Minggu, Desember 22, 2024

Puan Maharani dan Ikhtiar Mewujudkan Toleransi

- Advertisement -

Puan Maharani selalu menegaskan bahwa pluralitas adalah suatu kenyataan sebagai bangsa Indonesia

***

Tak ada kehidupan tanpa kesadaran yang kuat di dalam diri masyarakatnya: sebuah kesadaran untuk hidup dalam suasana toleransi. Apakah itu toleransi dan seperti apa wujud hidup yang toleran? Robert Green Ingersoll (1833-1899) yang mengatakan bahwa: “Tolerance is giving to every other human being every right that you claim for your self.

Toleransi selalu dimengerti sebagai kesadaran kita untuk menerima atau memberi kepada orang lain sebuah kebebasan yang seringkali bila menuruti kehendak kita, yang demikian tak selalu kita sukai. Dengan kesadaran bahwa apa yang kita suka dan tidak suka tak perlu mengganggu kebebasan orang lain, itu berarti dalam diri kita ada kesadaran toleransi. Kita mungkin terganggu dengan orang lain, tapi sampai sejauhmana tingkat ketergangguan dan kita masih bisa memaafkan atau menolerir, berarti dalam diri kita ada sebuah kesadaran toleransi.

Dalam hidup berdampingan dimana seringkali kita berbeda dalam banyak hal dengan orang lain, dalam pikiran, nilai-nilai budaya dan sebagainya, kita mesti merawat kesadaran toleransi. Bagi kita sebagai bangsa Indonesia, kesadaran ini mesti kuat. Sebab bangsa ini memiliki keanekaragaman yang luar biasa kaya. Tentu keanekaragaman ini suatu keindahan. Asal saja kita bisa saling mengerti untuk merawat perbedaan-perbedaan yang ada.

Tetapi memang dalam kenyataannya, tidak ada manusia yang benar-benar mampu bersikap toleransi dalam pengertian yang tinggi. Dan dalam kehidupan kita, toleransi adalah sesuatu yang masih terus perlu mendapat dorongan dari berbagai kalangan. Pemerintah terutama perlu terus mendorong berbagai macam upaya untuk meningkatkan kesadaran bahwa bangsa ini sejak dari awal tidak direbut melalui segelintir kelompok. Kemerdekaan ini dimenangkan oleh berbagai latar belakang orang, jenis kulit, agama, suku dan keanekaragaman lainnya yang menjadi identitas-identitas rakyat Indonesia. Dengan demikian menjadi penting kesadaran untuk pengakuan itu.

Puan Maharani selalu menegaskan bahwa pluralitas adalah suatu kenyataan sebagai bangsa Indonesia. Pluralitas menandai kekayaan bangsa ini. Pengakuan bangsa-bangsa lain atas bangsa ini disebabkan karena kemampuannya merawat pluralitas ini di tengah maraknya politik identitas yang seringkali mengoyak-koyak suatu bangsa. Politik identitas seringkali melampaui akal sehat. Ia mengeksploitasi sentimen-sentimen, menguatkan suatu identitas tertentu sebagai perekat dan meminggirkan identitas lain. Politik identitas bahkan lebih jauh membawa efek destruksi. Kohesi sosial, di tengah menguatnya politik identitas sosial, bakal selalu dibayang-bayangi kehancuran.

Politik identitas tentu begitu banyak macamnya. Sentimen-sentimen yang menyasar identitas keagamaan atau etnis seringkali digunakan. Dalam pilkada DKI kemarin, persoalan politik identitas begitu menguat. Kelompok-kelompok tertentu mengeksploitasi agama atau etnis tertentu untuk memperkuat dukungan satu pihak dan mendelegitimasi lawan politik di sisi lain. Identitas-identitas tertentu menjadi lahan empuk untuk diperkuat dan identitas lain diserang dan diframing sedemikian buruk. Identitas tertentu dianggap legitimate untuk memimpin DKI dan identitas lain dianggap kurang atau bahkan tidak legitimate untuk memimpin. Isu-isu ini disebarkan dan dimainkan oleh media. Kita pun tahu apa yang terjadi dan dikorbankan: kohesi sosial retak. Persaudaraan kita – yang seharusnya dibangun di atas landasan kemanusiaan bukan warna-warna identitas – tergadaikan.

Itu sebabnya pemerintah selalu mewanti-wanti agar pasca pemilu DKI yang menguras banyak energi dan banyak hal yang dikorbankan ini, hendaknya kembali damai. Damai adalah berarti kembali menguatkan persaudaraan. Apa yang terjadi sejak pemilu, anggaplah hanya bagian kecil dari pemilu politik yang memang susah untuk dihapuskan.

Puan Maharani, selaku bagian dari pemerintah, merasa penting untuk menguatkan kembali ikatan persaudaraan ini. Dia menyadari bangsa besar ini satu sisi adalah kekayaan dan membawa berkah tetapi di sisi lain bila tidak mampu menjaga dengan baik, ini bisa jadi malapetaka. Dengan menggandeng NU, dengan berbicara di depan Fatayat NU dan berbagai upaya lainnya, Puan telah menunjukkan kepeduliannya pada bangsa ini.

Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.