Pada era digital saat ini sangat sulit rasanya manusia tidak dihadapkan dengan perkembangan teknologi apalagi terlepas dari yang namanya gadget. Seakan-akan kebutuhan akan gadget melebihi kebutuhan manusia terhadap barang-barang pokok seperti nasi dan lauk pauk.
Bahkan, dari beberapa case yang terjadi di ruang publik, manusia seperti terlihat autis dengan kesibukannya sendiri mengoperasikan gadget tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya dan mencoba berinteraksi sesama orang yang ada disekitarnya. Fenomena ini menjadi semakin berkembang ketika hadirnya beberapa konten social media dalam gadget.
Tentunya dalam era digital seperti ini pemanfaatan social media menjadi sangat urgent terlebih bagi para pelaku usaha, konten kreator maupun tokoh publik guna menarik simpatisan masyarakat yang secara masif dapat mendukung tujuan dari beberapa kategori tokoh tersebut. Tidak terlepas juga bagi tiap pribadi manusia baik dari kalangan anak kecil, remaja sampai orang tua yang tertarik pada gadget baik dengan fitur social medianya, games ataupun yang lainnya.
Namun hal ini bertolak belakang dengan karakteristik dari beberapa orang yang ingin menghindari sorotan publik terlalu tajam. Istilah lainnya adalah prilaku ghosting yang dapat dimaknai dengan tindakan menghindari diri dari berbagai situasi baik dengan memutuskan komunikasi, interaksi sosial maupun keberadaaan demi mendapatkan ketentraman dalam hidup ataupun suasan hati dalam menetralisir kondisi pro dan kontra publik yang tertuju pada dirinya.
Menyoroti sikap tersebut, ada banyak langkah-langkah yang biasanya dilakukan bagi tiap pribadi manusia tergantung pada background profesi yang diembannya. Misal, jika hal ini terjadi pada seorang entertainer biasanya mereka me-nonaktifkan jaringan social medianya dan mencoba menjauh dari informasi-informasi yang dimuat tentang dirinya diberbagai media. Langkah ini mereka pandang cukup efektif dalam membangun karakter mereka dan menjadi citra yang positif kembali di pandangan publik.
Lain halnya jika prilaku ghosting terjadi di kalangan tokoh politik, langkah yang paling efektif mereka lakukan biasanya dengan menghindari pertanyaan dari media dan mencari cara efektif melalui suatu tindakan komprehensif yang dapat berdampak pada masyarakat luas dalam membenarkan dan memperbaiki citra mereka guna mendapatkan sorotan baik kembali di kalangan masyarakat.
Bagi kalangan orang biasa mereka menggunakan gadget hanya sebatas melihat situasi rekan-rekannya, isu yang beredar saat ini ataupun fenomena lainnya tanpa memberikan respon dan mencoba menghindar kontak dari berbagai kalangan baik itu rekan kerja, teman maupun pasangannya (dalam hal menjalin hubungan).
Langkah-langkah tersebut mencerminkan kita sebagai manusia akan menimbulkan reaksi atas aksi kita baik itu secara benar maupun salah dipandang orang lain. Karena memang negara ini berbentuk demokratis dan sikap dari pro dan kontra akan mempunyai kebebasan dalam mengekspresikan segala sesuatunya namun perlu dihormati dan dijaga jangan sampai terlewat dari undang-undang ITE atau pencemaran nama baik.
Pola ghosting yang dilakukan oleh setiap orang dapat berdampak pada karakteristik orang tersebut jika situasi dan respon yang mereka dapatkan sangat tajam. Biasanya yang tadinya memiliki karakter vokal dan aktif dalam berbagai social media akan berbalik menjadi lebih kalem atau introvert. Dinamika karakteristik ini tercipta ketika orang tersebut mengevaluasi diri serta mencoba cari cara terbaik demi mendapatkan citra yang positif, mereka bisa melakukan perubahan sikap ataupun etika dalam berkomunikasi dan berinteraksi didalam social media.
Proses evaluasi diri dan mencoba menghindari dari berbagai respon dalam prilaku ghosting merupakan suatu timeline yang sudah ada dan perlu dilewati dari tiap pribadi. Jangka waktu yang diperlukan tentunya bervariatif, ada beberapa yang hanya memerlukan waktu sebentar dalam melakukan ghosting namun ada beberapa yang memerlukan waktu yang cukup lama untuk menghindari dari respon negatif.
Banyak dari background seorang entertainer biasanya memerlukan durasi yang cukup lama dalam menerapkan prilaku ghosting, alasan kuatnya mereka memerlukan penenangan diri dan mencoba mencari sesuatu hal yang baru dalam melihat sisi lain yang dapat mengembangkan kreatifitas mereka sehingga pada momen yang dianggapnya sudah pas untuk tampil di publik, mereka akan menjadi peran yang lain. Misal ada seorang pemusik yang terlibat permasalahan di media, ketika dia melakukan ghosting dari berbagai respon media, di tahap evaluasi diri dia akan mencoba mengembangkan kreatifitas lain baik itu sebagai presenter atau mencoba mencari jalan di bidang acting.
Konklusinya, setiap orang dengan berbagai backgroundnya pasti pernah melakukan prilaku ghosting. Yang dijadikan fokus adalah bagaimana cara untuk tampil kembali dengan sikap yang sesuai dan dapat diterima kembali oleh berbagai kalangan masyarakat ataupun di bidang pekerjaan atau di tempat lain yang merasa dirinya akan diterima secara utuh dengan menghilangkan respon negatif yang beredar sebelumnya. Setiap orang memiliki caranya masing-masing dan efektif atau enggaknya cara itu hanya orang tersebut yang mengetahui.