Selasa, Oktober 8, 2024

Resep Rahasia Golkar, Jadi ‘Wajah Negara’ di 2029?

Devan Alhoni
Devan Alhoni
Konsultan Independen dan Penulis Lepas

Hiruk pikuk Pemilu 2024 baru saja usai. Gemuruh debat capres yang saling serang, kampanye riuh ramai, dan berbagai drama politik lainnya telah mewarnai pesta demokrasi kita. Namun, di balik sorotan utama Pilpres, ada satu fenomena menarik yang luput dari perhatian banyak orang.

Partai Golkar, si beringin kuning, diam-diam menggeser posisinya. Mereka berhasil memangkas jarak dengan PDIP, sang juara bertahan, hingga hanya terpaut 1,4% suara. Sebuah pencapaian yang mengejutkan, mengingat pada Pemilu 2019 lalu selisih mereka mencapai 7%.

Lantas, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini hanya kebetulan semata, atau ada strategi jitu di balik kebangkitan Golkar?

Dari ‘Wajah Negara’ ke Partai Biasa

Kita mundur sejenak ke masa lalu. Tahun 1999, seorang William Liddle dalam tulisannya “Indonesia’s Democratic Opening” menyebut Golkar sebagai “the face of the state”. Sebutan ini merujuk pada posisi Golkar yang begitu melekat dengan era Orde Baru.

Namun, seiring bergulirnya reformasi, status itu pun berganti. Golkar harus beradaptasi dengan iklim demokrasi yang lebih terbuka. Bukan perkara mudah, tapi mereka berhasil bertransformasi.

Struktur partai yang kuat dan sumber daya besar menjadi modal utama Golkar. Mereka pun mulai berbenah. Golkar Institute dibentuk, sebuah terobosan baru yang belum pernah dilakukan partai politik lain di Indonesia. Lembaga think tank ini fokus mengkaji gagasan pembangunan bangsa dan kepemimpinan.

Kepemimpinan partai pun silih berganti. Dari Akbar Tanjung, Jusuf Kalla, Aburizal Bakrie, Agung Laksono, Setya Novanto, hingga kini Airlangga Hartarto. Setiap pemimpin membawa warna dan gaya masing-masing.

Tapi ada satu hal yang belum bisa dilakukan Golkar sejak reformasi: kembali menjadi partai terbesar di negeri ini. PDIP masih kokoh di puncak selama sedekade terakhir. Golkar belum bisa kembali ke status “face of the state” seperti kata Liddle.

Momentum Politik yang Menjanjikan

Namun kini, angin segar berhembus ke arah Golkar. Hasil Pileg 2024 memberi mereka momentum politik yang tak bisa diabaikan. Selisih suara dengan PDIP yang hanya 1,4% adalah pencapaian signifikan.

Bandingkan dengan Pemilu 2019, di mana gap mereka mencapai 7%. Ini bukan lompatan kecil, tapi sebuah kemajuan besar yang patut diperhitungkan.

Ditambah lagi, kemenangan Prabowo Subianto – sosok yang didukung Golkar – di Pilpres 2024 semakin memperkuat posisi mereka. Golkar kini punya akses langsung ke kekuasaan tertinggi.

Jika momentum ini bisa dimanfaatkan dengan baik, bukan tidak mungkin di Pemilu 2029 nanti Golkar bisa mengalahkan PDIP. Tapi pertanyaannya: apa yang harus dilakukan Golkar?

Kunci Utama: Tokoh Kuat

Mari kita belajar dari sejarah. PDIP dan Partai Demokrat bisa menjadi contoh bagaimana sebuah partai bisa mendominasi politik nasional. Kuncinya? Tokoh kuat.

PDIP di awal kemunculannya punya Megawati Soekarnoputri. Seorang putri proklamator dengan aura kepemimpinan yang kuat. Lalu Demokrat hadir dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sosok militer yang kharismatik.

Tak berhenti di situ, PDIP kemudian menemukan ‘senjata rahasia’ mereka: Joko Widodo. Seorang tokoh yang justru bukan dari kalangan elit partai, tapi berhasil memikat hati rakyat dan menjadi presiden dua periode.

Golkar sendiri pernah punya Jusuf Kalla. Tapi harus diakui, kaliber JK masih belum sebanding dengan SBY atau Megawati kala itu. Golkar butuh sosok baru yang bisa menggetarkan panggung politik nasional.

Ridwan Kamil: Kartu As Golkar?

Di sinilah sosok Ridwan Kamil atau RK muncul sebagai potensi besar. Bukan bermaksud melebih-lebihkan, tapi mari kita lihat fakta yang ada.

RK punya basis pengikut yang luar biasa. Dengan 21 juta followers di Instagram, popularitasnya tak perlu diragukan lagi. Ia mantan Wali Kota Bandung dan mantan Gubernur Jawa Barat, provinsi dengan jumlah pemilih terbesar di Indonesia.

Kapabilitas pribadinya mumpuni. Paham soal birokrasi, investasi, dan berbagai persoalan kenegaraan. Plus, saat ini RK adalah kader Golkar. Sebuah kombinasi yang sangat menjanjikan.

Strategi Jitu: Jakarta Sebagai Batu Loncatan

Jika Golkar serius ingin mengalahkan PDIP dan kembali menjadi partai terbesar di Indonesia, mendorong RK maju di Pilkada Jakarta bisa jadi langkah strategis.

Memang, pertarungan di Jakarta tidak mudah. Ada Anies Baswedan yang jadi lawan kuat. Tapi jika RK bisa menang di ibu kota dengan dukungan koalisi Prabowo-Gibran (yang unggul atas Anies di Jakarta saat Pilpres lalu), ini akan jadi batu loncatan besar.

