Kamis, Maret 28, 2024

Ready Player One: Realitas dan Keseruan Dunia Virtual

Reza Hikam
Reza Hikam
Mahasiswa S1 Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Aktif di Berpijar.co dan Center for Extresmism, Radicalism, and Security Studies (C-ERSS)

Film tidak hanya sekedar film, begitu pula menonton. Jika hanya untuk mengisi waktu luang, sama dengan membuang uang. Pastinya dalam menonton pun kita tidak akan langsung memahami apa yang akan disampaikan oleh pembuat film tersebut.

Maka dari itu, perlu penghayatan terhadap setiap adegan yang ada. Harus kita pahami, sadar maupun tidak bahwa film adalah media propaganda di abad ini. Kepada siapa propaganda itu ditujukan? Kepada seluruh penonton di berbagai belahan dunia.

Tahun 2018 ini, konon banyak film bagus yang akan rilis, dan Marvel pun sudah mengeluarkan Black Panther yang sangat ideologis, dan beberapa film akan keluar dalam waktu dekat. Namun saya tidak hendak mengulas film terbitan Marvel Studios, melainkan Warner Bros.

Film ini berjudul Ready Player One yang disutradarai oleh begawan visual effect terbaik, yakni Steven Spielberg dan dibintangi oleh Tye Sheridan dan Olivia Cooke. Termasuk salah satu film yang ramai ditonton oleh semua umur saat di bioskop.

Film ini mengisahkan mengenai sebuah dunia bernama OASIS, dunia virtual dimana kita bisa menjadi siapa saja dan apa saja semau kita. Ya, kelihatannya sangat menarik nan menakjubkan. Bisa dibilang film ini adalah salah satu dengan visual effect terbaik setelah Transformer.

Dalam OASIS kita seperti bermain game pada umumnya, yang apabila mati, dapat respawn, namun akan kehilangan seluruh barang yang telah kita kumpulkan selama bermain.

Film ini berlatar sekitar dua dekade kedepan dimana virtual reality yang semenjak sekarang sudah dikembangkan, telah berkembang pesat di masa itu. Bahkan virtual reality sudah layaknya kehidupan sehari-hari. Hampir seluruh orang di masa depan memiliki alat ini dan digunakan untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Adapun sangat adiktifnya permainan ini, sehingga ada orang yang akan bunuh diri apabila mereka terbunuh dalam game tersebut.

Game ini diciptakan oleh seseorang yang bernama Jim Halliday, yang sebelum kematiannya telah menaruh tiga kunci guna membuka pintu menuju telur paskah yang berisi hadiah menarik. Sayembara untuk menemukan ketiga kunci itu pun berlangsung cukup lama, 5 tahun, dan tidak ada satu pun pemain yang pernah bahkan menemukan satu kunci pun.

Pemeran utama film Ready Player One ini adalah salah satu anak yang berusaha memecahkan dan memenangkan sayembara tersebut. Ia memiliki beberapa teman bermain yang tidak pernah ia temui dalam kehidupan nyata. Alur film ini tergolong alur maju, namun pada waktu tertentu, pemeran utama akan berusaha melihat masa lalu dari Jim Halliday untuk menemukan petunjuk guna menyelesaikan teka-teki menuju tiap kunci.

Dalam usahanya tersebut, ia dihadang oleh salah satu korporasi yang berakronim IOI. Perusahaan ini memiliki banyak sumberdaya untuk memenangkan sayembara tersebut dan berusaha menguasai OASIS dengan segala cara. Pimpinan perusahaan ini digambarkan layaknya penjahat pada umumnya, menggunakan jas dan berperingai seperti seorang pengusaha bengis. Di dunia virtual, tubuh dari pengusaha ini lebih besar, namun dengan peringai yang sama.

Pertarungan sengit diantara kubu perusahaan dan pemeran utama beserta teman-temannya pun terasa asik dengan alunan musik yang meningkatkan adrenalin seperti Jump karya Van Halen dan We’Re Not Gonna Take It karya Twisted Sister sangat cocok menemani adegan-adegan pertikaian dalam film ini, belum lagi pada bagian peperangan akbar yang menegangkan tapi seru.

Peperangan terlihat layaknya pertarungan kelas dalam kehidupan nyata antara borjuis dengan proletar. Apalagi pasukan dari perusahaan memang terlihat seperti aparat negara yang acapkali memang digunakan untuk kepentingan pengamanan sektor privat.

Dalam penghujung film, kita akan menerima amanah mengenai film ini dari pencipta OASIS. Terlepas seberhasil apapun kehidupan kita dalam dunia virtual, namun tetap itu tidak nyata. Sejatinya tidak ada Realitas selain kehidupan nyata kita. Kita bisa menjadi orang yang sangat candu kepada kehidupan virtual, akan tetapi kita selalu lupa bahwasanya pencapaian kita bukan pada dunia itu, namun pada dunia nyata.

Sang pencipta OASIS sendiri kehilangan temannya karena terlalu terikat pada ciptaannya, ia kehilangan banyak kesempatan dalam dunia nyata untuk bersosialisasi dengan manusia nyata, bahkan ia kehilangan satu-satunya teman yang ia miliki. Dan ia mengakui, bahwa teman adalah kunci dalam kehidupan nyata kita.

Film ini sangatlah recommended untuk ditonton, karena visual effect yang sangat bagus dan juga jalan cerita yang mudah dipahami oleh awam dan tidak bertele-tele. Belum lagi amanat yang ada dalam tiap kata juga merupakan sebuah kelebihan tersendiri yang tidak akan kita antisipasi dalam film Sci-Fi pada umumnya.

Inilah karya terbaik Steven Spielberg dalam satu dekade akhir ini.

Reza Hikam
Reza Hikam
Mahasiswa S1 Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Aktif di Berpijar.co dan Center for Extresmism, Radicalism, and Security Studies (C-ERSS)
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.