Idola merupakan orang yang kita jadikan panutan, entah itu karena karya, penampilan atau kepribadian sang idola. Hal itu membuat beberapa orang, bahkan jutaan orang, tergila-gila kepada tokoh yang mereka anggap sebagai idola. Sering kali kita menemukan orang-orang yang rela menunggu berjam-jam hanya untuk menonton konser atau sekumpulan orang yang histeris saat melihat idolanya.
Grup vocal asal Inggris, One Direction, menjadi idola gadis Indonesia yang tinggal di Singapura ini, Gabriella Magdalena atau Gaby, sejak bangku SMP. Mendengarkan lagu One Direction dan serta menonton video music grup ini sudah bukan hal asing baginya. Bahkan, dengan mendengar atau menonton video One Direction dapat membuatnya senang
Fenomena yang kita kenal sebagai fangirling ini sebenarnya sudah bukan hal yang asing. Fangirl dan fanboy adalah sebutan bagi para penggemar atau fans. Mereka akan melakukan apa saja untuk bertemu atau hanya sekedar mengungkapkan rasa cinta pada idolanya. Gaby pun melakukan hal serupa dengan fans pada umumnya seperti pergi ke konser atau membeli pernak-pernik yang berhubungan dengan idolanya ini.
Dengan banyaknya keinginan yang ingin dipenuhi, Gaby melalukan berbagai usaha untuk mendapatkan uang. Bekerja paruh waktu serta berusaha agar mendapat nilai yang baik disekolah pun Ia lakukan demi bertemu dengan idolanya. Sampai pada tahun 2015, impiannya tercapai untuk melihat idolanya secara langsung. Hari itu adalah salah satu hari terbaik dalam hidupnya.
Secara tidak langsung, menjadi orang fan membuat ada ketertarikan dan hubungan secara emosional dengan idola kita. Membuat kita merasa senang, bahkan sampai terharu. Hanya sekedar mendengar lagu atau melihat video-video lucu dapat membuat perasaan kita senang.
“Nontonin tingkah laku mereka juga bikin ketawa terus. Secara gak langsung, when you look up to someone, kita akan bahagia waktu idola kita bahagia,” tambah Gaby.
Psikoterapis dan Profesor Psikologi dari Universitas Columbia, Dr. Laurel Steinberg, dalam wawancaranya dengan majalah Teen Vogue, menyebutkan, keterikatan kita terhadap suatu kelompok fan, atau yang biasa disebut fandom itu baik untuk kesehatan mental. Hal itu dikarenakan terdapat rasa kekeluargaan dan keamanan didalam kelompok tersebut.
Selain itu, dalam sebuah fandom seseorang dapat berbagi kesukaan dan ketertarikan yang sama. Gaby pun juga merasakan yang sama bahwa Ia senang dapat bertemu dengan orang kesukaan yang sama.
Tidak hanya itu, mempunyai seorang idola membuat kita memiliki orang yang dapat dijadikan panutan. Seharusnya, para idola dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi para penggemarnya. Mereka dapat terinspirasi dari kisah hidup sang idola atau hanya pesan-pesan tersirat dari karya sang idola.
“Aku dengerin 1D dari 2010 dan 5SOS dari 2013. Aku menjadi lebih confident dan lebih rajin untuk mengejar mimpi sih karena sudah ada bukti nyata. Lalu, lagu-lagu mereka liriknya deep enough untuk meyakinkan bahwa gue itu berharga,” tambah Gaby.
Para fans seringkali berkumpul atau pun hanya membentuk grup di media sosial untuk membicarakan idolanya. Kehidupan, kegiatan dan karya sang idola tak luput dari perhatian mereka. Mereka pun rela menatap telepon genggamnya berjam-jam hanya untuk menantikan informasi terbaru dari sang idola.
Namun, itu hanya sedikit dari apa yang dilakukan para fan girl dan fan boy. Dibalik segala kesenangan yang terlihat di permukaan. Fan war adalah istilah yang kerap kali digunakan para penggemar ini. Mereka bertengkar di media sosial membela sang idola. Pertengkaran dapat dipicu dari kasus sang idola, persaingan di dunia hiburan, ataupun penghargaan.
Pertengkaran ini pun tidak hanya berlangsung sebentar. Berbagai bentuk hinaan untuk lawan pun hadir menghiasi media sosial. Foto, meme, cuitan dan tulisan hinaan pun bermunculan dengan cepat. Yang awalnya hanya untuk sang idola, kadang hinaan pun ditunjukan untuk individu fan itu sendiri
Salah satunya adalah pertengkaran yang terjadi antara penggemar penyanyi Beyonce dan grup music 5 Seconds Of Summer saat bertengkar memperebutkan posisi nomor 1 di tangga lagu music teratas sebuah media terkenal di Amerika Serikat. Para penggemar saling menghina sang idola atau penggemarnya, bahkan dengan kata-kata yang tidak enak di dengar.
Hal tersebut hampir terjadi di seluruh dunia dan hal ini sudah merupakan hal yang masif. Semestinya, sebagai penggemar, kita mendukung idola kita dengan baik. Tidak menghina dan mengejek idola orang lain. Setiap orang memiliki idola dengan alasannya masing-masing. Mari kita ciptakan persaingan sehat antara para idola.