Panggung politik Indonesia saat ini sudah berbeda jauh dengan panggung politik era sebelumnya, kita disuguhi oleh banyak tokoh yang beramai-ramai untuk mengklaim dirinya sebagai tokoh yang paling milenial. Mulai dari gaya berpakaian, gaya bicara, hingga gaya bermedia sosial pun disesuaikan dengan selera milenial.
Dari banyak tokoh tersebut nampaknya Ridwan Kamil dan Anies Baswedan merupakan representasi dari politisi yang sangat digandrungi oleh para pemilih milenial. Keduanya adalah sosok yang charming, muda dan kekinian. Keduanya adalah sosok masa depan pemimpin Indonesia, dan jika benar asumsi ini maka Pak Prab tidak usah khawatir, bahwa Indonesia akan hilang di tahun 2030, pun dengan Pak Joko jangan khawatir bahwa politisi di Indonesia akan semakin “sontoloyo”.
Anies Baswedan adalah Gubernur di Jakarta yang kata banyak orang adalah batu loncatan untuk mejadi RI 1, sedangkan Ridwan Kamil adalah Gubernur Jawa Barat yang merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Keduanya bisa menjadi idola baru dan wajah baru kepemimpinan di Indonesia di pemilu presiden mendatang (2024).
Generasi Milenial memiliki beberapa karakter mendasar, yang membedakannya dengan generasi X (36 tahun-55 tahun) maupun generasi baby boomers (55 tahun ke atas). Generasi Millenial (17 tahun-35 tahun) adalah generasi yang melek akan informasi dan selalu terkoneksi melalui jejaring media sosial digital, yang terhubung melalui internet.
Media sosial kini menjadi salah satu ‘mesin politik’ yang efektif untuk melakukan propaganda politik maupun penetrasi isu, dan ini merupakan dunia yang sangat akrab dengan generasi milenial.
Kenyataan ini nampaknya ditangkap oleh Anies Baswedan dan Ridwan Kamil sehingga keduanya aktif bersosial media, baik Twitter, Facebook dan Instagram. Dari laporan berjudul “Essential Insights Into Internet, Social Media, Mobile, and E-Commerce Use Around The World” yang diterbitkan tanggal 30 Januari 2018, dari total populasi Indonesia sebanyak 265,4 juta jiwa, pengguna aktif media sosialnya mencapai 130 juta, dengan penetrasi 49 persen.
Selanjutnya We Are Social menunjukkan fakta lainnya, bahwa orang Indonesia rata-rata menghabiskan waktu untuk berselancar di internet dengan berbagai perangkat hingga delapan jam 51 menit. Sementara, rata-rata berkecimpung di medsos dengan berbagai perangkat hingga tiga jam 23 menit.
Platform medsos yang paling digandrungi oleh orang Indonesia, di antaranya YouTube 43 persen, Facebook 41 persen, WhatsApp 40 persen, Instagram 38 persen, Line 33 persen, BBM 28 persen, Twitter 27 persen, Google+ 25 persen, FB Messenger 24 persen, LinkedIn 16 persen, Skype 15 persen, dan WeChat 14 persen.
Fakta diatas nampaknya membuat kedua Gubernur ini sangat aktif dalam bermedsos ria. Berdasarkan pantauan saat ini, Jumlah follower Instagram Kang Emil lebih tinggi dari Pak Anies dengan masing-masing 9,2m untuk Kang Emil dan 1,8m untuk Pak Anies. Sedangkan jumlah follower Twitter Pak Anies jauh lebih sedikit di banding Kang Emil, dengan masing-masing 3,21m untuk Kang Emil dan 2,37m untuk Pak Anies. Untuk Facebook Kang Emil unggul kembali atas Pak Anies, dengan masing-masing 3.402.259 untuk Kang Emil dan 1.289.134 jiwa untuk Pak Anies.
Dengan potensi dan popularitas yang dimiliki keduanya, saya mencoba memberikan gambaran terkait persamaan dan perbedaan kedua tokoh ini, agar nantinya para dedek-dedek gemez tidak bingung lagi untuk menentukan pilihan politiknya di tahun 2024.
Isi Media Sosial
Media sosial adalah sebuah media yang dapat digunakan untuk bersosialisasi oleh para penggunanya menggunakan jaringan internet atau secara online. Media sosial yang paling sering digunakan adalah Facebook, Twitter, dan Instagram.
