Sabtu, Oktober 12, 2024

Ramadan, Bulan Melatih Diri

Amri Ikhsan
Amri Ikhsan
Saya seorang guru yang hobbi menulis

Sebenarnya, ibadah puasa ramadhan adalah tempat menempa diri, menyiapkan Ramadhan sebagai ‘diklat’ (Pendidikan dan Pelatihan) bagi kaum beriman untuk belajar, menuntut ilmu dan mengisi ulang keimanan sebagai media membangun karakter dan peningkatan ketakwaan kita. Di bulan ini, orang yang beriman belajar banyak hal berhubungan dengan Allah SWT (hablum minallah) dan dengan manusia (hablum minan-nas)

Selama Diklat dalam bulan puasa, kita memiliki kurikulum universal yang berisi kompetensi inti, yaitu Al-Baqoroh ayat 183 “ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana yang diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” sedang kompetensi dasar: kita diwajibkan mengenal dan melaksanakan wajib puasa, syarat sah puasa, rukun puasa, sunnah puasa, makruh dilakukan saat berpuasa, dan hal yang membatalkan puasa.

Apakah semua orang bisa ikut diklat? Tidak, hanya orang yang sudah lulus menjadi ‘orang yang beriman yang bisa berpartisipasi. Bisa dipastikan ‘orangu’ yang belum lulus belum sanggup mengikuti proses pelatihan ini karena proses pembelajarannya begitu ‘berat dan melelahkan’. Tapi bagi yang lulus, proses pembelajaran bisa diikuti dengan santai dan menyenangkan.

Apa saja kegiatan dalam proses pelatihan ini? Kita diajarkan, dibimbing, dibina dan dilatih untuk mengenal Tuhan, melatih disiplin waktu, keseimbangan dalam hidup, mempererat silaturahmi, lebih perduli pada sesama, berhati-hati dalam berbuat, saling berbagi, melatih hidup sederhanamemperkuat etos kerja, mengembangkan kecerdasan emosi dan spritualmelatih untuk bersyukur mendorong dan mendidik manusia agar selalu belajar dalam rangka memperoleh dan meningkatkan ketaqwaan, dsb.

Kapan proses pelatihan dilakukan? Waktu pelatihan berlangsung dari terbit fajar sampai tenggelamnya matahari (HR Ibnu Khuzaimah) setiap hari selama bulan ramadhan. Latihan ini menerapkan disiplin tingkat tinggi dalam proses pembelajaran.

Lewat setengah detik saja dari terbit fajar, bisa dipastikan tidak bisa mengikuti proses pembelajaran pada hari itu. Walaupun berdisiplin tinggi, ada beberapa orang diberi dispensasi: (1) perempuan yang ‘berhalangan’, dia diberi dispensasi untuk tidak mengikuti proses latihan selama berhalangan tapi wajib mengikuti ‘remedial’ pada kesempatan yang lain dengan jumlah hari yang sama; (2) wanitan hamil dan menyusui dengan kondisi tertentu; (3) orang sakityang sedang bersafar, orang yang sangat tua dan pekerja berat dan dalam keadaan lemah dalam kondisi tertentu dan orang sakit yang tidak kunjung sembuh (Qardhawi,2007).

Siapa yang menjadi pelatih? Pelatih dalam pelatihan ini adalah diri sendiri. ‘Diri sendiri’ lah yang mengajar, membimbing, membina dan melatih diri sendiri berdasarkan ‘kurikulum’ yang sudah diberikan. Baik buruk kualitas diri sangat tergantung dari diri sendiri.

Apakah pelatihan ini ada ujian? Pasti ada. Ujian dilaksanakan sepanjang waktu, setiap detik, kita diuji. Akhirnya kita mengikuti Ujian Akhir dengan syarat kelulusan: (1) menyelesaikan semua program baik rukun dan wajib ibadah puasa; (2) berakhlaq mulia; (3) lulus ujian harian, yaitu tidak tergoda dengan hal yang membatalkan puasa; (4) lulus Akhir, yaitu sangat sedih meninggalkan ramadhan dan mentransformasikan nilai nilai puasa untuk 11 bulan berikutnya.

Ujian boleh dilakukan dimana saja, tidak ada yang mengawasi. Pengawas juga diri kita sendiri, berbuat kecurangan, hanya kita yang tahu, diri sendiri yang menegur. Hanya kita yang tahu bila kita curang, hanya kita yang tahu bila kita pura pura ‘bersih’.

Apa harapan setelah mengikuti pelatihan selama bulan Ramadan? Diharapkan setelah pelatihan ini, kita tidak hanya sibuk menjaga diri dari hal yang membatalkan puasa, menjaga diri dari perbuatan tercela, tetapi juga harus mampu menjadi teladan, tidak hanya memberi contoh atau membuat contoh tapi mencontohkan dalam kehidupan sehari hari, baik dalam berpikir, bertindak dan berkomunikasi santun.

Apa strategi dalam pelatihan ini? Strateginya learning by doing, belajar sambil berbuat. Kita harus membuat diri kita belajar, banyak mendengarkan, membaca, memperhatikan dan memaafkan, dan berbagi. Dalam ‘belajar’, kita berlomba lomba berbuat kebajikan, bertidak lembut dan santun, penuh kasih sayang, penuh toleransi, kepedulian, disiplin, saling menghormati dan menghargai adalah hal utama.

Apa sebenarnya filosofis diklat ini? Sangat sederhana. Secara manusiawi, kita sulit menerima orang yang menentang kita, memaafkan orang yang justru telah menyakiti kita, atau memberikan rezeki kepada orang yang pelit kepada kita dan kita menyambungkan silaturrahami kepada orang yang sudah memutuskannya.

Justru karena perbuatan itulah kemudian Allah mengangkat derajat kita lebih tinggi. Bila kita mampu menerima orang yang menentang kita, berbaik hati pada orang yang menganiaya kita; atau darmawan pada orang yang pelit pada kita; serta menerima dengan terbuka orang yang telah memutuskan silaturahim dengan kita.

Apa konsep dasar pelatihan ini? Konsepnya adalah “homeophaty” yaitu menciptakan suatu kondisi yang kontras dengan keadaan agar mencapai suatu keseimbangan psikologis. Orang lain kasar, kita lembut, dihina dibalas dengan berbaik hati, dicaci dibalas dengan berkata santun, difitnah dibalas dengan berbuat baik kepada orang itu, orang marah, kita tersenyum, dll. (UNPAD)

Memang, perlu kesadaran tinggi jika sudah memutuskan untuk menjadi seorang baik. Karena tugas orang baik takkan pernah selesai sampai kapanpun, selalu ada godaan, tantangan dan hambatan tanpa henti. Sikap baik bukan hanya untuk dirinya, tapi untuk kemaslatan orang lain. Percuma merasa orang baik, bila tidak peduli dengan orang lain.

Orang baik inshaallah berkemauan mengajak orang lain menjadi baik. Orang baik itu boleh dikatakan gagal bila dia menjadi orang baik ‘tunggal’, cuma dia orang baik ditengah masyarakat.

Menjadi orang baik memang tak mudah. Mengucapkan diri baik memang mudah, tapi berkelakuan, bertutur selalu baik itu tidak semudah yang dibayangkan. Menyatukan dan menyelaraskan ucapan dengan perbuatan adalah maha berat. Mari berlomba mencocokkan tuturan dengan tindakan!

Amri Ikhsan
Amri Ikhsan
Saya seorang guru yang hobbi menulis
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.