Rabu, April 24, 2024

Sastra Kontemporer di Indonesia

Siva Risthavania
Siva Risthavania
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Karya sastra Indonesia dalam berbagai genre, bahasa dan untuk khalayak pembaca yang berbeda-beda itu ditulis dalam gaya yang beragam, baik realis maupun romantis, absurd dan surealis, taat konvensi dan mengutamakan eksperimentasi bentuk dan gaya karena karya sastra Indonesia kaya akan warna lokal, ditulis dengan berbagai genre sastra inilah yang menimbulkan kekayaan pandangan dari setiap angkatan, sehingga keberagaman dan karakter angkatan muncul dari keadaan latar belakang sosial politik dan budaya pengarang yang memiliki kekhasan sendiri.

Berbeda dengan karya sastra lama yang berkembang di Indonesia, karya sastra modern atau yang biasa dikenal dengan karya sastra kontemporer, yaitu sastra masa kini yang telah meninggalkan ciri-ciri khas pada masa sebelumnya dan tidak lagi berorientasi pada tata aturan konvensional. Pengarang atau penyair jauh lebih bebas berimajinasi dan menuangkan gagasannya dalam sebuah karya karena setiap sastrawan memiliki keunikan, kekhasan dan kelebihan dalam gaya bahasanya.

Sastra kontemporer adalah sebuah karya seni bermedium bahasa yang diciptakan oleh seorang sastrawan yang mengandung di dalamnya nilai-nilai keindahan dan memuat nilai-nilai dan pandangan-pandangan yang terkait dengan waktu kekinian. Maka, karya sastra kontemporer adalah karya sastra yang hadir sebagai refleksi waktu kekinian.

karya sastra kontemporer mengandung nilai-nilai kekinian. Oleh karena itu tidak semua karya sastra dapat di kategorikan sebagai sebuah karya sastra kontemporer hanya karya sastra yang memiliki nilai kekinian saja yang bisa disebut karya sastra kontemporer.

sebuah karya sastra yang bentuknya memiliki nilai perlawanan atau penolakan terhadap bentuk karya sastra yang muncul sebelumnya. Karya kontemporer biasanya muncul dengan bentuk karya sastra baru, hal ini merupakan semangat atas keinginan untuk melakukan refleksi terhadap masa kini karena setiap zaman memiliki semangat, permasalahan, kecenderungan masing-masing. Oleh karena itu biasa karya sastra Kontemporer akan menghadirkan bentuk-bentuk baru yang berbeda pada karya sastra sebelumnya

Ciri-ciri sastra kontemporer adalah:

1. Bentuk penyajiannya kadang tidak lazim dan berbeda dari cerita pendek pada umumnya. dalam hal ini jauh dari tataran konvensional, jadi disebut juga cerita pendek tidak konvensional.

2. memiliki ciri anti logika, dalam arti terkadang menyalahi dasar logika manusia pada umumnya. Apa yang menjadi isi cerita jauh dari hidup yang sebenarnya.

3. sering menjadi merencanakan dan alur cerita. maksudnya sama sekali tidak sedang pada pola urutan konvensional; pembukaan klimaks – antiklimaks; kesimpulan. Bahasa lebih bebas, bisa berbentuk zig-zag, saling silang, dan sebagainya.

4. Bersifat serba aneh atau absurd identik dengan absurdisme karena karakteristik seperti alur dan cara kadang tidak jelas, tidak menentu, bahkan tidak rasional.

5. Anti tokoh, atau tidak mengindahkan masalah jelas atau tidaknya tokoh-tokoh di dalamnya. Tokoh yang ada dalam cerita permainan Kata-kata lahir dari imajiner (pengimajian), khayalan, dan sebagainya.

6. Khusus dalam tema realitas kehidupan, selalu bersifat kompleks dan terasing. Melukiskan rinci, kejadian, dan situasi secara multimedia (tidak fokus pada satu emosi dan impresi), serta menimbulkan efek dan kesan yang majemuk.

Karya Pertama sastra kontemporer

Novel kontemporer yang pertama adalah novel karya Iwan Simatupang yang terbit pada tahun 1970-an. Novel yang berjudul Ziarah ditulis tahun 1960 diterbitkan tahun 1969, sedangkan novel Merahnya Merah yang ditulis tahun 1961 diterbitkan tahun 1968. Hal ini disebabkan percetakan yang menimpa penerbitan Ziarah.

Demikian juga puisi kontemporer yang pertama yaitu puisi karya Sutardji Calzoum Bachri yang ditulis kemudian dikumpulkan dengan judul O yang ditulis tahun 1966 s.d. 1973.  Kumpulan puisi itu akhirnya dijadikan satu dengan kumpulan puisi lainnya dan diterbitkan dengan judul O Amuka Kapak.

Dalam bidang drama kontemporer, yaitu karya Arifin C. Noer diterbitkan pertama pada tahun 1970 yang berjudul Kapai-Kapai.

Pencarian Iwan Simatupang sudah dimulai sejak tahun 1960 lewat penyajian drama yang berjudul Buah Delima dan Bulan Bujur Sangkar. Serta sejumlah cerpen  yang dikumpulkan dalam sebuah kumpulan cerpen yang berjudul Tegak Lurus dengan Langit tahun 1962.

Saat ini berbagai genre sastra mendapat ruang yang berbeda-beda dalam dinamika sastra kontemporer. Genre prosa (novel dan cerpen) mendapat ruang terbesar dalam penerbitan dan media massa. Sebaliknya, genre puisi memiliki banyak peminat dan penulis, tetapi tidak mempunyai daya jual. Genre drama sebagai sastra tulis sulit mendapat ruang, sedangkan drama sebagai teater kurang mendapat dukungan pemerintah (seperti pada era 1970-an). Yang bertahan: Teater Koma, Gandrik dll (humor, satire politik yang dikemas secara populer dengan berbagai gaya lokal).

Berdasarkan kenyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa sastra kontemporer dalam sastra Indonesia sekitar tahun 1970-an. Iklim kebebasan dalam penciptaan sastra mendorong keanekaragaman corak dari jenis sastra yang dihasilkan. Banyaknya keberagaman karakteristik dan genre pada karya sastra, mengharuskan untuk seorang peneliti sastra yang ingin mengkaji sastra kontemporer harus memiliki pengetahuan mengenai sejarah sastra dan sosial. Tanpa pengetahuan sejarah sastra, seorang peneliti sastra tidak akan mengetahui inovasi apa yang ditawarkan oleh sebuah karya sastra. Karena setiap periode memiliki sebuah peristiwa yang akan mempengaruhi bentuk dan struktur karya sastra yang dihasilkan.

Siva Risthavania
Siva Risthavania
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.