Kalau saya pantau, persamaan isi media sosial dari Kang Emil dan Pak Aneis adalah sama-sama berisi terkait hasil kerja dan rencana kerja (alih-alih untuk pencitraan di tahun 2024). Namun saat ditelisik lebih jauh ternyata media sosial keduanya memiliki perbedaan.
Selain dari jumlah followernya, media sosial milik Kang Emil lebih berwarna-warni sedangkan milik Pak Anies cenderung agak formal isinya. Kang Emil lebih suka membuat ilustrasi setiap kebijakannya dengan goresan tangannya, sedangkan Pak Anies lebih suka membuat power point dalam mempresentasikan keberhasilan kinerjanya.
Percintaan
Seorang pemimpin harus punya hasrat. Jelas donk, kalau tidak ada hasrat, tidak ada keinginan, tidak ada api, bagaimana ia bisa memberikan inspirasi pada orang-orang yang dipimpinnya? begitu pula dalam hal percintaan, seorang pemimpin di mata milenial harus memiliki kesempurnaan cinta seperti lagu Rizky Febian.
Jika dipandang dari segi percintaan keduanya sama-sama memiliki istri yang cantik dan anak-anak yang manis, jadi jangan harap kalian para cebong dan kampret bisa menyindir lawannya dengan sindiran “Kalau nanti Pak Anies/Kang Emil jadi Presiden, siapa yang jadi Ibu Negaranya ?”
Jika kalian menanyakan itu, bisa-bisa kalian di semprot sama Ibu Atalia Praratya dan Ibu Fery Farhati Ganis, sama seperti semprotan Bu Ani saat kalian mempertanyakan keluarganya.
Dibalik kesamaan tersebut, ternyata juga ada perbedaannya. Perbedaannya adalah Kang Emil sangat senang menampilkan kemesraan dan kegombalannya kepada Bu Atalia di media sosial, sedangkan Pak Anies terlihat jarang sekali memposting kemesraan beliau dengan Ibu Farhat. Atau mungkin Jakarta membuat Pak Anies harus terlihat serius sehingga wagu kalau harus memposting kemesraan bersama sang Istri.
Pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan menjadi tempat di mana individu-individu, terutama anak-anak dan generasi muda, mempelajari sikap-sikap dan perasaan tentang sistem politik, dan sejenis peran politik yang diharapkan dari mereka.
Dari segi pendidikan keduanya adalah sama-sama seorang Dosen, dan juga lulusan Luar negeri (Jadi kalau Cuma debat dengan Bahasa Inggris maka sama jagonya, kecuali kalau Bahasa Arab maka Pak Anies akan lebih unggul, mungkin lho ya).
Perbedaannya adalah karier Pak Anies di bidang pendidikan lebih sebagai seorang yang penuh dengan “ide/gagasan”, mulai dari Gerakan Indonesia Mengajar, Rektor Paramadina dan yang terakhir adalah Mentri Pendidikan. Sedangkan Kang Emil memiliki banyak karya fisik berupa Museum Tsunami Aceh-Rumoh Aceh, NAD, Senayan Aquatic Stadium, Jakarta, Masjid Raya Bandung yang terkenal dengan keindahan dan kecanggihannya.
Dukungan Politik
Pertanyaan ini adalah pertanyaan klise yang semua sudah pasti tau jawabannya, persamaannya adalah keduanya adalah pendukung dari masing-masing Capres yang berkontestasi di 2019.
Sedangkan perbedaannya adalah; Pak Anies merupakan pendukung Pak Prabowo (kampret), dan Kang Emil adalah pendukung Pak Jokowi (Cebong).
Bagaimana Cara Mendapatkan Kekuasaan
Inilah sebenarnya pertanyaan kunci dari tulisan ini, persamaan keduanya dalam mendapatkan kekuasan atau jabatan adalah sama-sama mengikuti kontestasi dalam Pemilu, tidak ada yang mendapatkan kekuasaan dengan cara memberontak, membunuh atau makar.
Tetapi perbedaan keduanya adalah, kalau pada Pilkada Jakarta menjadi salah satu Pilkada paling menjijikkan di Indonesia, yang konon karena Pilkada ini Indeks Demokrasi Indonesia jadi menurun. Sedangkan Pilkada di Jawa Barat yang digadang-gadang akan memiliki kesamaan dengan Pilkada Jakarta, tidak demikian adanya.