Minggu, Mei 11, 2025

Saat Modal Tak Lagi Cukup: Strategi Bertahan UMKM di Era Digital

Ahmad Maulana Rahman
Ahmad Maulana Rahman
Mahasiswa Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2024
- Advertisement -

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia bisnis, termasuk sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), menghadapi perubahan besar akibat percepatan digitalisasi. Transformasi digital yang sebelumnya dianggap sebagai nilai tambah kini menjadi keharusan. Namun, ketika modal bukan lagi satu-satunya jawaban untuk bertahan, UMKM dituntut untuk menemukan strategi baru agar tidak tergilas oleh perubahan. Realitas ini mengundang pertanyaan mendalam: bagaimana UMKM dapat bertahan bahkan berkembang di tengah tuntutan digitalisasi yang terus meningkat?

UMKM selama ini dikenal sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia. Data Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia menyebutkan bahwa UMKM menyumbang lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap lebih dari 97% tenaga kerja, dan sampai saat ini jumlah UMKM mencapai lebih dari 64 juta unit usaha. Namun, kontribusi besar ini belum diimbangi oleh kesiapan menghadapi era digital. Masalah klasik seperti keterbatasan modal, rendahnya literasi digital, dan akses pasar yang sempit masih menjadi hambatan yang serius. Dalam kondisi ini, hanya mengandalkan modal fisik atau finansial tidak lagi cukup. UMKM membutuhkan strategi yang menyeluruh, adaptif, dan berkelanjutan.

Salah satu strategi utama yang dapat diambil adalah membangun literasi digital secara bertahap. Transformasi digital bukan sekadar membeli perangkat atau membuat akun media sosial, tetapi juga memahami cara kerja teknologi, strategi pemasaran digital, hingga perlindungan data pelanggan. Literasi digital memberikan landasan agar pelaku UMKM mampu menggunakan teknologi secara efektif dan efisien. Pemerintah bersama sektor swasta dapat berperan aktif dalam menyediakan pelatihan dan pendampingan yang bersifat praktis serta disesuaikan dengan konteks lokal.

Langkah selanjutnya adalah kolaborasi. Di tengah keterbatasan, UMKM tidak harus berjalan sendiri. Ekosistem bisnis yang kuat tercipta ketika pelaku usaha saling bekerja sama. Misalnya, koperasi digital, platform berbagi sumber daya, hingga komunitas pemasaran bersama dapat menjadi solusi konkret untuk mengatasi kendala modal dan distribusi. Model kolaboratif ini memungkinkan efisiensi operasional sekaligus memperluas jangkauan pasar tanpa harus mengeluarkan biaya besar.

Di sisi lain, inovasi dalam model bisnis menjadi kebutuhan mendesak. UMKM dituntut tidak hanya menjual produk, tetapi juga menghadirkan pengalaman konsumen yang relevan dengan era digital. Misalnya, menggunakan sistem pre-order untuk mengurangi biaya produksi, memanfaatkan storytelling di media sosial untuk meningkatkan engagement, atau menciptakan produk berbasis kebutuhan lokal namun dipasarkan secara daring. Inovasi semacam ini membantu UMKM untuk tetap kompetitif meski berskala kecil.

Penting pula bagi UMKM untuk memperkuat identitas merek. Dalam dunia digital yang serba cepat dan penuh persaingan, branding menjadi pembeda utama. Produk yang berkualitas tinggi tidak akan dikenal luas jika tidak didukung oleh narasi dan citra merek yang kuat. Oleh karena itu, membangun kepercayaan dan loyalitas konsumen harus menjadi bagian dari strategi utama, bukan sekadar pelengkap.

Namun, semua strategi tersebut akan kurang berarti tanpa kebijakan yang berpihak. Pemerintah memiliki peran vital dalam menciptakan iklim yang mendukung pertumbuhan UMKM digital. Ini mencakup regulasi yang ramah terhadap usaha kecil, insentif pajak, kemudahan akses permodalan berbasis digital, hingga perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual pelaku UMKM. Selain itu, pembangunan infrastruktur digital di daerah terpencil juga menjadi kunci agar transformasi digital tidak hanya menjadi monopoli kota besar.

Selain itu, peran generasi muda sebagai agen perubahan juga tidak bisa diabaikan. Banyak anak muda yang kini terjun ke dunia UMKM dengan pendekatan baru yang lebih inovatif dan digital-minded. Kemitraan antara pelaku UMKM tradisional dengan generasi muda dapat menciptakan sinergi yang unik dan saling menguntungkan. Anak muda membawa semangat perubahan, sementara pelaku UMKM lama membawa pengalaman dan kearifan lokal yang kaya.

Keberhasilan UMKM bertahan di era digital sejatinya bukan hanya urusan teknologi, tetapi tentang pola pikir. UMKM yang mampu beradaptasi, terbuka pada perubahan, dan terus belajar akan lebih mungkin untuk bertahan dan bahkan berkembang. Sebaliknya, mereka yang bertahan pada cara lama tanpa melakukan perubahan berisiko tertinggal dan bahkan gulung tikar. Oleh karena itu, membangun mindset digital dan keberanian mencoba hal baru menjadi pondasi utama dalam strategi bertahan.

Krisis yang muncul akibat pandemi COVID-19 telah mempercepat proses digitalisasi ini. Banyak UMKM yang terpaksa tutup karena tidak mampu berpindah ke kanal digital. Namun, krisis ini juga memberi pelajaran berharga bahwa ketahanan bisnis tidak lagi hanya soal kekuatan modal, tetapi juga ketangguhan adaptasi. UMKM yang sebelumnya enggan masuk ke dunia digital, kini mulai sadar bahwa kehadiran di platform digital bukan pilihan, melainkan kebutuhan.

- Advertisement -

Tantangan ke depan tentu tidak ringan. Selain persaingan global yang semakin terbuka, UMKM juga harus menghadapi isu keamanan data, biaya digitalisasi yang kadang tidak murah, serta kesenjangan akses teknologi. Namun, dengan strategi yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, UMKM Indonesia dapat menjadikan digitalisasi bukan sebagai ancaman, melainkan sebagai peluang besar.

Dengan membangun literasi digital, berkolaborasi, berinovasi, memperkuat merek, dan didukung oleh kebijakan yang berpihak, UMKM Indonesia dapat melewati masa transisi ini dengan lebih percaya diri. Ketika modal tak lagi cukup, strategi menjadi kunci. Dan strategi yang paling kuat adalah strategi yang berakar pada kemampuan untuk beradaptasi, bersinergi, dan berpikir jauh ke depan.

Sudah saatnya kita berhenti melihat UMKM hanya sebagai sektor ekonomi kecil, dan mulai mengakui mereka sebagai pilar penting dalam transformasi ekonomi digital Indonesia. Dukungan nyata dan strategis terhadap UMKM bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga tentang keadilan sosial dan kemandirian bangsa di era global.

Ahmad Maulana Rahman
Ahmad Maulana Rahman
Mahasiswa Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2024
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.