Satu Umpan(dapat) Beribu Ikan, Menyongsong Saudi Modern
Satu umpan (dapat) beribu ikan, mungkin hanya istilah ini yang dapat mewakili apa yang sedang terjadi di Saudi saat ini. Sebab jika hanya menggunakan istilah sekali dayung dua, tiga pulau hanya terkesan indah didengar tapi masih belum dapat mewakili, karena hasil dayungan yang dicapai masih terbatas. Menindak-lanjuti tulisan Ibnu Burdah “Jebolnya Bendungan Wahabisme” (Geotimes 16 Oktober 2017), bahwasanya Saudi saat ini mulai ngumumi (membuka diri) terhadap dunia luar demi tercapai kepentingan nasionalnya. Terlebih desakan perekonomian Saudi yang kian merosot dari hari ke hari. Ibarat orang yang terjangkit kanker sedangkan ia tidak mau operasi, maka dipastikan ia hanya tinggal menunggu ajal datang. Tetapi lain perkara dengan Raja Salman bin Abdul Aziz, dia sudah mencium gejala kanker melanda negerinya, maka dengan bersegera ia lakukan operasi penyembuhan total.
Segera setelah Saudi memutuskan untuk tidak bergantung lagi dengan minyak. Langkah awal operasi penyembuhan total adalah tour Asia – termasuk didalamnya Indonesia – yang dilakukan Raja Salman dan anggota kerajaan Saudi Maret 2017 silam yang bertujuan menjalin kerjasama ekonomi jangka panjang. Kemudian disusul pada 26 September silam, mengenai keputusan Raja Salman tenatang pemberian hak mengemudi sendiri bagi perempuan Saudi. Sang raja dalam putusannya ini telah membidik target-target politis – ekonomis yang akan dihasilkannya. Satu umpan ini diharapkan dapat meraup untung sebesar-besarnya.
Melalui putusan sang raja ini, target yang sudah dapat dipastikan tercapai; Pertama, berkembangnya perusahaan otomotif, terutama meningkatnya permintaan mobil karena semakin bertambahnya konsumen baru. Kedua, berkembangnya perusahaan pariwisata, dengan terbukanya satu saluran air yang tersumbat akan berefek terbukanya pula saluran air yang lain. Perusahaan pariwisata Saudi dipastikan akan banyak menggunakan jasa guide perempuan guna memberikan service yang memuaskan bagi wisatawan. Karena kini Saudi sudah saatnya sadar akan potensi pariwisatanya. Ketiga, saving kekuasaan. Dengan adanya putusan baru ini, Saudi ingin mendongkrak popularitas kerajaan. Karena selama ini kerajaan dikenal memiliki sifat yang stagnan dan terkesan menutup diri. Sang raja sangat paham mengenai keadaan ini, maka dengan bersegera ia ingin menampilkan Saudi yang dinamis demi mendulang dukungan rakyat. Keempat, menyambut ekonomi mandiri Saudi 2020 tanpa minyak. Ini adalah target ekonomi jangka panjang Saudi. Melalui putusan Sang raja diharapkan menjadi jembatan yang menghubungkan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Kesemua target diatas bukan tidak mungkin akan terealiasi dengan hasil yang lebih. Mengingat Saudi sangat serius dalam upaya mewujudkan Saudi Vision 2030 atau dikenal dengan Saudi Modern. Pemberian hak mengemudi sendiri bagi perempuan Saudi merupakan satu umpan yang meyakinkan. Sebab keputusan ini sarat akan makna politis. Modernisme akan menjadi ikon baru Saudi meski selama ini Saudi dikenal sebagai negara Islam. Raja Salman semakin percaya diri dan kekuasaannya semakin kokoh berkat dukungan para perempuan yang merasa terbebas dari kekangan yang selama ini membelenggunya. Para aktivis perempuan Saudi yang selama ini menuntut kebebasannya secara otomatis akan berubah menjadi loyalis politik pendukung Sang Raja.
Bahkan di masa mendatang, aktivis perempuan Saudi akan menjadi satu kekuatan politik kuat yang mendukung eksistensi kerajaan bani Saud di tengah dialektika antar kubu liberal dan konservatif. Raja Salman memang seorang politisi cerdas, dia dapat menentukan langkah-langkah politik yang brilian agar semua masalah negara yang dihadapinya berakhir baik (khusnul khotimah).
Tetapi lagi-lagi yang menjadi perhatian kita, agama – dalam hal ini fatwa hukum – kembali menjadi tumbal demi kepentingan pribadi. Atau dalam istilah lain, umpan yang dipakai untuk memancing ikan adalah umpan yang harganya tidak berbanding, meski hasil tangkapannya beribu-ribu ikan. Agama kembali dipolitisasi oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan. Bahkan Ulama’ Saudi dalam Hai’ah Kibar Ulama’ (Dewan Tinggi Ulama’) pun tak dapat berkutik. Tetaoi inilah yang sekarang benar-benar nyata terjadi di Saudi.
Political Fishing Lures dan Prayer of Scholars (Ulama’)
Saking banyaknya agenda dan kepentingan politik yang dimiliki Saudi, maka mau tidak mau Saudi harus menggunakan strategi paling mutakhir untuk mencapainya. Politik umpan pancing (Political Fishing Lures) telah dilakukan Raja Salman agar kepentingan politiknya tercapai dengan sempurna. Sang Raja dengan penuh percaya diri memancing dengan menggunakan satu umpan dalam bentuk keputusan raja tentang pemberian hak mengemudi sendiri bagi perempuan Saudi dan berharap mendapatkan hasil tangkapan yang tidak hanya satu, melainkan sebanyak-banyaknya seperti yang sudah dipaparkan diatas.
Terlebih lagi adanya dukungan dan doa restu para ulama’ Saudi dalam mensukseskan fatwa hukum yang bermuatan politis ini, sedikit banyak akan menguatkan langkah politik yang diambil oleh Raja Salman. Kini kita hanya tinggal menunggu waktu, hadiah kejutan apalagi yang akan disajikan Raja Salman pada rakyat Saudi dan masyarakat dunia pada umumnya setelah umpan politiknya sukses menghasilkan satu tangkapan ikan, otomatis ikan-ikan yang beribu jumlahnya pun akan ikut terpancing. Strategi yang sangat sempurna dan brilian bukan?. Tetapi yang paling penting dari itu semua adalah penantian khalayak ramai adalah terwujudnya Saudi modern melalui satu umpan pancing Sang Raja.