Dalam beberapa hari lagi, kaum muslim akan menyambut bulan Ramadhan. Bulan yang sangat dinanti-nanti oleh jutaan umat Islam di seluruh dunia itu menyimpan banyak berkah untuk yang melaksanakannya.
Bulan Ramadhan dapat dikatakan sebagai ‘tamu’ yang selalu dinanti kedatangannya oleh umat islam, bahkan dalam sebuah hadits disebutkan jika seseorang mengetahui keutamaan yang ada dalam bulan Ramadhan, tentu ia akan mengharap setiap hari adalah Ramadhan.
Ramadhan juga dapat menjadi indikator kebaikan seorang muslim, baik sebelum maupun setelah bulan suci tersebut.
Seorang muslim yang mendapatkan keutamaan Ramadhan akan memperoleh kebaikan setelahnya. Sebaliknya, jika seorang muslim tidak mendapatkan keutamaan Ramadhan maka dia akan rugi pada kehidupan selanjutnya. Artinya, ibadah yang dilakukan selama Ramadhan mengalami kegagalan atau sia-sia.
Pada dasarnya, bulan Ramadhan adalah satu bulan di mana umat Islam di seluruh dunia menjalankan ibadah puasa tidak hanya menahan makan dan minum tetapi hawa nafsu secara keseluruhan seperti nafsu untuk makan dan minum, nafsu untuk berhubungan seks, nafsu untuk berkuasa dan sebagianya. Kaum muslim fokus dengan membentuk hubungannya spiritualnya dengan Tuhan melalui serangkaian ibadah wajib dan sunnah dalam satu bulan yang spesial ini.
Ramadhan merupakan bulan di mana seorang Muslim diwajibkan menekan egoisme dan lebih peduli pada keadaan sosial seperti ketimpangan ekonomi melalui bersedekah, melatih kemampuan sosial-personal dengan pengendalian emosi dengan berpuasa.
Di Indonesia tidak hanya umat islam yang mendapati bulan Ramadhan, namun non-muslim juga turut serta ada dalam kehidupan dalam bulan Ramadhan. Pada momen Ramadhan, masalah toleransi sering digaungkan dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Karena tidak semua warga negara merayakan bulan tersebut.
Permasalahan Toleransi Yang Biasa Dihadapi Dalam Bulan Ramadhan
Toleransi merupakan kata yang mudah diucapkan namun memiliki pemahaman berbeda-beda bagi setiap orang. Toleransi dapat diartikan sebagai menahan diri dan menerima perbedaan terhadap orang lain. Dengan menerima perbedaan bukan berarti menerima prinsip atau pandangan yang berbeda dari orang lain tetapi pengakuan bahwa setiap orang punya kebebasan dan hak untuk berbeda.
Di Indonesia sebagai negara majemuk masih sering terjadi masalah yang berkaitan dengan toleransi. Artinya penerapan toleransi masih belum sepenuhnya tepat. Toleransi bukan hanya dilakukan dari pihak minoritas kepada mayoritas dan juga bukan hanya dilakukan dari pihak mayoritas kepada minoritas. Toleransi harus sama-sama dilakukan baik pihak yang mayoritas kepada minoritas.
Tidak dapat dipungkiri di Indonesia toleransi semacam kewajiban yang harus dilakukan pihak minoritas kepada mayoritas. Sebagai contoh kasus yang terjadi di bulan Ramadhan. Adanya peraturan di sebuah daerah yang melarang pedagang makanan buka sebelum jam 16.00 dan boleh buka setelah jam 16.00. Peraturan yang menurut penulis agak aneh karena tujuannya untuk menghormati bulan Ramadhan dan mereka yang berpuasa.
Apabila kita cermati, apakah semua orang di daerah tersebut berpuasa? Bagaimana dengan orang-orang yang sakit? Bagaimana dengan umat Islam perempuan yang sedang hamil atau menstruasi? Apakah mereka yang tidak berpuasa karena keyakinannya berbeda harus berpuasa karena tidak ada pedagang makanan yang memenuhi kebutuhan makan pagi atau makan siang mereka?
Apakah contoh tersebut tepat dikatakan sebagai bentuk toleransi? Meskipun tetap akan menjadi bahan perdebatan, tetapi apabila kita renungkan dengan hati nurani seharusnya tidak demikian yang terjadi.
Bentuk Toleransi Yang Seharusnya Dilakukan di Bulan Ramadhan
Walau terdapat pro-kontra, bulan Ramadhan justru bisa menjadi momen menguatkan sikap saling menghormati dan bertoleransi. Sikap saling menghormati harus diciptakan oleh minoritas dan mayoritas, atau non-muslim dan muslim. Sehingga kedepannya tidak ada paksaan untuk bertoleransi selama bulan Ramadhan.
Salah satu contoh aplikasi toleransi, yaitu umat Islam tidak perlu melakukan sweeping dan memaksa semua warung makan tutup. Umat islam harus memahami bahwa yang tidak berpuasa juga membutuhkan makan sama halnya ketika umat Islam membutuhkan sahur dan berbuka puasa.
Sikap saling menghargai ini yang harus ditunjukkan oleh umat Islam, dengan tidak melakukan pemaksaan kepada orang yang tidak berpuasa untuk menghargai orang yang berpuasa. Umat non-muslim atau yang sedang tidak menjalankan ibadah puasa juga harus menghormati orang yang berpuasa dengan tidak makan dan minum secara mencolok.
Kalaupun ada warung makan yang tetap buka maka makanan dan minuman yang disajikan jangan sampai terlihat secara langsung. Pengelola warung makan dapat menambahkan kain penutup atau sebagainya. Sehingga tidak mencolok dan tidak menyinggung orang yang sedang berpuasa.
Dengan begitu, alangkah indahnya apabila toleransi diterapkan oleh kita semua sebagai warga negara, baik mayoritas ataupun minoritas sebagai wujud saling menghormati sesama manusia. Sebagai bentuk pengakuan bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan hidup yang pemenuhannya berbeda-beda. Dan setiap manusia memiliki hak asasi yang pemenuhannya dilakukan secara bertanggung jawab.