Dua tahun setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnya pada tanggal 5 Februari, menjadi tonggak sejarah pergerakan mahasiswa Islam. Lafran Pane beserta belasan temannya di Sekolah Tinggi Islam Yogyakarta, kini dikenal Universitas Islam Indonesia, dalam kesederhanaan ruang kuliah mendirikan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Di tengah suasana mempertahankan NKRI yang baru lahir, cita untuk mempertinggi derajat rakyat Indonesia serta perjuangan demi memajukan mahasiswa, umat dan ajaran Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Demikianlah komitmen keislaman dan keindonesiaan menjadi genetika bagi organisasi mahasiswa tertua di Indonesia, yang hingga kini masih terus eksis dan berkembang.
Dalam setiap rentang masa bakti kepengurusan, mulai dari Pengurus Besar sampai Komisariat, HMI dituntut untuk senantiasa adaptif dan relevan ketika dihadapkan pada berbagai tantangan dan dinamika internal maupun eksternal.
Begitu pula ketika dituntut untuk menjadi problem solver dan kolaborator untuk ikut andil mengatasi problematika politik dan sosial kebangsaan maupun modernitas umat secara keislaman.
Kader HMI dalam setiap periode sejarah telah bergerak dengan keteguhan iman, kedalaman ilmu dan ketulusan amal untuk senantiasa menjalankan peran dan fungsi menjadi agen perubahan, kontrol sosial, kekuatan moral, penjaga nilai, dan penerus generasi bangsa.
Perputaran waktu selalu menyisakan renungan, menyelami makna setiap perubahan, mengingatkan akan pengulangan. Bahwa milad ke 78 HMI kali ini sejatinya mengajak untuk sekejap berhenti sejenak, melihat kebelakang dengan jujur, merekontruksi lembaran yang telah berlalu.
Selanjutnya membuat resolusi untuk perubahan yang positif dan restorasi berupa pemulihan dan penguatan pada aspek spiritualitas, intelektualitas dan aktualitas. Ditebalkan dengan panjatan doa untuk terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Alloh SWT.
Kesinambungan Kaderisasi
Manusia dengan segenap idenya menggerakan sejarah secara dialektis dalam ruang dan waktu yang tersedia. Jika dirangkai gerak dialektika tersebut terdiri dari tesis (masa lampau), antitesis (masa kini) dan sintesis (masa depan).
Oleh sebab itu jangan masuk dalam jebakan kekinian, yaitu hanya berfokus disini dan pada orang yang masih hidup hari ini. Karena sejarah adalah catatan manusia dalam rentang waktu yang panjang di seluruh ruangnya.
Kesinambungan menjadi kunci bahwa gagasan dan tindakan sekuensial individu di masa lalu akan membentuk karakternya hari ini. Dalam skala masyarakat akan membentuk budaya hingga peradaban di masa yang akan datang.
Tidak heran HMI mendeklarasikan diri sebagai organisasi pengkaderan. Karena kemajuan kebangsaan dan keagamaan, ruh nya adalah pada proses transformasi keilmuan dan keadaban untuk mencipta pemimpin yang adil.
Jika HMI adalah tempat berhimpun semua mahasiswa dengan beragam spektrum latar belakang dan pemikiran. Maka paling tidak nilai dasar perjuangan menjadi kerangka bersama dalam landasan pergerakan dan panduan moral serta menjadi pembentuk identitas, citra dan karakter bagi individu dan organisasi.
Jikalau demikian maka politik pragmatis tidaklah keluar dari landasan ideologis. Berbagai strategi dan taktik dilakukan berdasarkan akumulasi pengetahuan dan kebenaran. Demikian pula pola hubungan antar lembaga dengan multi pihak berakar pada kepentingan terwujudnya kebangsaan dan keislaman yang maju dan diridhoi Allah SWT.
Jejaring ikatan dialogis dan historis antara dinda dan kanda yang menjadi ciri khas cukuplah pada proses internalisasi pengalaman dan pengetahuan. Jangan terlalu masuk dan mengganggu independensi kader serta kedaulatan berorganisasi. Apalagi hingga mengintervensi berlebihan yang menciptakan keterbelahan karena egoisme pengaruh senioritas.
Profil kader sebagai representasi insan cita teruslah tumbuh berakumulasi. Dalam pencapaian cita dalam skala individu dan organisasi diperlukan keberlanjutan. Karena pada akhirnya kesabaran dan konsistensi yang akan menjadi penguat dan pemulih dalam merespon perubahan.
Adil Makmur 2045
Kiprah keluarga besar alumni HMI yang telah tersebar dalam berbagai bidang strategis, baik di eksekutif, legislatif dan yudikatif. Mereka menjadi pelopor pula dalam berbagai organisasi masyarakat, swasta, dan lembaga lainnya.
Tercatat berbagai tokoh bangsa dan pembaharu keislaman yang telah ditempa dalam latihan kader menghiasi lembar sejarah. Mereka menunaikan tugas kesinambungan historis untuk terus bertanggung jawab mewujudkan masyarakat yang adil makmur.
Konon di masa Orde Lama terbuka kebebasan dan keadilan namun minim kemakmuran. Sebaliknya di era Orde Baru tercipta kemakmuran namun minus keadilan. Era reformasi diharapkan keduanya muncul beriringan, adil makmur hingga puncaknya 100 tahun kemerdekaan, Indonesia emas 2045.
Bonus demografi yang melanda, pertumbuhan kemakmuran ekonomi, pendapatan perkapita yang tinggi, dan pemerataan yang berkeadilan, Indonesia bisa menjadi di antara negara maju dan terbilang bagian diantara negara super power di dunia.
Melalui kesamaan cita, sinergi dalam ikhtiar bersama. Ikatan emosional yang terbina, mengakselerasi pencapaian dan raihan target. Seraya berkolaborasi dengan komunitas bangsa lainnya, karena semua bercita serupa, negara jaya.
Refleksi milad 78 HMI mesti berbuah kesadaran kolektif. Bahwa akar masalah problematika umat dan bangsa hanya bisa diatasi melalui proses keadaban. Maka dengan basis iman, ilmu dan amal, yakin usaha sampai.
