Sebuah tagar #ShameOnYouPrabowo membanjiri twitter malam itu. Lantas saya cek mengenai kenapa tagar tersebut menjadi trending paling atas di twitter. Ternyata itu adalah hasil dari sebuah pernyataan prabowo tentang ucapan duka terhadap almarhumah Ibu Ani Yudhoyono yang dikaitkan dengan pilihan politik.
Sebuah hal yang sebenarnya tidak perlu diucapkan oleh Prabowo ketika keluarga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sedang berduka. Pemilu sudah usai masih saja duka di politisasi.
Ya, mungkin saja Prabowo masih terbawa gairah pemilu, kekecewaan terhadap hasil yang diperolehnya. Tapi apakah terkait pilihan politik almarhumah Ibu Ani Yudhoyono itu pantas di ucapkan? Apa tujuan Prabowo membuat pernyataan seperti itu?
Prabowo membuat citra dirinya menjadi jelek. Hal itu membuat masyarakat menjadi kurang respect terhadap sikap yang dilakukan oleh Prabowo.
SBY yang seharusnya mendapat dukungan supaya tabah, sabar atas sepeninggalan istrinya, malah dibebankan pernyataan yang dibuat Prabowo malam itu.
Sangat disayangkan hal itu bisa terjadi. Hal itu menandakan Prabowo minim rasa empati, tidak bisa menempatkan diri sesuai keadaan, meletakkan politik dan duka saja tidak bisa, kok mau jadi presiden? Presiden bagi diri sendiri?
Dari sini banyak keuntungan yang didapatkan terkait pernyataan yang dilakukan oleh Prabowo. Pertama, media untung terkait hal ini, ada bahan berita untuk terus membuat konten-konten yang laku di masyarakat. Dengan pengambilan beberapa sudut pandang yang bisa di ambil. Dari “Politisasi Duka”, “Prabowo Tak Beretika” dan lain sebagainya.
Kedua masyarakat bisa mengetahui sisi jelek Prabowo. Ya, mungkin dari pernyataan malam tadi khususnya pendukung Prabowo bisa instrofeksi diri atas pilihan siapa sebenarnya yang ia calonkan. Pantaskah jika ia memimpin negeri ini.
Lepas dari label cebong vs kampret, penulis hanya menyayangkan sikap pernyataan yang dibuat oleh Prabowo. Hal itu mungkin nantinya bisa jadi bahan evaluasi untuk siapapun dalam menyampaikan rasa empati pada keluarga yang berduka.
Sebisa mungkin tidak mengaitkan politik dengan duka, atau orang yang sudah meninggal.