RK mungkin bisa menang mudah di Jawa Barat. Tapi Jakarta punya aura berbeda. Ini episentrum politik nasional. Jika Golkar bisa menang di sini, mereka punya tokoh yang sangat potensial untuk Pilpres 2029.

Strategi ini mirip dengan apa yang dilakukan PDIP saat mendorong Jokowi dari Solo ke Jakarta, lalu akhirnya ke istana kepresidenan. Meski ada drama di tengah jalan, strategi ini terbukti membantu PDIP menjadi partai terkuat dalam 10 tahun terakhir.

Tantangan Internal: Perebutan Kekuasaan

Tentu saja, rencana ini bukan tanpa hambatan. Tantangan terbesar justru mungkin datang dari internal Golkar sendiri.

Kita tahu Golkar adalah partai dengan banyak ‘pemegang saham’. Ada banyak tokoh elit yang masing-masing punya kepentingan sendiri. Kontestasi kepentingan atau keinginan ketua umum untuk jadi capres juga bisa jadi penghalang.

Tapi di sinilah letak ujian sesungguhnya bagi Golkar. Apakah mereka benar-benar bermimpi ingin kembali menjadi “face of the state”? Jika iya, mungkin sudah saatnya memikirkan ulang strategi politik mereka.

Peluang dan Tantangan: Sebuah Analisis

Mari kita lihat lebih dalam peluang dan tantangan yang dihadapi Golkar dalam upaya mereka kembali ke puncak politik Indonesia:

Peluang:

  1. Momentum politik pasca Pileg 2024 yang sangat baik
  2. Dukungan terhadap pemerintahan Prabowo yang menang
  3. Kehadiran tokoh potensial seperti Ridwan Kamil
  4. Struktur partai yang kuat hingga akar rumput
  5. Pengalaman panjang dalam perpolitikan Nasional

Tantangan:

  1. Persaingan internal antar elit partai
  2. Citra lama sebagai partai Orde Baru yang masih melekat
  3. Kompetisi ketat dengan partai-partai lain, terutama PDIP
  4. Kebutuhan untuk terus berinovasi dan beradaptasi dengan politik modern
  5. Menjaga konsistensi dukungan publik dalam jangka panjang

Langkah-langkah Strategis

Jika Golkar serius ingin kembali ke puncak, beberapa langkah strategis berikut mungkin bisa dipertimbangkan:

Kaderisasi yang Sistematis: Mulai mempersiapkan kader-kader muda yang berpotensi menjadi pemimpin masa depan. Bukan hanya di level nasional, tapi juga di daerah-daerah.

Penguatan Basis Massa: Memanfaatkan struktur partai yang kuat untuk lebih dekat dengan rakyat. Program-program sosial dan pemberdayaan masyarakat bisa jadi kunci.

Inovasi Politik: Terus mengembangkan Golkar Institute sebagai think tank partai. Hasilkan gagasan-gagasan segar yang bisa menjawab persoalan bangsa.

Branding Ulang: Memperkuat citra Golkar sebagai partai modern yang adaptif terhadap perubahan zaman, tanpa melupakan nilai-nilai luhur yang sudah tertanam.

Strategi Media yang Kuat: Memanfaatkan kekuatan media sosial dan digital untuk menjangkau pemilih muda. RK dengan basis followers-nya yang besar bisa jadi ujung tombak.

Koalisi Strategis: Membangun aliansi politik yang tepat, baik di tingkat nasional maupun daerah. Pilkada Jakarta bisa jadi momen penting untuk ini.

Pengembangan Kebijakan Visioner: Merumuskan kebijakan-kebijakan yang menjawab tantangan masa depan Indonesia, dari ekonomi digital hingga perubahan iklim.

Pelajaran dari Sejarah

Sejarah politik Indonesia mengajarkan kita bahwa tidak ada yang abadi dalam kekuasaan. PDIP yang kini berjaya, dulu pernah terpuruk. Golkar yang pernah mendominasi, kini harus berjuang keras untuk kembali ke puncak.

Kunci kesuksesan partai politik tidak hanya terletak pada figur pemimpin, tapi juga pada kemampuan beradaptasi dengan perubahan zaman. Golkar telah membuktikan diri mampu bertahan di era reformasi. Tantangan berikutnya adalah bagaimana mereka bisa kembali menjadi pemain utama.

Penutup: Mimpi Besar Golkar

Pertanyaan besarnya tetap sama: Apakah Golkar benar-benar bermimpi ingin kembali menjadi “face of the state”?

Jika jawabannya ya, maka resep politik yang telah kita bahas bisa jadi bahan pertimbangan. Mendorong tokoh potensial seperti Ridwan Kamil, memanfaatkan momentum politik pasca Pemilu 2024, dan terus berinovasi dalam strategi partai.

Namun, di atas segalanya, Golkar harus ingat bahwa mereka bukan hanya berjuang untuk kembali ke puncak. Mereka juga punya tanggung jawab besar untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.

Akankah si beringin kuning kembali menjulang tinggi di panggung politik nasional? Waktu yang akan menjawab. Tapi satu hal yang pasti: perjalanan politik Indonesia masih panjang, dan Golkar punya peran penting di dalamnya.

Kita tunggu kiprah mereka di tahun-tahun mendatang. Siapa tahu, kejutan politik berikutnya justru datang dari partai berlambang pohon beringin ini.Last

Devan Alhoni
Devan Alhoni
Konsultan Independen dan Penulis Lepas
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.