkan urgenitas bahan bakar.
Bukan hanya manusia yang harus mengikuti mobilisasi, akan tetapi pasokan sandang, pangan dan papan pun pula harus masuk dalam sistem mobilisasi agar memudahkan kebutuhan masyarakat, hingga muara akhir dari bahan bakar atau energi ini adalah komersial yang cukup besar.
Sekali lagi, pembicaraan bab energi ini selalu menjadi hal yang menarik ketika masa kampanye sedang berlangsung. Ada yang secara jelas berkata seolah-olah dia awam akan energi (membuai) adapula yang mencoba membawa isu-isu energi yang tidak benar untuk kepentingan politik kampanye. Mengingat dari pentingnya memilih pemimpin yang benar-benar bijak, masyarakat terlebih dahulu harus cerdas energi. Semoga bermanfaat
Daftar Pustaka
Liputan6.com
Indrasardjana, Pria. 2014. Bencana Indonesia Krisis Minyak 2020