Jumat, April 26, 2024

Popularitas Blasteran di Indonesia Akibat dari Poskolonialisme

Nur Kholilah Izmi
Nur Kholilah Izmi
I am a student at a university in South Jakarta, I majored in Communication Studies. My goal in writing articles is to hone my writing skills.

Poskolonialisme sebagai sebuah kajian muncul pada 1970-an. Studi poskolonialisme di Barat salah satunya ditandai dengan kemunculan buku Orientalisme (1978) karya Edward Said yang kemudian disusul dengan sejumlah buku lainnya yang masih terkait dengan perspektif Barat dalam memandang Timur. Lahirnya poskolonialisme adalah ketika masa penjajahan pernah dialami oleh suatu negara, poskolonialisme memberikan pandangan-pandangan baru terhadap negara yang pernah dijajah oleh suatu negara.

Poskolonialisme adalah kajian yang mempelajari mengenai budaya, politik, dll yang merupakan sebuah warisan dari zaman kolonial, bagaimana zaman kolonial dapat mempengaruhi budaya pada pascakolonial.

Indonesia adalah salah satu negara yang pernah mengalami penjajahan, Indonesia secara politik terbentuk karena hasil dari jajahan Belanda, seperti yang sudah dipelajarin di saat-saat sekolah, bagaimana sejarah saat negara Indonesia dijajah dan seperti apa masa penjajahan Indonesia. Ketika perang dunia II berakhir, dari yang sebelumnya dijajah oleh Belanda, menjadi dialihkan dijajah oleh Jepang yang menjadikan seluruh Indonesia menjadi satu oleh satu pimpinan, yaitu pimpinan kolonial.

Postkolonialisme sangat menjelaskan banyak fenomena-fenomena yang ada di Indonesia, cara kita berkomunikasi dan menerima komunikasi adalah degan cara menggunakan struktur postkolonialisme. Hal itu disebabkan dari warisan budaya yang ditinggalkan oleh negara-negara yang telah menjajah Indonesia.

Ketika orang-orang dari negara yang belum berkembang pergi negara yang sudah berkembang adalah konsekuensi dari kolonialisme, dan itu salah satu fenomena dari postkolonialisme dimana kita akan ingin terlihat lebih bagus dan keren untuk standar hidup, karena standar hidup di negara kita kurang bagus. Alasannya karena negara kita yaitu Indonesia telah dijajah ratusan tahun.

Akibat dari postkolonialisme di Indonesia saat ini adalah membuat perspektif atau pandangan-pandangan masyarakat mengenai dunia barat atau eropa itu lebih keren dan menarik. Sehingga pada saat ini sudah sangat marak kalau pada iklan produk di Indonesia menggunakan model-model dari luar negari atau orang yang memiliki darah blasteran. Masyarakat Indonesia juga telah disuapi budaya-budaya dan kebiasaan dari negara lain, seperti menganggap bahwa cantik itu harus putih.

Popularitas

Seseorang yang memiliki darah blasteran di Indonesia akan dianggap lebih cantik dan menarik karena dianggap separuh barat, sehingga seseorang yang blasteran akan lebih di kagumi oleh masyrakat Indonesia. Tidak jarang kita lihat iklan-iklan kecantikan menggunakan Brand Ambassador dan bintang iklan model atau artis yang memiliki darah blasteran. Hal itu disebabkan dari gejala postkolonialisme sebagai negara yang pernah dijajah sebelumnya.

Lelaki maupun perempuan yang memiliki darah blasteran menjadi popular karena sering kita temui diacara-acara televisi maupun di media sosial, selalu ada hal-hal menarik yang dapat kita temui dalam diri mereka.

Artis-aktor Indonesia yang memiliki darah blasteran yaitu Dian Sastrowardoyo, Tatjana Saphira, Chelsea Islan, Yuki Kato, Cinta Laura, Amanda Rawles, Pevita Pearce, Mike Lewis, Hamis Daud, dll. Beberapa artis dan actor tersebut tidak asing lagi bagi kita semua, karena mereka kerap muncul di televisi dan sosial media. Mereka sangat terkenal dengan berbagai bakat serta visual mereka yang sangat dikagumi oleh masyarakat.

Alasan mengapa masyarakat Indonesia menganggap bahwa seseorang dengan darah blasteran lebih rupawan dan menarik adalah karena masyarakat sering menikmati atau disuapi oleh budaya barat, seperti film, music, yang dimana aktor-aktor dan penyanyinya memiliki wajah yang cantik dan tampan khas barat. Sehingga masyarakat Indonesia akan memiliki standar kecantikan dan tampan dari budaya barat.

Popularitas seseorang blasteran di Indonesia sangat berkaitan erat dengan fisik orang barat, yang berbeda dengan orang yang asli Indonesia. Orang blasteran biasanya memiliki kulit putih, hidung yang lebih mancung, hal ini dapat mempengaruhi persepsi masyarakat mengenai karakteristik fisik barat yang dianggap lebih menarik dan rupawan.

Oleh karena itu, jika diperhatikan pada saat ini banyak perusahaan-perusahaan yang mempromosikan produk mereka dengan menggunakan nilai-nilai barat, salah satunya adalah model iklannya yang menggunakan artis atau influencer blasteran. Karena dianggap akan lebih menarik perhatian konsumen atau masyarakat dalam membeli produk mereka, karena melihat orang blasteran yang cantik dan tampan menjadi model iklannya. hal itu hanya menguntungkan bagi perusahaan, semakin sedikit iklan-iklan di Indonesia yang tidak menggunakan nilai-nilai barat.

Nur Kholilah Izmi
Nur Kholilah Izmi
I am a student at a university in South Jakarta, I majored in Communication Studies. My goal in writing articles is to hone my writing skills.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.