Tahun 2022 Indonesia memasuki usia ke 77 tahun sejak diproklamasikannya kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Dan pertanyaan kita masih sama, Apakah kita benar-benar merdeka? Merdeka bukan hanya secara politik melainkan juga secara ekonomi. Lalu, bagaimana nasib sila ke-5 Pancasila? Sudahkah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia terwujudkan atau masih berupa wacana dalam cita-cita meningkatkan elektoral para calon calon penguasa?
Lalu selanjutnya kita bertanya mengapa demikian? Apakah kita tidak cukup mampu mewujudkan hal itu atau butuh berapa triliunan utang lagi untuk kita capai kesenganan fanah itu?
Teringat ungkapan sang proklamator Bung Karno “ jangan sekali-kali lupakan sejarah”. Sebagai negara tentu kita ketahui bahwa Indonesia lahir dari bangsa bangsa, dari etnis-etnis atau suku bangsa yang tumbuh dan berkembang jauh sebelum negara ini ada. Ribuah pulau, etnis dan luasnya hamparan negeri ini harusnya menjadikan kita sebagai bangsa yang sejahterah, yang adail dan makmur. Apakah kita lupa bagaimana orang-orang sebelum bangsa Indonesia lahir itu hidup dan berkehidupan? Tentu jawabannya mereka punya kearifan yang menjadikan mereka tumbuh dan berkembang bahkan menaklukan dunia.
Indonesia negara dengan beragam suku terdapat 1.340 suku bangsa dengan keanekaragamannya. Hal ini tentu berdampak pada kearifan lokal dimasing-masing suku dan daerah. Kearifan lokal sama dengan produk budaya yang dijadikan sebagai pegangan hidup dengan banyaknya nilai dan norma yang terkandung di dalamnya. Tentu kearifan lokal ini seharusnya mendarah daging di jiwa masyarakat Indonesia, karena kebudayaan inilah yang mampu menopang keberlanjutan hidup masyarakat.
Fungsi kearifan lokal tidak hanya sebagai petuah semata, kearifan lokal mampu mengembangkan sumber daya manusia, dengan kearifan lokal kita dapat mengembangkan kebudayaan dan ilmu pengetahuan, kearifan lokal juga bermakna sosial, konservasi dan pelestarian sumber daya alam sebagai modal utama dalam aktivitas ekonomi masyarakat.
Keanekaragaman suku dan budaya di Indonesia tentu juga beragam aktivitas ekonomi yang dilakukan, karena masing-masing daerah memiliki potensi sumber daya alam yang beragam, sehingga hal ini berdampak pada cara mengolah, menjual dan mendistrubsikan hasil-hasil aktivitas produksi. Apakah dengan keanekaragaman ini menjadikan aktivitas ekonomi menjadi terhambat? Jawabannya tentu tidak. Justru dengan kearifan lokal yang beragam di Indonesia menjadi keistimewaan dan potensi yang besar jika dikembangkan dalam aktivitas ekonomi.
Aktivitas pengembangan ekonomi berbasis kearifan lokal di indonesia bisa dilakukan dengan dua hal. Pertama, pengembangan potensi sumber daya alam (Peninggalan sejarah, sumber mata air, gunung, pantai, laut dan lainnya) Kedua, bentuk pengembangan ekonomi lokal dengan mengembangkan sumber potensi sumber daya manusia melalui sistem gotong royong, bahu membahu dan bersama-sama mengentaskan problem ekonomi masyarakat, seperti sistem iuran, arisan, donasi, jimpitan dan lain sebagainya.
Potensi sumber daya alam dan sumber saya manusia dengan nilai-nilai kearifan lokal yang mengalir dalam diri masyakat Indonesia, seharusnya menjadi modal utama dalam menghadapi tantangan arus ekonomi global. Tentu hal ini tidak semudah yang dibayangkan, terlebih gelombang industri dunia telah membawa berbagai perubahan fundamental dan berbagai tatanan kehidupan global. Hal ini ditandai dengan tingginya tingkat kreativitas, pemnafaatan teknologi informasi serta inovasi yang beragam.
Memasuki era industri 5.0 Indonesia menghadapi tantangan ekonomi yang luar biasa, hal ini lantaran aktivitas ekonomi tidak hanya bergantung pada sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Pemanfaatan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang ditambahkan kepadansuatu sistem yang bisa diatur dalam entitas ilmiah, selain itu internet of things juga menjadi hal penting dalam aktvitas ekonomi dan tidak kalah penting yaitu human machine interface dimana sebuah sistem yang mempertemukan manusia dengan tekhnologi mesin. Tentu kehadiran artificial intelligence, internet of things dan human machine interface ini menjadi tantangan terbesar masyarakat Indonesia dalam mengembangkan potensi ekonomi.
Pertanyaannya kemudian dimanakah posisi kearifan lokal masyarakat Indonesia untuk mengembangkan potensi ekonomi? Tentu hal ini tidak mudah jika kita hanya melakukannya sendirian, peran dan fungsi pemerintah baik pusat maupun pemerintah daerah harus bersama-sama menonjolkan potensi ekonomi Indonesia berbasis kearifan lokal secara maksimal.
Oleh karena itu konsep ekonomi kreatif yang digagas oleh pemerintah jangan hanya memamerkan produk-produk lokal saja, tetapi kondisi sumber daya manusia yang ada harus memiliki kemampuan (skill) untuk mengolah dan berinovasi dengan memasukkan nilai kearifan lokal indonesia dengan memanfaatkan teknologi.
Problem ekonomi yang mendasar di Indonesia adalah kurangmya pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan keahlian dan meningkatkan inovasi. Selain itu arah kebijakan pemerintah yang masih tumpang tindih, serta pelestarian ekosistem dan lingkungan yang hari ini terus berkurang.
Hari ini tidak sedikit umkm di berbagai daerah mengalami berbagai masalah, serta kurangnya pemerintah dalam proses pendampingan terhadap pelaku ekonomi yang menyebabkan pelaku ekonomi tidak berjalan maju. Meskipun pemerintah telah menawarkan bantuan program bagi para pelaku ekonomi, lantas apakah program tersebut berkelanjutan? Seharusnya program yang diberikan memiliki nilai keberlanjutan (development) agar potensi yang dimiliki masing-masing pelaku atau usahawan ekonomi tidak mati begitu saja.
Pemerintah menawarkan konsep ekonomi kreatif yang telah dibangun sekak masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, proses pengembangan ini diwujudkan pertama kali dengan pembentukan Indonesia Design Power yang dilakukan oleh Departemen Perdagangan untuk membantu pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia.
Hingga saat ini ekonomi kreatif di Indonesia telah memiliki banyak peluncuran program yang ditawarkan. Tentu diperlukan kolaborasi dengan berbagai kalangan dalam mewujudkan industri kreatif, kita perlu cendekiawan (kaum intelektual), kita perlu dunia usaha, kita perlu mengembangkan kearifan lokal dan yang paling mendasar kita butuh pemerintah sebagai penentu kebijakan.